Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah "Anugerah", Perahu Jemputan Siswa Sekolah di Muara Gembong

Kompas.com - 25/08/2017, 06:00 WIB
Anggita Muslimah Maulidya Prahara Senja

Penulis

Gembira naik perahu

Para siswa biasanya berangkat dari Pantai Muara pukul 05.30 WIB dan tiba di sekolah sekitar pukul 07.30 WIB sampai 08.00 WIB yang berjarak sekitar lima kilometer.

Tak semua siswa harus menunggu perahu di dermaga. Beberapa dari mereka yang kediamannya berada tepat di tepi sungai bahkan tak perlu jauh-jauh meninggalkan rumah.

Sebab, perahu itu bersedia mampir dan langsung menjemput para siswa tersebut di depan kediaman mereka.

Jadwal perahu ini sebenarnya cukup sibuk, sebab jam belajar para siswa SD O2 Pantai Bahagia ini tak sama.

Setelah sama-sama masuk kelas pada pukul 08.00, maka siswa kelas satu dan dua mengakhiri pelajaran pada pukul 10.30 WIB, sedangkan siswa kelas tiga hingga enam baru selesai pada pukul 12.30 WIB.

Alhasil, perahu tersebut juga harus mengantarkan para siswa kelas satu dan dua pulang lalu kembali ke sekolah sebelum mengantarkan siswa kelas tiga hingga enam.

Abdul menambahkan, perahu ini diawaki seorang pengemudi dan "keneknya". Mereka tak hanya bertugas mengemudikan perahu tetapi juga menjaga anak-anak yang menjadi penumpang.

Baca: Sejarah Masjid Perahu di Tebet dan Al Quran Besar Bersampul Kayu

Apalagi jumlah siswa dan siswi yang menggunakan perahu ini cukup banyak. Di musim panas sebanyak 80-90 orang anak-anak menjadi pelanggan tetap.

Namun, saat musim hujan, jumlah pengguna perahu ini meningkat hingga 150 orang dari total 250 siswa SDN 02 Pantai Bahagia.

Meski transportasi perahu ini mungkin terlihat "merepotkan" di mata warga kota, tetapi para siswa SD 02 Pantai Bahagia terlihat amat bahagia dan menikmati perjalanan dengan perahu bernama "Anugerah" itu.

Para siswa itu bersenda gurau dalam perjalanan ke sekolah, beberapa dari mereka menyempatkan diri menyantap sarapan, dan bahkan ada pula yang menyelesaikan PR di atas perahu itu.

Pengemudi perahu juga terlihat sibuk menjalankan tanggung jawabnya. Dia tak mengizinkan anak-anak kelas satu dan dua duduk di bagian atas perahu karena amat berbahaya.

Sementara itu, siswi kelas tiga hingga enam, boleh memilih di mana saja mereka ingin duduk di dalam perahu.

Dian (8), adalah siswi kelas tiga. Dia menjadi siswi yang dijemput paling awal karena kediamannya paling jauh yaitu di Muara Bendera.

“Iya (dijemput paling pertama), setiap hari jam 6 (pagi) sudah naik perahu,” kata Dian.

Sementara siswi kelas empat Idah (10) mengatakan, dia senang naik perahu dan tidak takut mengarungi Sungai Ciliwung menuju sekolah.

“Awalnya kami, komite (sekolah) yang lama melihat bahwa sekolah kita susah ditempuh jalan darat. Banyak rumah siswa terputus-putus karena sungai. Akhirnya disepakati membuat perahu,” ujar Abdul.

Sebelum kehadiran Anugerah, para siswa datang sendiri dengan menggunakan berbagai moda termasuk perahu-perahu kecil.

“Kalau dulu sebelum menggunakan perahu pasti lebih lama jarak tempuhnya. Pakai perahu ke sekolah lebih efisien dan lebih nyaman,” kata Abdul.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

KASN Telusuri Status Cuti Supian Suri Saat Datang ke Kantor PAN

KASN Telusuri Status Cuti Supian Suri Saat Datang ke Kantor PAN

Megapolitan
Soal Duet Keponakan Prabowo dan Kaesang di Pilkada DKI, PSI: Untuk Meramaikan Suasana Saja

Soal Duet Keponakan Prabowo dan Kaesang di Pilkada DKI, PSI: Untuk Meramaikan Suasana Saja

Megapolitan
Besi Ribar yang Jatuh di Lintasan MRT Masih Dievakuasi

Besi Ribar yang Jatuh di Lintasan MRT Masih Dievakuasi

Megapolitan
BNNP DKI Jakarta Musnahkan 3.449,7 Gram Barang Bukti Narkotika

BNNP DKI Jakarta Musnahkan 3.449,7 Gram Barang Bukti Narkotika

Megapolitan
Polisi: Besi Ribar yang Jatuh Mengenai Gerbong Kereta MRT

Polisi: Besi Ribar yang Jatuh Mengenai Gerbong Kereta MRT

Megapolitan
Menantu di Jakbar Diduga Aniaya Mertuanya karena Permasalahan Pembayaran Gaji ART

Menantu di Jakbar Diduga Aniaya Mertuanya karena Permasalahan Pembayaran Gaji ART

Megapolitan
Bandar Narkoba di Pondok Aren Diduga Masih Dalam Pengaruh Sabu Sebelum Tewas Dalam Toren Air

Bandar Narkoba di Pondok Aren Diduga Masih Dalam Pengaruh Sabu Sebelum Tewas Dalam Toren Air

Megapolitan
Operasional MRT Jakarta Dihentikan Sementara, Penumpang yang Sudah “Tap In” Bisa Minta Pengembalian Dana

Operasional MRT Jakarta Dihentikan Sementara, Penumpang yang Sudah “Tap In” Bisa Minta Pengembalian Dana

Megapolitan
Fasilitas Publik di Jaktim Sudah Baik, tapi Masih Perlu Pembenahan

Fasilitas Publik di Jaktim Sudah Baik, tapi Masih Perlu Pembenahan

Megapolitan
MRT Jakarta Pastikan Tidak Ada Korban Insiden Jatuhnya Besi Ribar ke Jalur Kereta

MRT Jakarta Pastikan Tidak Ada Korban Insiden Jatuhnya Besi Ribar ke Jalur Kereta

Megapolitan
KPU Tidak Persoalkan Pemasangan Spanduk hingga Baliho Bacawalkot Bogor Sebelum Masuk Masa Kampanye

KPU Tidak Persoalkan Pemasangan Spanduk hingga Baliho Bacawalkot Bogor Sebelum Masuk Masa Kampanye

Megapolitan
Kaesang Digadang Jadi Cawagub Jakarta, Pengamat: Sekelas Ketua Umum dan Anak Presiden Minimal Cagub

Kaesang Digadang Jadi Cawagub Jakarta, Pengamat: Sekelas Ketua Umum dan Anak Presiden Minimal Cagub

Megapolitan
Penahanan Ditangguhkan, Eks Warga Kampung Bayam Kena Wajib Lapor

Penahanan Ditangguhkan, Eks Warga Kampung Bayam Kena Wajib Lapor

Megapolitan
Warga Dengar Suara Dentuman dan Percikan Api Saat Besi Crane Timpa Jalur MRT

Warga Dengar Suara Dentuman dan Percikan Api Saat Besi Crane Timpa Jalur MRT

Megapolitan
Pemprov DKI Bangun Saluran 'Jacking' untuk Atasi Genangan di Jalan Ciledug Raya

Pemprov DKI Bangun Saluran "Jacking" untuk Atasi Genangan di Jalan Ciledug Raya

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com