Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Riwayat Tanah Abang, dari Kebun Jadi Pasar

Kompas.com - 30/07/2017, 09:41 WIB
Nibras Nada Nailufar

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Abdul Chaer masih ingat dua pohon sawo besar yang berdiri di depan rumahnya di Karet Kubur, Tanah Abang, Jakarta Pusat. Tahun 1970, Karet Kubur yang kini dikenal sebagai TPU Karet Bivak menjadi tempat dosen linguistik berusia 76 tahun itu menghabiskan masa kecil.

"Tanah rumah saya dulu sempit, cuma 40 x 80," kata Chaer di Jalan Sabeni, Tanah Abang, Sabtu (29/7/2017) malam.

Dulu, kata Chaer, tidak ada rumah di Tanah Abang yang menempel. Semua memiliki kebun dan pekarangan yang bisa ditanami sayur mayur dan buah-buahan untuk makan sehari-hari.

Wajah Tanah Abang yang jauh berbeda ini ia tuangkan dalam bukunya berjudul Tenabang Tempo Doeloe (2017). Dalam buku itu diceritakan bagaimana kawasan Tanah Abang yang kini menjadi pasar pusat grosir tekstil dan rumah-rumah yang padat, dulunya merupakan lahan yang rimbun dan asri.

Tanah di Jakarta dulunya dikuasai Belanda. Tahun 1648, seorang kapitan China bernama Phoa Beng Gam meminta izin dari kongsi dagang Hindia Timur Belanda (Vereenigde Oostindische Compagnie atau VOC) untuk membuka lahan di Tanah Abang yang kini masuk wilayah Jakarta Pusat untuk dijadikan kebun.

"Setelah dibuka, dia buat kebun tebu, dengan kanal dan pabrik gulanya. Dulu gula komoditi yang baik dan menguntungkan," kata Chaer.

Nama-nama jalan yang kini berawalan dengan kata "kebun" di Tanah Abang, disesuaikan dengan identitasnya masa laluny itu. Tanah Abang dulu merupakan hamparan perkebunan mulai dari kacang, jahe, melati, nanas, sirih, hingga kebun sayur-mayur.

Untuk melancarkan bisnisnya, Beng Gam membangun kanal dari Tanah Abang ke Pasar Ikan yang kini mengalir di pinggir Jalan Abdul Muis. Kanal itu digunakan untuk mengangkut komoditi-komoditi dari perkebunan di Tanah Abang ke pusat kota dan pelabuhan di utara Jakarta.

Hasil tanah yang subur mendorong seorang saudagar Belanda bernama Justinus Vinck mendirikan pasar pada 1735. Ia mendirikan pasar di Tanah Abang dan Senen yang terbuat dari tiang-tiang bambu. Sayur mayur dari wilayah timur diangkut dengan perahu melalui Kali Krukut.

Namun aktivitas ekonomi di daerah itu tak bertahan lama. Lima tahun setelah pasar Vinck beridri, tepatnya pada 1740, kerusuhan terjadi. Belanda membantai orang-orang China, merampas harta benda mereka, dan membakar kebun-kebun mereka.

"Tanah Abang lesu, pasar lesu, hancur semua perekonomian," kata Chaer.

 

Perputaran uang di Tanah Abang kembali hidup di abad 20, ketika saudagar China dan Arab banyak bermukim di Tanah Abang yang dikembalikan peruntukannya sebagai pasar oleh Belanda.

Di masa kecilnya, Chaer mengingat banyak orang lokal (Melayu) berjualan kambing. Selain itu, Tanah Abang tempo dulu juga masih banyak lahan terbuka. Chaer yang menggemari sepak bola, ingat di Tanah Abang dulu setidaknya ada sembilan lapangan bola.

"Kalau lapangan bola yang bagus masuknya bayar, itu ada dua di pintu air Pejompongan dan di Karet. Sabtu Minggu ada pertandingan di sekitar Tanah Abang, nah apa yang kita lakukan dengan sepak bola sekarang? Enggak ada," kata dia.

Wajah Tanah Abang yang padat saat ini, menurut Chaer, karena ada sarana transportasi kereta yang menghubungkan Tanah Abang dengan pusat perekeonomian lainnya seperti Jatinegara. Sebelumnya, perjalanan dari atau ke Tanah Abang ditempuh dengan delman, oprek, hingga trem.

Proses modernisasi itu, kata Chaer, mengakibatkan pergeseran yang pahit bagi orang Betawi yang dulunya menguasai Tanah Abang. Mereka tertinggal kemajuan zaman, satu per satu leluhur menjual tanah dan bermukim ke Condet, Depok, hingga Bekasi.

