Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa yang Dilakukan Ahok, jika Tuhan Tak Izinkannya Jadi Gubernur?

Kompas.com - 06/04/2017, 10:10 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Dalam kontestasi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta putaran kedua ini, calon gubernur nomor pemilihan dua DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok memiliki cara berkampanye yang berbeda dibanding calon gubernur dan wakil gubernur lainnya.

Ahok menggunakan waktunya berkampanye untuk menjenguk warga yang terbaring sakit di rumah. Saat menjenguk warga, Ahok lebih banyak menanyakan mengenai fasilitas kesehatan dibanding ajakan untuk memilih.

Selain itu, ia juga banyak memanfaatkan media sosial untuk berkampanye. Seperti contohnya, melalui tayangan "Ahok Show" dan "Kepoin Pelayan Jakarta".

Baca: Saya Ahok, Bapak Mau Ikut Saya ke Panti?

Beberapa hasil rilis terbaru dari lembaga survei, elektabilitas Ahok dan calon wakil gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat kalah dibandingkan pasangan calon gubernur-wakil gubernur nomor pemilihan tiga DKI Jakarta Anies Baswedan-Sandiaga Uno.

Meskipun kalah dari survei, Ahok mengaku tidak akan mengubah strateginya dengan menjenguk warga yang sakit.

Ahok menyebut kegiatannya itu sekaligus untuk mengevaluasi kinerja Dinas Kesehatan DKI Jakarta, melalui program "Ketuk Pintu Layani dengan Hati".

Program itu menugaskan dokter, perawat, dan bidan dari puskesmas setempat untuk datang ke rumah serta memeriksakan kesehatan warga.

"Saya mikir begini lah, ini kan waktu sangat pendek. Misalnya kalau Tuhan enggak izinkan saya jadi gubernur, saya tetap jadi gubernur sampai Oktober. Berarti saya harus beresin masalah kesehatan ini," kata Ahok, di Gandaria Selatan, Jakarta Selatan, Rabu (5/4/2017).

Pada Rabu kemarin, Ahok juga menggunakan waktunya untuk menjenguk Suhadi Mulyono, warga Gandaria Selatan yang sudah menderita stroke selama lima tahun.

Baca: Ahok Jenguk Penderita Stroke di Gandaria Selatan

Pada pertemuan itu, Ahok mengimbau Suhadi untuk menjaga pola makan dan selalu berpikir positif. Ia juga merayu Suhadi untuk mau dirawat di panti sosial.

"Kami mau lakukan langkah preventif promotif, karena sekarang virus penyakit lebih banyak, penyakit dari makanan juga banyak. Makanya kami harus beri preventif untuk membimbing warga cara hidup sehat," kata Ahok.

Jika dirinya tak lagi menjadi gubernur, Ahok menginginkan gubernur setelahnya untuk dapat melanjutkan sistem yang ia bangun. Seperti contohnya program "Ketuk Pintu Layani dengan Hati" serta pemberian subsidi bagi warga DKI pemegang BPJS Kesehatan.

"Jadi pejabat itu yang penting itu bukan pas jadinya (jadi pejabat), tapi yang paling penting setelah kamu tidak jadi (pejabat), kamu meninggalkan apa. Sehingga orang akan ingat, 'Oh, ini zaman Ahok lho berobat enggak bayar', ini yang penting," kata Ahok.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Setuju Jukir Liar Minimarket Ditertibkan, Anggota DPRD DKI: Meresahkan

Setuju Jukir Liar Minimarket Ditertibkan, Anggota DPRD DKI: Meresahkan

Megapolitan
'Budaya Kekerasan di STIP Tak Ada Kaitannya dengan Dunia Kerja di Kapal'

"Budaya Kekerasan di STIP Tak Ada Kaitannya dengan Dunia Kerja di Kapal"

Megapolitan
4 Tersangka Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior Terancam 15 Tahun Penjara

4 Tersangka Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior Terancam 15 Tahun Penjara

Megapolitan
Pemerataan Air Bersih di Jakarta, Mungkinkah?

Pemerataan Air Bersih di Jakarta, Mungkinkah?

Megapolitan
Begini Peran 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Begini Peran 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Megapolitan
Bertambah 3, Kini Ada 4 Tersangka Kasus Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas

Bertambah 3, Kini Ada 4 Tersangka Kasus Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas

Megapolitan
Polisi Tak Ingin Gegabah dalam Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Polisi Tak Ingin Gegabah dalam Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Megapolitan
Polisi Bantah Senior Penganiaya Taruna STIP hingga Tewas adalah Anak Pejabat

Polisi Bantah Senior Penganiaya Taruna STIP hingga Tewas adalah Anak Pejabat

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta 9 Mei 2024 dan Besok: Tengah Malam ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta 9 Mei 2024 dan Besok: Tengah Malam ini Cerah Berawan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Cerita Eks Taruna STIP soal Lika-liku Perpeloncoan oleh Senior | Junior di STIP Disebut Wajib Panggil Senior dengan Sebutan “Nior”

[POPULER JABODETABEK] Cerita Eks Taruna STIP soal Lika-liku Perpeloncoan oleh Senior | Junior di STIP Disebut Wajib Panggil Senior dengan Sebutan “Nior”

Megapolitan
Rute Transjakarta 10A Rusun Marunda-Tanjung Priok

Rute Transjakarta 10A Rusun Marunda-Tanjung Priok

Megapolitan
Rute KA Cikuray, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Cikuray, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Bantah Pernyataan Ketua STIP soal Tak Ada Lagi Perpeloncoan, Alumni: Masih Ada, tapi pada Enggak Berani Berkoar

Bantah Pernyataan Ketua STIP soal Tak Ada Lagi Perpeloncoan, Alumni: Masih Ada, tapi pada Enggak Berani Berkoar

Megapolitan
Remaja Tusuk Seorang Ibu di Bogor Hingga Pisau Patah

Remaja Tusuk Seorang Ibu di Bogor Hingga Pisau Patah

Megapolitan
Jukir Liar Minimarket Ikhlas “Digusur” Asal Pemerintah Beri Pekerjaan Baru

Jukir Liar Minimarket Ikhlas “Digusur” Asal Pemerintah Beri Pekerjaan Baru

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com