Kemarin sore, misalnya. Umdatul baru pulang dari pusat perbelanjaan di Kota Tegal. Dia membeli lima potong pakaian dan beberapa mainan, yang disiapkan untuk kado ulang tahun teman anaknya. Padahal, ulang tahunnya baru akan dilaksanakan Januari 2017.
"Setiap tahun saya selalu menyiapkan kado pada bulan Desember saat ada diskon," kata ibu satu anak tersebut. Namun, saat belanja kemarin, Umdatul mengaku kecewa karena kehabisan kosmetik diskon yang sudah diincarnya sejak akhir pekan lalu.
Rosvita (41), warga Kota Tegal lainnya, juga selalu tergoda promo obral yang dikeluarkan saat akhir tahun. Pakaian dan sepatu merupakan salah satu barang favoritnya. Tak jarang dia menghabiskan 50 persen dari penghasilan per bulan untuk berburu diskon.
Menguntungkan
Public Relations Senayan City Elsi Adianti menuturkan, program obral tengah malam masih menjadi magnet kuat menarik konsumen. Program itu mampu meningkatkan omzet penjualan di 250 gerai, hingga 30 persen dalam tiga hari terakhir, 16-18 Desember 2016.
"Program itu ampuh meningkatkan jumlah pengunjung. Dari 80.000 orang menjadi 100.000-120.000 orang per hari," katanya.
Febriansyah (23), supervisor salah satu pakaian baju ternama asal Amerika di salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta Pusat, mengatakan, pihaknya selalu menggelar dua kali obral per tahun, saat ulang tahun kota Jakarta dan pada akhir tahun.
"Pada akhir tahun ini, kami menggelar obral sepanjang bulan. Tahun ini penjualannya mencapai 50 persen lebih tinggi ketimbang akhir pekan biasa," katanya.
Harganya, lanjut Febriansyah, bervariasi. Satu jenis baju yang awalnya dijual Rp 1 juta diobral menjadi Rp 500.000 per potong.
Pembeli pun berasal dari sejumlah wilayah, seperti Kalimantan, Sumatera, dan kota besar di Pulau Jawa, seperti Surabaya dan Bandung. Ada juga pembeli yang berasal dari luar negeri, seperti India.
Perencana keuangan Risza Bambang mengatakan, program obral tengah malam positif jika dimanfaatkan untuk membeli barang-barang yang dibutuhkan.
"Tujuan belanja sebaiknya untuk membeli barang-barang kebutuhan yang dapat meringankan, bukan justru memberatkan anggaran keuangan," katanya.
Dia menjelaskan, konsumen yang cerdas sebaiknya membawa daftar barang yang akan dibeli. Catatan itu bisa dijadikan panduan agar konsumen tidak bingung dan justru membeli barang-barang yang tidak diperlukan.
"Konsumen juga sebaiknya membawa uang secukupnya, kartu debit dengan saldo terbatas, atau kartu kredit dengan batas tidak terlalu besar. Jika perlu, ajak seseorang untuk menjadi pengingat," tuturnya.
Menurut dia, keluarga yang telah menerapkan prinsip perencanaan keuangan secara disiplin akan tahu kebutuhan berdasarkan anggaran yang telah disepakati.
"Mereka biasanya tidak akan terbujuk rayuan promosi obral karena punya rencana jangka menengah hingga jangka panjang," katanya.
Dalam perencanaan keuangan, ujar Risza, skala prioritas utama sebaiknya untuk memenuhi kebutuhan hidup. Masyarakat bisa meminta bantuan kepada jasa perencana keuangan untuk menganalisis dan informasi biaya sesuai tujuan.
"Jika penghasilan dihabiskan untuk belanja, risiko yang timbul adalah kerugian finansial. Namun, jika direncanakan sesuai kebutuhan, pasti akan sangat membantu," katanya. (VIO/WIE/ZAK)
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 29 Desember 2016, di halaman 1 dengan judul "Bujuk Rayu Obral Tengah Malam".
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.