Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benarkah Pilkada DKI Berdampak pada Persoalan Kebinekaan?

Kompas.com - 15/04/2017, 16:19 WIB
Nibras Nada Nailufar

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Siti Zuhro menilai Pilkada DKI Jakarta sebetulnya tak berdampak pada persoalan kebinekaan

Zuhro menanggapi pernyataan tim sukses Ahok-Djarot dan Anies-Sandi yang menyebut isu suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) kerap digunakan untuk menyerang masing-masing pasangan calon.

Zuhro menyebut justru selama ini publik terseret dalam isu yang sebenarnya tak seharusnya dipermasalahkan.

"Yang kita butuhkan DKI pemerintahnya nanti mampu menyempitkan kesenjangan. Bukan NKRI, bineka, Pancasila, enggak ada yang salah dengan itu, yang salah ini orangnya ini lho," kata Siti di Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (15/4/2017).

(Baca: Anies: Berhentilah Memfitnah Pakai Isu SARA)

Zuhro mengatakan masalah sebenarnya adalah orang yang mempermasalahkan dan mengungkit-ngukit kebinekaan.

Menurut dia, tak seharusnya perbedaan dipersoalkan. Sebab, perbedaan adalah kondisi yang sudah ada sebelumnya dan tak bisa dihindari.

Untuk selanjutnya, Zuhro berharap akademisi dan tokoh lebih matang dalam berdiskusi dan berdemokrasi.

Sebelumnya, tim Ahok-Djarot menyebut kerawanan persatuan terindikasi dari spanduk-spanduk penolakan terhadap Ahok yang intimidatif.

Sedangkan tim Anies-Sandi mengeluhkan fitnah bahwa spanduk tersebut berasal dari tim mereka.

Tim Anies-Sandi juga terseret isu Jakarta akan bersyariah di bawah Anies-Sandi.

Ketua Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) DKI Jakarta Mimah Susanti mengatakan pihaknya menemukan tindakan kontraproduktif dalam Pilkada yang berkaitan dengan provokasi yakni spanduk dan penghadangan kampanye.

(Baca: Djarot Bilang Mereka Dihambat Isu SARA di Putaran Pertama Pilkada DKI)

Bawaslu bersama Pemprov DKI dan kepolisian sudah menurunkan ribuan spanduk intimidasi dan bernada SARA.

"Kasus penghadangan kampanye kan masuk ke polisi dan sampai vonis jujur itu menimbulakn efek jera dan tidak ada lagi penghadangan kampanye," kata Mimah.

Kompas TV Polemik Tamasya Almaidah di Pilkada DKI Putaran 2

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

DBD Masih Menjadi Ancaman di Jakarta, Jumlah Pasien di RSUD Tamansari Meningkat Setiap Bulan

DBD Masih Menjadi Ancaman di Jakarta, Jumlah Pasien di RSUD Tamansari Meningkat Setiap Bulan

Megapolitan
Tak Hanya Membunuh, Pria yang Buang Mayat Wanita di Dalam Koper Sempat Setubuhi Korban

Tak Hanya Membunuh, Pria yang Buang Mayat Wanita di Dalam Koper Sempat Setubuhi Korban

Megapolitan
Polisi Duga Ada Motif Persoalan Ekonomi dalam Kasus Pembunuhan Wanita di Dalam Koper

Polisi Duga Ada Motif Persoalan Ekonomi dalam Kasus Pembunuhan Wanita di Dalam Koper

Megapolitan
Pria di Pondok Aren yang Gigit Jari Rekannya hingga Putus Jadi Tersangka Penganiayaan

Pria di Pondok Aren yang Gigit Jari Rekannya hingga Putus Jadi Tersangka Penganiayaan

Megapolitan
Dituduh Gelapkan Uang Kebersihan, Ketua RW di Kalideres Dipecat

Dituduh Gelapkan Uang Kebersihan, Ketua RW di Kalideres Dipecat

Megapolitan
Pasien DBD di RSUD Tamansari Terus Meningkat sejak Awal 2024, April Capai 57 Orang

Pasien DBD di RSUD Tamansari Terus Meningkat sejak Awal 2024, April Capai 57 Orang

Megapolitan
Video Viral Keributan di Stasiun Manggarai, Diduga Suporter Sepak Bola

Video Viral Keributan di Stasiun Manggarai, Diduga Suporter Sepak Bola

Megapolitan
Terbakarnya Mobil di Tol Japek Imbas Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Terbakarnya Mobil di Tol Japek Imbas Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Megapolitan
Berebut Lahan Parkir, Pria di Pondok Aren Gigit Jari Rekannya hingga Putus

Berebut Lahan Parkir, Pria di Pondok Aren Gigit Jari Rekannya hingga Putus

Megapolitan
DLH DKI Angkut 83 Meter Kubik Sampah dari Pesisir Marunda Kepu

DLH DKI Angkut 83 Meter Kubik Sampah dari Pesisir Marunda Kepu

Megapolitan
Janggal, Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Janggal, Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Megapolitan
8 Pasien DBD Masih Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

8 Pasien DBD Masih Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

Megapolitan
Pengelola Imbau Warga Tak Mudah Tergiur Tawaran Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Pengelola Imbau Warga Tak Mudah Tergiur Tawaran Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Megapolitan
UPRS IV: Banyak Oknum yang Mengatasnamakan Pengelola dalam Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru

UPRS IV: Banyak Oknum yang Mengatasnamakan Pengelola dalam Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Megapolitan
9 Jam Berdarah: RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

9 Jam Berdarah: RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com