Ahok
Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok yang ayahnya sempat menjadi pengusaha bioskop di Belitung, mengaku paham tentang industri perfilman Indonesia yang banyak masalah. Di sektor produksi, Ahok menaruh perhatian besar pada film indie (independen) dan film pendek yang banyak digawangi anak muda.
Ahok menyatakan niatnya untuk mendanai produksi film indie dan menyiapkan dewan untuk menyeleksinya. Ahok mengaku ingin bekerjasama dengan Perusahaan Film Negara (PFN) yang memiliki tanah di Otista, Jakarta Timur, untuk membangun pusat perfilman.
Pusat perfilman itu akan dilengkapi dengan peralatan yang bisa digunakan oleh siapapun.
"Jadi orang bikin film di Jakarta dia tinggal bawa orang, kamera semua bisa sewa sudah ada kelasnya sehingga Jakarta juga jadi pusat pembuatan film ke depan," kata Ahok.
Ahok mengaku sempat mencopot Kepala Unit Pengelola Monas karena terlalu kaku dalam hal perizinan shooting film di Monas.
Di sektor eksebisi, Ahok mengaku juga banyak mencopot anak buahnya di Dinas Pariwisata lantaran tak becus mengurus festival film. Ahok mengatakan, dana besar bagi festival film yang berasal dari APBD masih belum dikelola dengan baik oleh pihaknya.
Ahok bermimpi bisa membeli rumah-rumah tua di Menteng dan Kebayoran Baru sebagai pusat-pusat kebudayaan, tak terkecuali tempat pemutaran film. Ia mengatakan bahwa dominasi 21 Cineplex membuat industri perfilman nasional terkatung-katung dalam menayangkan filmnya.
Waktu masih aktif sebagai gubernur, Ahok menyediakan tempat di Balai Kota untuk memutar film nasional di akhir pekan.
"Bioskop rakyat sudah kami tawarkan. Boleh pakai gedung-gedung pemerintah kami. Kan enggak usah sewa, AC sudah kami tanggung, syaratnya film nasional," kata Ahok.
Untuk mendorong bioskop-bisokop kecil tetap ramai, Ahok mengatakan pemegang KJP nantinya akan disubsidi untuk menonton film-film nasional, khususnya yang bertema sejarah.
"Film Cokroaminoto sudah ajak. Jadi film-film sejarah yang mungkin tidak bisa nutupin (modal) karena penonton yang enggak banyak, tapi ini sejarah, ini harus didorong anak-anak sekolah untuk nonton supaya orang mau produksi," kata Ahok.
Anies Baswedan
Pajak perfilman merupakan kedua terbesar penyumbang pajak hiburan DKI. Ketika ditanya bagaimana mengembalikan pajak itu untuk mendorong perfilman, Anies menekankan pada menumbuhkan generasi baru perfilman.
Anies ingin membuka kejuruan film di SMK di Jakarta. Meski perfilman mesti ditopang oleh kebijakan nasional, Anies berjanji akan mengusahakan agar Jakarta ramah bagi kegiatan perfilman.
"Bagi insan perfilman, ada kesempatan belajar dan kesempatan mengundang anda. Kami bisa mengundang siapa saja datang ke Jakarta. Di dini pentingnya menumbuhkan interaksi, dialog antara mereka yang sudah bermain di level dunia dengan mereka yang bermain di level lokal, sehingga standar kita meningkat," kata Anies.
Anies juga berjanji akan menyisihkan sebagian APBD untuk menyiapkan tempat dan program yang sesuai dengan kebutuhan para insan perfilman. Pajak film Jakarta dari bioskop, kata Anies, akan dikembalikan untuk pembiayaan film indie (independen).
"Kalau di sini akan ada insentif pengurangan pajak. Ketika diputar di Jakarta, Pemda bisa mengurangi pajaknya, beda dari film impor," kata Anies.
Sulitnya shooting di Jakarta juga dikeluhkan Wanda Hamidah kepada Anies Baswedan. Anies berjanji ke depan akan menjadikan seluruh ruang publik ramah bagi kegiatan seni dan budaya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.