Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nur Khalik, Kakek 101 Tahun Penjual Abu Gosok yang Viral di Medsos

Kompas.com - 06/06/2017, 08:33 WIB
Tim Cek Fakta

Penulis

Ingin terus bekerja

Ia sebenarnya sudah dipaksa oleh anak-anaknya untuk kembali ke kampung halamannya, di Kampung Garon, Kabupaten Bekasi, namun Nur Khalik melawan dan ingin terus bekerja. Nur Khalik memiliki 10 anak dari istri pertama,  anak tertua berusia 70 tahun dan yang paling bungsu berusia 30 tahun. Tiga dari 10 anaknya sudah meninggal.

Dari istri keduanya, Nur Khalik mendapat empat anak tiri. Istri dan anaknya tinggal di rumah mereka di Kampung Garon, Bekasi, Jawa Barat.

Nur Khalik tinggal di Ciputat bersama dua anaknya yang bekerja sebagai pemulung. Mereka tinggal di gubuk beratap dan berdinding seng berukuran sekitar 3x5 meter.

Bos pengepul barang bekas sekaligus pemilik lahan membiarkan tanahnya ditinggali oleh anak buahnya. Nur Khalik yang tidak memulung juga dibolehkan tinggal, cukup membayar uang listrik saja tiap bulannya.

Di gubuk sempit itu hanya ada tumpukan barang-barang pribadi, meja berisi piring gelas, kasur dengan kelambu, dan kipas angin. Kasur kapuk yang digunakan Nur Khalik didapatnya dari tempat pemulungan.

Beberapa mahasiswa UIN Syarifhidayatullah berbaik hati dua hari lalu membawakan sprei untuk mengalasi kasur itu.

"Lah biasa pake kardus jelek juga udah pules tidurnya, ini dikasih kasur lagi," ungkap Nur Khalid.

Profesi berjualan abu gosok ini sudah dikerjakannya sejak 50 tahun lalu. Abu gosok dari kampung mengantarkannya ke Ibu Kota. Nur Khalik pertama bermukim di Pondok Ranji, Tangerang Selatan puluhan tahun lalu ketika abu gosok masih dibutuhkan.

Dia masih mengingat nama bos-bosnya yang sudah meninggal. Nur Khalik memang selalu "ikut" dengan bos pengepul barang bekas.

Ia berpindah-pindah tempat, namun biasanya tidak pernah jauh dari Tangerang Selatan, tempat dia pertama keluar dari kampungnya.

Setiap pekannya, Nur Khalik mendapat sekarung abu gosok untuk dijual. Abu yang dijual per kantong itu laku Rp 3.000 hingga Rp 10.000. Balon karet anak-anak juga dibelinya di warung, untuk kemudian dipompa dan dijual di sekitar kawasan UIN.

HOAKS ATAU FAKTA?

Jika Anda mengetahui ada berita viral yang hoaks atau fakta, silakan klik tombol laporkan hoaks di bawah ini

closeLaporkan Hoaks checkCek Fakta Lain
Berkat konsistensinya, Kompas.com menjadi salah satu dari 49 Lembaga di seluruh dunia yang mendapatkan sertifikasi dari jaringan internasional penguji fakta (IFCN - International Fact-Checking Network). Jika pembaca menemukan Kompas.com melanggar Kode Prinsip IFCN, pembaca dapat menginformasikannya kepada IFCN melalui tombol di bawah ini.
Laporkan
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com