JAKARTA, KOMPAS.com - Perbedaan dukungan untuk calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta ternyata bisa berujung kepada tindak kekerasan. Hal ini dibuktikan dari kasus pengeroyokan Wakil Ketua Ranting PDI-P Jelambar Jakarta Barat, Widodo, pada Jumat (6/1/2017).
Ketika dijenguk calon wakil gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat di RS Royal Taruma, Widodo menceritakan bahwa sudah sejak dulu dia berbeda pilihan dengan warga sekitar.
Pada Pilpres 2014, Widodo mendukung pasangan Jokowi-Jusuf Kalla ketika warga sekitar mendukung Prabowo-Hatta.
Seperti diketahui, hasil akhirnya Jokowi-JK berhasil menang. Saat Pileg 2014, PDI-P juga mendapat perolehan suara terbanyak di Jakarta.
"Saya suksesin Jokowi di sana, menang Pak. Mereka enggak pernah menang. Mungkin mereka jadi sensitif," ujar Widodo kepada Djarot di RS Royal Taruma, Jakarta Barat, Sabtu (7/1/2017).
"Iya, karena di daerahmu itu kita enggak pernah kalah. Aku kan dari 2012 juga ke sana," jawab Djarot.
Perbedaan Widodo dengan warga sekitar kembali terjadi pada Pilkada DKI 2017 ini. Widodo mendukung pasangan Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat, sementara warga lain tidak.
Kedatangan Djarot di Jelambar untuk blusukan memercik perselisihan. Berdasarkan cerita versi Widodo, sempat ada beberapa orang yang mencoba menghalangi blusukan itu.
"Yang kemarin (bilang) haram-haram itu. Terus saya bilang, 'Enggak ada yang haram'. Dia langsung nunjuk (bilang) 'Awas lu ya'," ujar Widodo.
Saat Djarot blusukan, Widodo memang ikut mengawalnya.
"Oh gitu. Waktu aku lewat dia bilang haram-haram gitu ya? Aku enggak dengar dia bilang haram-haram," ujar Djarot.
Pada malam harinya, Widodo sedang berada di warung. Kemudian, orang tersebut mendatangi Widodo dan mempersoalkan ucapan "haram" tadi siang.
"(Kata dia) ngapain lu ngomong haram?' 'Kan lu duluan yang ngomong haram'. Saya lagi ngantongin HP terus enggak lihat, udah dihajar sama dia," ujar Widodo. (Baca: Saat Dikeroyok, Widodo Sebut Tetangganya Malah Ikut Memprovokasi)
Siapa pengeroyoknya?
Kepada polisi, Widodo mengatakan pengeroyoknya berjumlah sekitar 10 orang. Dia juga mengatakan ada pelaku yang menghalangi warga lain untuk membantu memisahkan pengeroyokan itu agar dia bisa terus menerus dipukuli.
Kapolres Jakarta Barat Komisaris Besar Roycke Langie sempat mengatakan dua pelaku diduga anggota ormas. Kemudian, polisi menetapkan dua orang, Irfan dan Fahmi, sebagai tersangka dalam kasus ini.
Pada hari pada Minggu (8/1/2017) dini hari, Irfan menyerahkan diri didampingi orangtuanya.
"Pelaku didampingi orangtua saat menyerahkan diri," kata Roycke. (Baca: Diantar Orangtua, Seorang Pengeroyok Pendukung Ahok-Djarot Serahkan Diri)
Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono menyebut, Irfan terafiliasi dengan Laskar Pembela Islam (LPI), sayap juang Front Pembela Islam (FPI). Sementara itu, satu tersangka lagi yaitu Fahmi masih buron.
Keduanya disangkakan dengan Pasal 351 KUHP tentang Penganiayaan dan Pasal 170 KUHP tentang Kekerasan di Muka Umum. Polisi masih menyelidiki kemungkinan munculnya pelaku lain.