Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keyakinan Tim Ahok-Djarot Menang Satu Putaran dengan Dana Rp 60 Miliar

Kompas.com - 12/01/2017, 09:31 WIB
Alsadad Rudi

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Tim sukses pasangan calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta nomor dua, Basuki "Ahok" Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat telah menutup proses pengumpulan dana kampanye dari masyarakat atau yang mereka istilahkan senagai "patungan" per 8 Januari lalu.

Ditutupnya proses pengumpulan dana disebabkan karena jumlah dana yang terkumpul sudah mencukupi untuk memenuhi kebutuhan selama masa kampanye. Sampai dengan ditutupnya proses pengumpulan dana, tim Ahok-Djarot mengklaim dana kampanye yang dikumpulkan telah mencapai Rp 60,1 miliar.

Salah satu anggota timses Ahok-Djarot, Michael Sianipar menjelaskan, sebelum dilakukannya pengumpulan dana kampanye, pihaknya melakukan hitung-hitungan biaya. Dari hitungan-hitungan itu, diperoleh estimasi biaya untuk memenuhi kebutuhan kampanye selama Pilkada DKI 2017 adalah sekitar Rp 50 miliar.

Namun jumlahnya bisa membengkak jika pilkada harus digelar dua putaran.

"Pak Ahok pesan sebenarnya butuh berapa kampanye? Rp 50 miliar. Perlu putaran kedua, Rp 80 miliar," kata Michael saat jumpa pers di posko timses Ahok-Djarot di Jalan Borobudur, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (11/1/2017).

Karena itu, dana yang dimiliki Ahok-Djarot sebenarnya sudah melebihi dari yang dibutuhkan selama kampanye putaran pertama. Namun tidak cukup jika Pilkada harus digelar hingga putaran kedua.

Namun, Michael menyatakan hal itu menandakan bahwa mereka optimistis Ahok-Djarot akan mampu memenangkan Pilkada DKI 2017 dalam satu putaran. (Baca: Sumbangan Dana Kampanye Ahok-Djarot Banyak dari Perorangan)

Menurut Michael, kalaupun ada Putaran II, pihaknya akan kembali menggalang dana. Namun tanpa kegiatan Gala Dinner. Gala Dinner merupakan salah satu kegiatan pengumpulan dana kampanye Ahok-Djarot, selain melalui sistem transfer.

"Kita optimistis menang satu putaran. Kalaupun ada putaran kedua enggak perlu gala dinner sudah masuk semua uangnya," ujar Michael.

Dari data yang dimiliki timses Ahok-Djarot, dari Rp 60,1 miliar yang telah terkumpul, Rp 45,6 Miliar berasal dari sumbangan perseorangan. Sedangkan Rp 14,4 miliar dari badan usaha. Artinya 75 persen atau 3/4 dari sumbangan yang masuk adalah sumbangan individu.

Dana yang masuk maupun keluar bisa dicek di website www.ahokdjarot.id. Setiap penyumbang wajib mengirimkan biodatanya sesuai KTP dan NPWP ke posko relawan di Jalan Lembang No.25-27, Menteng, Jakarta Pusat. Michael menilai pihaknya sangat transparan dalam hal pengumpulan dana kampanye.

Karena itu, ia meminta agar timses pasangan cagub dan cawagub lainnya untuk transparan dalam hal dana kampanye.

"Kami mengajak pasangan lain untuk bisa transparan. Karena untuk bisa memimpin Jakarta dengan transparan tidak bisa hanya saat telah terpilih, tapi juga saat kampanye," kata Michael. (Baca: Pengumpulan Ditutup, Dana Kampanye Ahok-Djarot Mencapai Rp 60 Miliar)

Dari total dana yang terkumpul, Michael menyebut ada Rp 12,7 miliar atau setara 21,14 persen yang belum tertib administrasi. Belum tertibnya administrasi yang dimaksudkan di sini adalah penyumbang sudah mentrasferkan uangnya, namun dia belum mengirimkan biodata dan NPWP-nya ke Rumah Lembang.

"Karena kalau tidak lengkap, dananya tidak akan digunakan," ucap Michael.

