Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rindu Jalur Puncak Nyaman

Kompas.com - 29/05/2017, 18:00 WIB

Kawasan Puncak Bogor masih menjadi primadona wisata warga Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Panorama alam, hawa sejuk, dan fasilitas komplet adalah daya tariknya. Namun, kemacetan dan rawan kecelakaan masih mengintai.

Kawasan wisata di Kecamatan Cisarua, Megamendung, dan Ciawi itu sedari dulu menawarkan wisata alam pegunungan berhawa sejuk dan panorama indah. Wisatawan juga bisa berkunjung ke sejumlah obyek, di antaranya Taman Safari, Taman Wisata Matahari, Kota Bunga, Kebun Raya Cibodas, dan Taman Bunga Nusantara.

Jalur ini juga merupakan jalur transportasi dari Bogor menuju Bandung, terutama sebelum pembangunan Tol Cipularang. Arus lalu lintas kian padat saat akhir pekan. Beberapa titik kerap jadi pusat kemacetan, antara lain simpang Megamendung, Pasir Muncang, Warung Kaleng, Pasar Cisarua, dan sekitar Taman Wisata Matahari.

Berdasarkan data PT Jasa Marga, setiap akhir pekan, ada 35.000 kendaraan melintasi jalur Puncak. Idealnya daya tampung jalan sepanjang 22,5 kilometer itu rata-rata 5.000 kendaraan.

Separuh responden dalam survei jajak pendapat Kompas, awal Mei lalu, menilai tidak ada upaya pembenahan infrastruktur jalan di jalur wisata Puncak. Satu dari lima responden menilai kondisi infrastruktur jalan Puncak kian buruk. Itu terkait medan jalan sempit, berkelok, menanjak, dan menurun yang memperbesar potensi kecelakaan.

Risiko kecelakaan kian tinggi jika lalu lintas padat dan licin karena hujan. April lalu, dua kecelakaan terjadi di wilayah Puncak. Belasan orang tewas.

Menurut rencana, pelebaran jalan akan dimulai dengan menertibkan pedagang kaki lima di pinggir jalan. Pemadatan bahu jalan dan pengaspalan akan dilakukan pada 2018 setelah pelebaran.

Tidak signifikan

Guna mengatasi kemacetan dan meningkatkan keselamatan, Pemerintah Kabupaten Bogor berencana menata kembali jalur lintas Puncak sejak 2010. Rencana penataan itu, antara lain pelebaran jalan raya Puncak, membuka jalan alternatif, dan membangun jalur poros timur tengah atau jalur Puncak II.

Hingga kini, upaya penataan itu belum terwujud. Rencana jalur Puncak II sepanjang 48,7 km baru terwujud 30 km. Itu pun mayoritas masih jalan tanah. Ruas jalan yang diaspal baru 3,5 km. Menurut rencananya, badan jalan Gadog hingga Gunung Mas akan dilebarkan dari 7 meter menjadi 11 meter.

Hampir separuh responden menilai, penataan jalur Puncak kian buruk. Sepertiga bagian responden menilai penataan tak berkembang. Yang terlihat baru kebijakan satu arah sejak 1986 pada akhir pekan. Pukul 09.00-pukul 11.00, jalur dibuka satu arah menuju Puncak. Pukul 15.00-pukul 17.00, jalur satu arah menuju Bogor.

Peraturan satu arah itu dinilai efektif oleh 60 persen responden. Wisatawan dari arah Jakarta/Bogor yang menuju Puncak pada Sabtu pagi bisa melaju lancar. Sebaliknya, Minggu sore, arus balik menuruni Puncak lancar.

Namun, sepertiga responden (35 persen) menganggap buka tutup jalan itu tak efektif mencairkan kemacetan. Sistem itu menimbulkan ketidaknyamanan karena menimbulkan ketidakpastian waktu. Sistem itu juga diprotes warga karena mengganggu mobilitas.

Solusi menyeluruh

Sejalan dengan persoalan kemacetan dan keselamatan yang mengemuka, hampir 40 persen responden berpendapat bahwa penambahan kapasitas jalan merupakan solusi terpenting untuk diwujudkan. Harapannya, rencana pelebaran jalan menuju Puncak dapat segera direalisasi.

Selain itu, 30 persen responden juga setuju jika pemerintah membangun jalan alternatif di selatan dan utara jalur Puncak. Itu tidak saja mengurangi kepadatan dan beban jalur Puncak, tetapi juga membuka atau menghidupkan sentra-sentra ekonomi rakyat di pedesaan.

