Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Sopir Bemo yang Masih Wara-wiri di Jalanan Jakarta

Kompas.com - 26/01/2017, 13:47 WIB
Cahyu Cantika Amiranti

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com- Seorang sopir bemo menawarkan orang-orang yang berdiri di pinggir jalan Bendungan Hilir Raya untuk naik kendaraannya, termasuk saya. Saya pun duduk di samping sang sopir.

Di bangku belakang terlihat tiga orang penumpang lain. Jadi, total ada empat orang penumpang bemo tersebut termasuk saya.

"Sekarang penumpang bemo memang semakin sepi. Apalagi sejak ada transportasi online. Pendapatan saya berkurang 50 persen," ujar seorang sopir bemo Nanang (50), Rabu (25/1/2017).

Dulu, dia mengaku bisa mendapatkan pendapatan bersih sebesar Rp 80.000 sehari. Kini, Nanang pulang ke rumah hanya membawa sekitar Rp 40.000

Tarif bemo yang harus dibayar penumpang adalah Rp 3.000, kecuali siswa berseragam hanya membayar Rp 1.000. Sebenarnya, setiap hari Nanang bisa mendapat sekitar Rp 170.000, tetapi pendapatan ini masih harus dipotong biaya setoran dan biaya bensin.

Dia harus membayar setoran kepada pemilik sebesar Rp 50.000, sedangkan biasa bensin biasanya menghabiskan sekitar Rp 80.000.

Untuk mendapat penghasilan yang cukup, lanjut Nanang, sopir bemo harus kerja dari pagi hingga malam. Biasanya dia berangkat dari rumah pukul 05.00 WIB lalu pulang istirahat pukul 12.00. Kemudian kembali "narik" pukul 13.00 sampai pukul 20.00.

"Padahal, saat masih banyak orang mau naik bemo, saya cuma kerja sampai siang. Pendapatan harian saya sudah mencukupi," ucap Nanang.

Terlebih lagi, rute perjalanan bemo juga semakin berkurang. Dulu, mereka boleh "narik" hingga Tanah Abang. Namun, sejak 1996 mereka hanya boleh beroperasi hingga Pejompongan.

"Padahal, dulu banyak penumpang yang naik dari Stasiun Palmerah ke Stasiun Tanah Abang. Pendapatan kami cukup banyak dari situ," kata Nanang.

Cahyu Cantika Amiranti Bemo yang masih beroperasi di Jakarta.
Dia mengatakan bemo mencoba bertahan di tengah semakin maraknya kendaraan angkutan ibu kota yang semakin modern, termasuk yang menggunakan aplikasi online. Menurutnya, hingga kini bemo masih laku digunakan oleh penumpang yang ingin pergi dalam jarak dekat.

"Kalau mau pergi ke tempat yang sedikit jauh atau ke tempat yang mengharuskan penumpang untuk menyeberang, sekarang mereka pasti lebih memilih transportasi online," ujar Nanang.

Akhirnya, banyak sopir bemo yang menutuskan untuk berhenti "narik". Mereka memilih untuk menjual bemonya atau mencari pekerjaan lain di luar daerah.

Sekitar satu hingga dua tahun lalu, masih ada sekitar 100 bemo yang beroperasi di Bendungan Hilir. Sekarang hanya tersisa 40 sampai 50 bemo saja.

Nanang pun berharap keberadaan mereka tak akan dihilangkan oleh pemerintah dalam waktu dekat. Meski pendapatan sudah jauh berkurang, bemo masih menjadi sumber penghasilan utama yang mampu menafkahi kebutuhan pokok sehari-hari para sopir bemo.

"Bersyukur saya masih mampu memberi makan keluarga dan menyekolahkan anak hingga Sekolah Menegah Atas (SMA). Makanya, saya belum ingin berhenti bekerja jadi sopir bemo," ucap Nanang.

Kompas TV Bemo Alih Fungsi Jadi Perpustakaan
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Tak Hanya Membunuh, Pria yang Buang Mayat Wanita di Dalam Koper Sempat Setubuhi Korban

Tak Hanya Membunuh, Pria yang Buang Mayat Wanita di Dalam Koper Sempat Setubuhi Korban

Megapolitan
Polisi Duga Ada Motif Persoalan Ekonomi dalam Kasus Pembunuhan Wanita di Dalam Koper

Polisi Duga Ada Motif Persoalan Ekonomi dalam Kasus Pembunuhan Wanita di Dalam Koper

Megapolitan
Pria di Pondok Aren yang Gigit Jari Rekannya hingga Putus Jadi Tersangka Penganiayaan

Pria di Pondok Aren yang Gigit Jari Rekannya hingga Putus Jadi Tersangka Penganiayaan

Megapolitan
Dituduh Gelapkan Uang Kebersihan, Ketua RW di Kalideres Dipecat

Dituduh Gelapkan Uang Kebersihan, Ketua RW di Kalideres Dipecat

Megapolitan
Pasien DBD di RSUD Tamansari Terus Meningkat sejak Awal 2024, April Capai 57 Orang

Pasien DBD di RSUD Tamansari Terus Meningkat sejak Awal 2024, April Capai 57 Orang

Megapolitan
Video Viral Keributan di Stasiun Manggarai, Diduga Suporter Sepak Bola

Video Viral Keributan di Stasiun Manggarai, Diduga Suporter Sepak Bola

Megapolitan
Terbakarnya Mobil di Tol Japek Imbas Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Terbakarnya Mobil di Tol Japek Imbas Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Megapolitan
Berebut Lahan Parkir, Pria di Pondok Aren Gigit Jari Rekannya hingga Putus

Berebut Lahan Parkir, Pria di Pondok Aren Gigit Jari Rekannya hingga Putus

Megapolitan
DLH DKI Angkut 83 Meter Kubik Sampah dari Pesisir Marunda Kepu

DLH DKI Angkut 83 Meter Kubik Sampah dari Pesisir Marunda Kepu

Megapolitan
Janggal, Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Janggal, Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Megapolitan
8 Pasien DBD Masih Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

8 Pasien DBD Masih Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

Megapolitan
Pengelola Imbau Warga Tak Mudah Tergiur Tawaran Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Pengelola Imbau Warga Tak Mudah Tergiur Tawaran Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Megapolitan
UPRS IV: Banyak Oknum yang Mengatasnamakan Pengelola dalam Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru

UPRS IV: Banyak Oknum yang Mengatasnamakan Pengelola dalam Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Megapolitan
9 Jam Berdarah: RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

9 Jam Berdarah: RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

Megapolitan
Seorang Remaja Tenggelam di Kali Ciliwung, Diduga Terseret Derasnya Arus

Seorang Remaja Tenggelam di Kali Ciliwung, Diduga Terseret Derasnya Arus

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com