Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Infrastruktur Kota Depok yang Belum Memadai

Kompas.com - 20/02/2017, 17:00 WIB

Kota Depok di usianya yang hampir ke-18 tahun masih terus mengatasi ketertinggalan infrastruktur. Laju pembangunan infrastruktur belum sebanding dengan laju pertumbuhan kota yang kian pesat. Pembangunan infrastruktur mendasar, seperti jalan, terus menghadapi kendala.

Kepala Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air Kota Depok Manto, Jumat (17/2), dalam temu media memperingati satu tahun pemerintahan Wali Kota Idris Abdul Shomad dan Wakil Wali Kota Pradi Supriatna, mengakui, Depok pada awalnya tidak didesain menjadi kota. Hal ini tampak dari ruas-ruas jalan yang ada di Depok yang rata-rata hanya terdiri atas dua jalur.

"Persoalan yang dihadapi Depok sama seperti kota lain, yaitu kemacetan. Dengan pertambahan penduduk yang kian pesat, pertumbuhan pun tidak terkendali. Warga mendirikan bangunan sangat rapat dengan jalan, jalan inspeksi kini menjadi jalan umum, dan di sekitarnya dipadati bangunan, padahal seharusnya tidak boleh," kata Manto.

Manto mengatakan, karena itu, Pemerintah Kota Depok saat ini selalu menghadapi kesulitan membangun jalan. Permasalahan utamanya adalah warga yang tak mau melepaskan lahan mereka walau pemkot telah mengalokasikan anggaran.

"Kini, kalau warga meminta harga tanahnya sampai Rp 40 juta per meter persegi, itu bagaimana? Akhirnya waktu habis untuk tawar-menawar, terjadi silpa," ujar Manto.

Saat ini, Pemkot Depok fokus membangun jalan lingkungan dan drainase yang kondisinya 78 persen cukup baik. Jalan-jalan utama yang kerap macet, seperti Jalan Raya Sawangan, belum dapat dilebarkan.

"Akhirnya yang dapat dilakukan untuk mengurangi kemacetan saat ini adalah melebarkan simpang- simpang jalan yang selama ini macet. Minimal itu," katanya.

Idris mengatakan, selain kebutuhan jalan, persoalan lain yang menjadi prioritas adalah persoalan pengelolaan sampah. Saat ini, kapasitas Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Cipayung sudah melebihi kapasitasnya. Sampah harus dikelola guna mengurangi volume yang dibuang ke TPA.

Kepala Dinas Pendidikan Kota Depok Mohammad Thamrin mengatakan, Depok akan terus membangun gedung sekolah yang selama ini masih kurang. Siswa di beberapa SD dan SMP harus belajar dengan menumpang di sekolah lain.

"Tahun ini, kami menganggarkan pembangunan untuk gedung SMPN 25 dan SMPN 26 dari total kebutuhan enam SMP. Untuk SMA, karena kewenangannya di tingkat provinsi, kami terus mendorong pemerintah provinsi. Seperti pembangunan gedung SMAN 14 yang sudah kami lakukan pembebasan lahannya," katanya. (UTI)

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 20 Februari 2017, di halaman 25 dengan judul "Infrastruktur Kota Depok yang Belum Memadai".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Megapolitan
Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Megapolitan
Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Megapolitan
Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Megapolitan
Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Megapolitan
Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Megapolitan
Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Megapolitan
Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Megapolitan
Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Megapolitan
Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Megapolitan
Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Megapolitan
Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Megapolitan
Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Megapolitan
Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Megapolitan
Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, 'Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan'

Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, "Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan"

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com