Meski demikian, dalam jangka panjang, masyarakat tidak menutup diri dengan pengadaan angkutan massal untuk mengurai kemacetan. Moda transportasi massal yang nyaman, aman, terjangkau, dan terkoneksi antarmoda juga diusulkan seperempat responden. Sebanyak tiga dari lima responden mengaku tertarik mencoba jika angkutan massal tersedia menuju jalur wisata Puncak.

Upaya mengatasi persoalan jalur Puncak bisa jadi tidak cukup hanya dengan menambah kapasitas jalan. Diperlukan penataan menyeluruh agar jalur menuju Puncak lebih nyaman dan aman bagi pengguna jalan.

(ANTONIUS PURWANTO/LITBANG KOMPAS)

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 28 Mei 2017, di halaman 11 dengan judul "Rindu Jalur Puncak Nyaman".


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

FA Curi dan Sembunyikan Golok Tukang Kelapa untuk Bunuh Pamannya di Tangsel

FA Curi dan Sembunyikan Golok Tukang Kelapa untuk Bunuh Pamannya di Tangsel

Megapolitan
Bentuk Tim Lintas Jaya untuk Tertibkan Juru Parkir Liar, Kadishub DKI: Terdiri dari Polisi, TNI, sampai Kejaksaan

Bentuk Tim Lintas Jaya untuk Tertibkan Juru Parkir Liar, Kadishub DKI: Terdiri dari Polisi, TNI, sampai Kejaksaan

Megapolitan
Korban Kecelakaan Bus di Subang Bakal Diberi Pendampingan Psikologis untuk Hilangkan Trauma

Korban Kecelakaan Bus di Subang Bakal Diberi Pendampingan Psikologis untuk Hilangkan Trauma

Megapolitan
Tak Setuju Penertiban, Jukir Liar Minimarket: Yang di Bawah Cari Makan Setengah Mati

Tak Setuju Penertiban, Jukir Liar Minimarket: Yang di Bawah Cari Makan Setengah Mati

Megapolitan
Mengaku Tak Pernah Patok Tarif Seenaknya, Jukir di Palmerah: Kadang Rp 500, Terima Saja…

Mengaku Tak Pernah Patok Tarif Seenaknya, Jukir di Palmerah: Kadang Rp 500, Terima Saja…

Megapolitan
Elang Kumpulkan Uang Hasil Memarkir untuk Kuliah agar Bisa Kembali Bekerja di Bank...

Elang Kumpulkan Uang Hasil Memarkir untuk Kuliah agar Bisa Kembali Bekerja di Bank...

Megapolitan
Pegawai Minimarket: Keberadaan Jukir Liar Bisa Meminimalisasi Kehilangan Kendaraan Pelanggan

Pegawai Minimarket: Keberadaan Jukir Liar Bisa Meminimalisasi Kehilangan Kendaraan Pelanggan

Megapolitan
Polisi Tangkap Tiga Pelaku Tawuran di Bogor, Dua Positif Narkoba

Polisi Tangkap Tiga Pelaku Tawuran di Bogor, Dua Positif Narkoba

Megapolitan
Yayasan SMK Lingga Kencana Sebut Bus yang Digunakan untuk Perpisahan Siswa Dipesan Pihak Travel

Yayasan SMK Lingga Kencana Sebut Bus yang Digunakan untuk Perpisahan Siswa Dipesan Pihak Travel

Megapolitan
Usai Bunuh Pamannya Sendiri, Pemuda di Pamulang Jaga Warung Seperti Biasa

Usai Bunuh Pamannya Sendiri, Pemuda di Pamulang Jaga Warung Seperti Biasa

Megapolitan
Kecelakaan Rombongan SMK Lingga Kencana di Subang, Yayasan Akan Panggil Pihak Sekolah

Kecelakaan Rombongan SMK Lingga Kencana di Subang, Yayasan Akan Panggil Pihak Sekolah

Megapolitan
Soal Janji Beri Pekerjaan ke Jukir, Heru Budi Akan Bahas dengan Disnakertrans DKI

Soal Janji Beri Pekerjaan ke Jukir, Heru Budi Akan Bahas dengan Disnakertrans DKI

Megapolitan
Profesinya Kini Dilarang, Jukir Liar di Palmerah Minta Pemerintah Beri Pekerjaan yang Layak

Profesinya Kini Dilarang, Jukir Liar di Palmerah Minta Pemerintah Beri Pekerjaan yang Layak

Megapolitan
Pemprov DKI Jakarta Lepas 8.000 Jemaah Haji dalam Dua Gelombang

Pemprov DKI Jakarta Lepas 8.000 Jemaah Haji dalam Dua Gelombang

Megapolitan
Jukir Minimarket: Jangan Main Ditertibkan Saja, Dapur Orang Bagaimana?

Jukir Minimarket: Jangan Main Ditertibkan Saja, Dapur Orang Bagaimana?

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com