Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Arifin Siagian Jatuh Bangun Berjualan di Lapo Senayan

Kompas.com - 18/01/2017, 12:34 WIB
Sri Noviyanti

Penulis

Setelah hampir 10 tahun berjualan di sana, kabar akan diselenggarakan Konferensi Tingkat Tinggi Non Blok 1992 datang. Mereka pun diimbau untuk pindah. Waktu itu, para pedagang direlokasi.

Tempat relokasi itulah yang kini menjadi tempatnya berdagang, di Lapangan Tembak Senayan. Warungnya berdiri di bagian belakang, dengan ukurannya satu petak atau 4 x 4 meter persegi. Letaknya, berseberangan dengan Jalan Palmerah Selatan, bukan di pintu masuk Pujasera.

Sengaja, oleh Arifin, suasana dibuat sama. Bangku dan meja ditata sederhana. Ruangan pun seadanya. Tak ada pendingin, hanya ada kipas angin di beberapa sudut. Untuk memberi kesan lega, ia menaruh kaca pada sepanjang dinding  pojok.

Awalnya, ia optimistis lapo akan laku.

“Mikirnya karena lokasi pindahnya dekat, kami akan cepat ramai. Ternyata tidak demikian,” ujar Arifin.

Ia harus berlapang dada menerima kenyataan bahwa pelanggan tak sebanyak dahulu. Sebab, saat itu jalan belakang belum dibuka.

"Jadi ini memang bukan akses yang kerap dilewati orang,” ujarnya.

Keadaan sepi tersebut, kata Arifin, membuat banyak pedagang stres kemudian menutup usahanya. Bahkan, ada pedagang martabak yang sampai sakit, kemudian meninggal.


Beda dengan pedagang yang memilih tutuo, Arifin memiliki keyakinan kalau suatu hari nanti tempat itu akan ramai. Ia pun berani mengambil lahan warung tutup yang bersisian dengan rumah makannya. “Tiga kalilah kami memperbesar warung ini,” ujarnya.

Kondisi sepi berlangsung hingga 7 tahun. Manajemen Gelora Bung Karno (GBK) pun sebagai pengelola tidak mengambil uang sewa. “Mereka mengerti kalau usaha kami hampir mati. Tak ada uang,” katanya.

Sampai pada akhirnya, pengunjung ramai berdatangan. Jalan itu jadi akses menuju kawasan Jakarta Selatan. Terlebih lagi, letaknya dekat dengan Stasiun Palmerah.

“Tak disangka lokasi ini jadi terasa begitu strategis dan bisa dilewati banyak orang,” ujarnya.

Barulah setelah itu, Arifin dan keluarga mencicipi ranum usaha tersebut. Pada jam makan siang, orang bisa mengantre untuk makan di tempat. Bahkan, kalau sudah dekat waktu Idul Fitri, jumlah pengunjung bisa berkali-kali lipat.

Lapo ini penghasilan utama saya. Dari sini saya bisa menyekolahkan enam anak saya,” kata dia.

Dari Lapo, omzet satu bulan yang bisa diraup Arifin sejumlah Rp 80 juta. Dia harus membayar 15 karyawan, uang sewa, dan pembelian bahan baku rutin. Keuntungan bersih yang dipetiknya hanya 25 persen.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kilas Balik Benyamin-Pilar di Pilada Tangsel, Pernah Lawan Keponakan Prabowo dan Anak Wapres, Kini Potensi Hadapi Kotak Kosong

Kilas Balik Benyamin-Pilar di Pilada Tangsel, Pernah Lawan Keponakan Prabowo dan Anak Wapres, Kini Potensi Hadapi Kotak Kosong

Megapolitan
Jejak Kekerasan di STIP dalam Kurun Waktu 16 Tahun, Luka Lama yang Tak Kunjung Sembuh...

Jejak Kekerasan di STIP dalam Kurun Waktu 16 Tahun, Luka Lama yang Tak Kunjung Sembuh...

Megapolitan
Makan dan Bayar Sesukanya di Warteg Tanah Abang, Pria Ini Beraksi Lebih dari Sekali

Makan dan Bayar Sesukanya di Warteg Tanah Abang, Pria Ini Beraksi Lebih dari Sekali

Megapolitan
Cerita Pelayan Warteg di Tanah Abang Sering Dihampiri Pembeli yang Bayar Sesukanya

Cerita Pelayan Warteg di Tanah Abang Sering Dihampiri Pembeli yang Bayar Sesukanya

Megapolitan
Cegah Praktik Prostitusi, Satpol PP DKI Dirikan Tiga Posko di RTH Tubagus Angke

Cegah Praktik Prostitusi, Satpol PP DKI Dirikan Tiga Posko di RTH Tubagus Angke

Megapolitan
Oli Tumpah Bikin Jalan Juanda Depok Macet Pagi Ini

Oli Tumpah Bikin Jalan Juanda Depok Macet Pagi Ini

Megapolitan
RTH Tubagus Angke Jadi Tempat Prostitusi, Komisi D DPRD DKI: Petugas Tak Boleh Kalah oleh Preman

RTH Tubagus Angke Jadi Tempat Prostitusi, Komisi D DPRD DKI: Petugas Tak Boleh Kalah oleh Preman

Megapolitan
DPRD DKI Minta Warga Ikut Bantu Jaga RTH Tubagus Angke

DPRD DKI Minta Warga Ikut Bantu Jaga RTH Tubagus Angke

Megapolitan
Mayat Laki-laki Mengapung di Perairan Kepulauan Seribu, Kaki dalam Kondisi Hancur

Mayat Laki-laki Mengapung di Perairan Kepulauan Seribu, Kaki dalam Kondisi Hancur

Megapolitan
Mayat Laki-laki Mengapung di Perairan Laut Pulau Kotok Kepulauan Seribu

Mayat Laki-laki Mengapung di Perairan Laut Pulau Kotok Kepulauan Seribu

Megapolitan
Tak Lagi Marah-marah, Rosmini Tampak Tenang Saat Ditemui Adiknya di RSJ

Tak Lagi Marah-marah, Rosmini Tampak Tenang Saat Ditemui Adiknya di RSJ

Megapolitan
Motor Tabrak Pejalan Kaki di Kelapa Gading, Penabrak dan Korban Sama-sama Luka

Motor Tabrak Pejalan Kaki di Kelapa Gading, Penabrak dan Korban Sama-sama Luka

Megapolitan
Expander 'Nyemplung' ke Selokan di Kelapa Gading, Pengemudinya Salah Injak Gas

Expander "Nyemplung" ke Selokan di Kelapa Gading, Pengemudinya Salah Injak Gas

Megapolitan
Buntut Bayar Makan Sesukanya di Warteg Tanah Abang, Seorang Pria Ditangkap Polisi

Buntut Bayar Makan Sesukanya di Warteg Tanah Abang, Seorang Pria Ditangkap Polisi

Megapolitan
Cegah Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke, Kini Petugas Patroli Setiap Malam

Cegah Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke, Kini Petugas Patroli Setiap Malam

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com