Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terminal Pulo Gebang Sekadar Tempat Baru Keberangkatan Bus AKAP

Kompas.com - 07/02/2017, 20:28 WIB

JAKARTA, KOMPAS —    Meskipun dirancang sebagai terminal modern, pengoperasian Terminal Terpadu Pulo Gebang di Jakarta Timur masih jauh dari ideal. Hingga Senin (6/2/2017), Pulo Gebang sekadar menjadi tempat baru bagi keberangkatan bus antarkota antarprovinsi atau AKAP dari sejumlah terminal bantuan.

Salah satu ketidaknyamanan di terminal ini terlihat dari penjualan tiket bus AKAP. Karyawan penjual tiket bus berkerumun menghadang calon penumpang.

Di gedung terminal tersedia 31 loket. Namun, jumlah itu tak cukup untuk menampung semua perusahaan otobus yang berjumlah lebih dari 70 PO. Akibatnya, karyawan PO menggelar lebih dari 40 meja loket sementara di area kios yang belum digunakan.

Kios itu berada tepat sebelum pintu masuk area keberangkatan. Akibatnya, saat penumpang menuju tempat keberangkatan, mereka langsung dihadang meja- meja penjualan tiket, termasuk karyawan PO. "Masih seperti di Terminal Pulogadung. Penumpang masih dicegat karyawan PO," kata Rudi (37), penjual tiket bus PO Gunung Mulia.

Rudi mengatakan, PO Gunung Mulia sudah memiliki loket sejak 2015. Namun, karena sebagian besar PO menggelar meja penjualan tiket di dekat pintu masuk keberangkatan, dia juga ikut melakukan hal serupa. Kalau tidak ikut, saya tidak bisa memperoleh penumpang," katanya.

Untuk menggelar meja-meja penjualan tiket itu, karyawan PO patungan Rp 150.000 untuk setiap PO. Uang itu dipakai untuk membeli karpet plastik sebagai alas lantai kios yang masih berupa lantai beton kasar dan untuk membeli spanduk.

"Mungkin anggaran pemerintah belum ada. Jadi, kami swadaya membuat loket sementara ini," ujar Rudi.

Minim informasi

Informasi petunjuk arah bagi penumpang juga masih minim. Untuk menjangkau area keberangkatan, misalnya, hanya tersedia papan petunjuk arah di lantai dasar yang menunjukkan bahwa area keberangkatan berada di lantai dua.

Setelah mencapai lantai dua, tak tersedia lagi papan petunjuk menuju area keberangkatan itu. Penumpang harus bertanya kepada petugas atau karyawan PO di lantai dua. Jika bertanya ke karyawan PO, calon penumpang hampir pasti diminta untuk membeli tiket bus. Permintaan itu disampaikan karyawan PO dengan nada agak memaksa.

Demikian pula untuk calon penumpang angkutan kota. Tak tersedia papan petunjuk arah dan jurusan angkutan dalam kota yang memadai.

Beberapa penumpang kesulitan mencari angkutan kota, seperti metromini dan KWK. "Di mana ya saya bisa dapat angkot? Saya tidak punya kartu, jadi tidak bisa naik bus transjakarta," kata Parmin (35), yang baru tiba dari salah satu daerah di Jawa Tengah.

Parmin akhirnya memutuskan keluar dari gedung terminal. Padahal, angkutan kota yang dibutuhkan Parmin berada satu lantai dengan area bus transjakarta.

Menurut Kepala Operasional Unit Pelaksana Teknis Terminal DKI Jakarta Syamsul Mirwan, semua bus AKAP tidak boleh lagi beroperasi di terminal bantuan, yakni Rawamangun, Pinang Ranti, Grogol, Muara Angke, Tanjung Priok, Tanah Merdeka, dan Pasar Minggu. "Terminal bantuan dikembalikan pada fungsinya sebagai terminal dalam kota," katanya.

Bus-bus AKAP jurusan Jawa didorong ke Terminal Pulo Gebang, sedangkan bus jurusan Sumatera dipusatkan di Kalideres, Jakarta Barat, dan Kampung Rambutan untuk bus AKAP tujuan Jawa Barat.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Senior yang Aniaya Taruna STIP Panik saat Korban Tumbang, Polisi: Dia Berusaha Bantu, tapi Fatal

Senior yang Aniaya Taruna STIP Panik saat Korban Tumbang, Polisi: Dia Berusaha Bantu, tapi Fatal

Megapolitan
Pengemis yang Suka Marah-marah Dijenguk Adiknya di RSJ, Disebut Tenang saat Mengobrol

Pengemis yang Suka Marah-marah Dijenguk Adiknya di RSJ, Disebut Tenang saat Mengobrol

Megapolitan
BOY STORY Bawakan Lagu 'Dekat di Hati' Milik RAN dan Joget Pargoy

BOY STORY Bawakan Lagu "Dekat di Hati" Milik RAN dan Joget Pargoy

Megapolitan
Lepas Rindu 'My Day', DAY6 Bawakan 10 Lagu di Saranghaeyo Indonesia 2024

Lepas Rindu "My Day", DAY6 Bawakan 10 Lagu di Saranghaeyo Indonesia 2024

Megapolitan
Jelang Pilkada 2024, 8 Nama Daftar Jadi Calon Wali Kota Bogor Melalui PKB

Jelang Pilkada 2024, 8 Nama Daftar Jadi Calon Wali Kota Bogor Melalui PKB

Megapolitan
Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Megapolitan
Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Megapolitan
Kala Senioritas dan Arogansi Hilangkan Nyawa Taruna STIP...

Kala Senioritas dan Arogansi Hilangkan Nyawa Taruna STIP...

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com