Timses Ahok-Djarot mengatakan kebutuhan dana kampanye yang mereka lakukan meliputi untuk pembuatan iklan, pelatihan relawan, maupun pembuatan posko kampanye. Sampai sejauh ini dana yang sudah digunakan disebut baru mencapai 30 persen.

Kompas TV Cari Tahu Asal-usul Dana Kampanye Pilkada DKI
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Menanti Keberhasilan Pemprov DKI Atasi RTH Tubagus Angke dari Praktik Prostitusi

Menanti Keberhasilan Pemprov DKI Atasi RTH Tubagus Angke dari Praktik Prostitusi

Megapolitan
Asrama Haji Embarkasi Jakarta Pastikan Beri Pelayanan Khusus bagi Calon Jemaah Haji Lansia

Asrama Haji Embarkasi Jakarta Pastikan Beri Pelayanan Khusus bagi Calon Jemaah Haji Lansia

Megapolitan
Asrama Haji Embarkasi Jakarta Siapkan Gedung Setara Hotel Bintang 3 untuk Calon Jemaah

Asrama Haji Embarkasi Jakarta Siapkan Gedung Setara Hotel Bintang 3 untuk Calon Jemaah

Megapolitan
Polisi Selidiki Dugaan Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel Saat Sedang Ibadah

Polisi Selidiki Dugaan Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel Saat Sedang Ibadah

Megapolitan
Mahasiswa di Tangsel Diduga Dikeroyok saat Beribadah, Korban Disebut Luka dan Trauma

Mahasiswa di Tangsel Diduga Dikeroyok saat Beribadah, Korban Disebut Luka dan Trauma

Megapolitan
Kasus Kekerasan di STIP Terulang, Pengamat: Ada Sistem Pengawasan yang Lemah

Kasus Kekerasan di STIP Terulang, Pengamat: Ada Sistem Pengawasan yang Lemah

Megapolitan
Kasus Penganiayaan Putu Satria oleh Senior, STIP Masih Bungkam

Kasus Penganiayaan Putu Satria oleh Senior, STIP Masih Bungkam

Megapolitan
Beredar Video Sekelompok Mahasiswa di Tangsel yang Sedang Beribadah Diduga Dianiaya Warga

Beredar Video Sekelompok Mahasiswa di Tangsel yang Sedang Beribadah Diduga Dianiaya Warga

Megapolitan
Tegar Tertunduk Dalam Saat Dibawa Kembali ke TKP Pembunuhan Juniornya di STIP...

Tegar Tertunduk Dalam Saat Dibawa Kembali ke TKP Pembunuhan Juniornya di STIP...

Megapolitan
Rumah Warga di Bogor Tiba-tiba Ambruk Saat Penghuninya Sedang Nonton TV

Rumah Warga di Bogor Tiba-tiba Ambruk Saat Penghuninya Sedang Nonton TV

Megapolitan
Jadwal Pendaftaran PPDB Kota Bogor 2024 untuk SD dan SMP

Jadwal Pendaftaran PPDB Kota Bogor 2024 untuk SD dan SMP

Megapolitan
Sejumlah Warga Setujui Usulan Heru Budi Bangun 'Jogging Track' di RTH Tubagus Angke untuk Cegah Prostitusi

Sejumlah Warga Setujui Usulan Heru Budi Bangun "Jogging Track" di RTH Tubagus Angke untuk Cegah Prostitusi

Megapolitan
Taruna Tingkat 1 STIP Dipulangkan Usai Kasus Penganiayaan oleh Senior

Taruna Tingkat 1 STIP Dipulangkan Usai Kasus Penganiayaan oleh Senior

Megapolitan
Ketika Ahok Bicara Solusi Masalah Jakarta hingga Dianggap Sinyal Maju Cagub DKI...

Ketika Ahok Bicara Solusi Masalah Jakarta hingga Dianggap Sinyal Maju Cagub DKI...

Megapolitan
Kelakuan Pria di Tanah Abang, Kerap Makan di Warteg tapi Bayar Sesukanya Berujung Ditangkap Polisi

Kelakuan Pria di Tanah Abang, Kerap Makan di Warteg tapi Bayar Sesukanya Berujung Ditangkap Polisi

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com