Chaer berpesan agar generasi muda Betawi yang kini masih bertahan di Tanah Abang mampu bersaing supaya tak tergusur dari tanahnya sendiri. Ia menulis buku  agar para pemuda kini tahu keindahan dan kenyamanan Tanah Abang dulu.

"Belajarlah, perbanyak edukasi, membaca, tahu sejarah, supaya tidak ketinggalan zaman," kata Chaer.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prakiraan Cuaca Jakarta, Rabu 8 Mei 2024 dan Besok: Tengah Malam Nanti Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta, Rabu 8 Mei 2024 dan Besok: Tengah Malam Nanti Berawan

Megapolitan
Hari Pertama Pendaftaran Cagub Independen, KPU DKI Belum Terima Berkas Masuk

Hari Pertama Pendaftaran Cagub Independen, KPU DKI Belum Terima Berkas Masuk

Megapolitan
Keluarga Histeris Saat Tahu Putu Tewas di Tangan Senior STIP

Keluarga Histeris Saat Tahu Putu Tewas di Tangan Senior STIP

Megapolitan
Sosok Taruna STIP yang Meninggal Dianiaya Senior, Dikenal Mudah Berteman dan Bisa Diandalkan

Sosok Taruna STIP yang Meninggal Dianiaya Senior, Dikenal Mudah Berteman dan Bisa Diandalkan

Megapolitan
Taruna Tingkat Satu STIP Disebut Wajib Panggil Kakak Tingkat dengan Sebutan “Nior”

Taruna Tingkat Satu STIP Disebut Wajib Panggil Kakak Tingkat dengan Sebutan “Nior”

Megapolitan
Pengakuan Eks Taruna STIP, Difitnah dan Dipukul Senior sampai Kancing Seragam Pecah

Pengakuan Eks Taruna STIP, Difitnah dan Dipukul Senior sampai Kancing Seragam Pecah

Megapolitan
Tanggapi Permintaan Maaf Pendeta Gilbert ke MUI, Ketum PITI Tetap Berkeberatan

Tanggapi Permintaan Maaf Pendeta Gilbert ke MUI, Ketum PITI Tetap Berkeberatan

Megapolitan
Cerita Eks Taruna STIP: Lika-liku Perpeloncoan Tingkat Satu yang Harus Siap Terima Pukulan dan Sabetan Senior

Cerita Eks Taruna STIP: Lika-liku Perpeloncoan Tingkat Satu yang Harus Siap Terima Pukulan dan Sabetan Senior

Megapolitan
Bacok Pemilik Warung Madura di Cipayung, Pelaku Sembunyikan Golok di Jaketnya

Bacok Pemilik Warung Madura di Cipayung, Pelaku Sembunyikan Golok di Jaketnya

Megapolitan
Pura-pura Beli Es Batu, Seorang Pria Rampok Warung Madura dan Bacok Pemiliknya

Pura-pura Beli Es Batu, Seorang Pria Rampok Warung Madura dan Bacok Pemiliknya

Megapolitan
Tak Ada yang Janggal dari Berubahnya Pelat Mobil Dinas Polda Jabar Jadi Pelat Putih...

Tak Ada yang Janggal dari Berubahnya Pelat Mobil Dinas Polda Jabar Jadi Pelat Putih...

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Mobil Dinas Polda Jabar Sebabkan Kecelakaan Beruntun di Tol MBZ | Apesnya Si Kribo Usai 'Diviralkan' Pemilik Warteg

[POPULER JABODETABEK] Mobil Dinas Polda Jabar Sebabkan Kecelakaan Beruntun di Tol MBZ | Apesnya Si Kribo Usai "Diviralkan" Pemilik Warteg

Megapolitan
Cara Naik Bus City Tour Transjakarta dan Harga Tiketnya

Cara Naik Bus City Tour Transjakarta dan Harga Tiketnya

Megapolitan
Diperiksa Polisi, Ketum PITI Serahkan Video Dugaan Penistaan Agama oleh Pendeta Gilbert

Diperiksa Polisi, Ketum PITI Serahkan Video Dugaan Penistaan Agama oleh Pendeta Gilbert

Megapolitan
Minta Diskusi Baik-baik, Ketua RW di Kalideres Harap SK Pemecatannya Dibatalkan

Minta Diskusi Baik-baik, Ketua RW di Kalideres Harap SK Pemecatannya Dibatalkan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com