Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jaringan Predator Anak di Grup ”Permen”

Kompas.com - 16/03/2017, 20:29 WIB

Kepala Unit I Subdirektorat Cyber Crime, Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Metro Jaya, Komisaris Joko Handono menyebut, W dan DF juga pelaku kejahatan seksual pada anak, sedangkan DS dan SH hanya admin. DF yang paling banyak memangsa anak-anak (enam korban), beberapa di antaranya direkam, termasuk keponakannya.

”Ia bahkan lupa sudah berapa kali,” kata Joko.

Pengungkapan kasus berawal dari masuknya informasi terdapat grup-grup Facebook yang patut dicurigai mengandung materi pornografi anak. Tim melakukan patroli siber, mengecek grup mana yang terkonfirmasi sebagai jaringan paedofil.

Dijumpai fakta, para predator berjejaring dengan predator dari negara lain. Buktinya dari grup-grup pornografi anak di aplikasi Whatsapp yang diikuti para admin. Ada 10 grup internasional dengan admin menggunakan nomor ponsel Peru, Argentina, Meksiko, El Salvador, Cile, Bolivia, Kolombia, Kosta Rika, dan Amerika Serikat. Hanya satu grup Whatsapp dengan admin pengguna nomor Indonesia.

Menurut tersangka DF, ia sudah lama menikmati berbagai jenis video porno hingga bosan. ”Saya menonton video porno dewasa sejak kelas IV SD,” kata pemuda putus sekolah itu.

Ia justru menemukan ketertarikan pada video porno yang melibatkan anak-anak. ”Waktu kelas V SD saya menjadi korban pelecehan seksual sesama jenis. Setelah itu saya tidak mau keluar rumah seminggu,” katanya.

Sementara W, awalnya ia membuat grup di aplikasi Whatsapp untuk berbagi konten pornografi. Namun, karena jumlahnya terbatas, anggota grup mendesak untuk membuat grup di Facebook.

”Grup Facebook itu isinya campuran, enggak cuma anak. Tapi, banyak anggota yang suka genre anak-anak,” kata pencandu film porno yang mulai tertarik pornografi anak belum lama itu.

Perasaan suka pornografi anak-anak tumbuh ketika ada orang lain yang suka.

Pengakuan dua tersangka lain, DS yang bekerja di perusahaan konfeksi dan SH yang berstatus pelajar SMA, mereka hanya ikut-ikutan. Namun, mereka tak bisa membuat alasan yang masuk akal saat didesak kenapa tidak dari dulu meninggalkan grup predator itu.

Hukuman tak cukup

Kepala Polri Jenderal (Pol) Tito Karnavian berharap peran semua pihak untuk melindungi anak-anak dari ancaman kejahatan. ”Kita harus cegah potensi aksi kejahatan pada anak, masa depan bangsa. Tidak cukup penegakan hukum,” katanya.

Secara khusus, Wakil Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia Susanto mengapresiasi langkah polisi dalam membongkar sindikat itu. Untuk pencegahan, anak-anak perlu terus didampingi dan diberi pemahaman yang benar tentang pornografi agar tak mudah terpengaruh iming-iming dan bujuk rayu yang berujung obyek pornografi.

”Selanjutnya, yang terpenting adalah anak-anak diajarkan menggunakan media sosial seperlunya, memanfaatkan untuk hal positif,” katanya.

Pemerintah, kata Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika Samuel Abrijani Pangerapan, terus bergerak cepat menangani laporan penyalahgunaan internet.

”Untuk kasus pornografi anak, kami kejar ke mana pun pelakunya,” katanya. (ELD/SON/SAN)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Penampakan Lokasi Penemuan Mayat Pria dalam Sarung di Pamulang Tangsel

Penampakan Lokasi Penemuan Mayat Pria dalam Sarung di Pamulang Tangsel

Megapolitan
Warga Sebut Ada Benda Serupa Jimat pada Mayat Dalam Sarung di Pamulang

Warga Sebut Ada Benda Serupa Jimat pada Mayat Dalam Sarung di Pamulang

Megapolitan
Soal Duet Anies-Ahok di Pilkada DKI, PDI-P: Karakter Keduanya Kuat, Siapa yang Mau Jadi Wakil Gubernur?

Soal Duet Anies-Ahok di Pilkada DKI, PDI-P: Karakter Keduanya Kuat, Siapa yang Mau Jadi Wakil Gubernur?

Megapolitan
Warga Dengar Suara Mobil di Sekitar Lokasi Penemuan Mayat Pria Dalam Sarung di Pamulang

Warga Dengar Suara Mobil di Sekitar Lokasi Penemuan Mayat Pria Dalam Sarung di Pamulang

Megapolitan
Bungkamnya Epy Kusnandar Setelah Ditangkap Polisi karena Narkoba

Bungkamnya Epy Kusnandar Setelah Ditangkap Polisi karena Narkoba

Megapolitan
Polisi Cari Tahu Alasan Epy Kusnandar Konsumsi Narkoba

Polisi Cari Tahu Alasan Epy Kusnandar Konsumsi Narkoba

Megapolitan
Epy Kusnandar Terlihat Linglung Usai Tes Kesehatan, Polisi: Sudah dalam Kondisi Sehat

Epy Kusnandar Terlihat Linglung Usai Tes Kesehatan, Polisi: Sudah dalam Kondisi Sehat

Megapolitan
Usai Tes Kesehatan, Epy Kusnandar Bungkam Saat Dicecar Pertanyaan Awak Media

Usai Tes Kesehatan, Epy Kusnandar Bungkam Saat Dicecar Pertanyaan Awak Media

Megapolitan
Polisi Selidiki Penemuan Mayat Pria Terbungkus Kain di Tangsel

Polisi Selidiki Penemuan Mayat Pria Terbungkus Kain di Tangsel

Megapolitan
Polisi Tes Kesehatan Epy Kusnandar Usai Ditangkap Terkait Kasus Narkoba

Polisi Tes Kesehatan Epy Kusnandar Usai Ditangkap Terkait Kasus Narkoba

Megapolitan
Tersangkut Kasus Narkoba, Epy Kusnandar dan Yogi Gamblez Ditangkap Dalam Kondisi Sadar

Tersangkut Kasus Narkoba, Epy Kusnandar dan Yogi Gamblez Ditangkap Dalam Kondisi Sadar

Megapolitan
Mayat yang Ditemukan Dalam Sarung di Pamulang Berjenis Kelamin Pria dan Berusia Sekitar 40 Tahun

Mayat yang Ditemukan Dalam Sarung di Pamulang Berjenis Kelamin Pria dan Berusia Sekitar 40 Tahun

Megapolitan
Polisi Otopsi Mayat Pria Terbungkus Kain yang Ditemukan di Tangsel

Polisi Otopsi Mayat Pria Terbungkus Kain yang Ditemukan di Tangsel

Megapolitan
Polisi Temukan Luka di Leher dan Tangan pada Jasad Pria Dalam Sarung di Pamulang

Polisi Temukan Luka di Leher dan Tangan pada Jasad Pria Dalam Sarung di Pamulang

Megapolitan
Angkot di Ciracas Tabrak Motor dan Mobil akibat 'Ngebut'

Angkot di Ciracas Tabrak Motor dan Mobil akibat "Ngebut"

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com