JAKARTA, KOMPAS.com - Menjadi ajudan yang selalu menjaga Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat selama 24 jam tentu memiliki cerita sendiri. Salah satu ajudan, Muhamad Nassyeikh, menceritakan pengalamannya yang paling menegangkan selama 3 tahun menjaga Djarot.
Peristiwa yang dia maksud adalah ketika Djarot dihadang masuk ke Masjid At-Tin pada masa kampanye pilkada. Saat itu, Djarot diundang untuk menghadiri acara sholawat untuk negeri.
"Waktu itu tuh Bapak sudah dibilangin sama pengawal atau ajudan supaya jangan masuk. Tetapi Bapak itu kan punya keberanian tinggi, segala sesuatu dihadapi sama Bapak," ujar Nassyeikh di Balai Kota DKI Jakarta, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jumat (13/10/2017).
Benar saja, saat Djarot turun suasana di halaman Masjid At-Tin langsung riuh. Djarot disoraki di sana-sini. Nassyeikh mengatakan selama masa kampanye pengamanan Djarot tidak pernah dilebihkan. Sebab, ajudan tidak berpikir hal semacam ini akan terjadi.
Baca: Tinggalkan Masjid At Tin, Djarot Disoraki Pengunjung Acara Haul Soeharto
Sore itu, hanya tiga orang yang ajudan mengawal Djarot. Melihat Djarot yang berjalan dengan tenang, Nassyeikh mengatakan para ajudan juga berusaha tetap tenang.
"Hal yang saya khawatirkan Bapak kena lempar apa dari belakang soalnya pengawalan hanya beberapa orang doang, dari pihak polisi awalnya enggak ada," ujar Nassyeikh.
Baca: Usai Hadiri Acara di Masjid At Tin, Djarot Nikmati Sop Kambing Langganannya
Kericuhan muncul saat Djarot tiba di pintu masuk. Djarot memang akhirnya bisa masuk ke dalam masjid. Namun Nassyeikh ingat dia juga sempat kena pukul orang ketika di sana.
Dia bersyukur Djarot tidak mengalami luka-luka saat di sana. Setelah itu, Nassyeikh menunggu aba-aba menanti Djarot keluar dari masjid.
Lucunya, kata Nassyeikh, Djarot tidak menunjukan kekesalan ketika sudah berada di mobil. Djarot merasa tidak bersalah karena dia hadir atas undangan si pembuat acara.
Baca: Anies Hadiri Acara Peringatan Supersemar di Masjid At Tin TMII
"Pas di mobil dia malah ketawa, kata dia aneh saja gitu kan. Sesama umat muslim kok saling menjatuhkan. Itu kan rumah Allah, masa oramg Islam sendiri diusir dikatakan kafir," kata dia.
"Malam itu, malah Bapak yang nenangin. Bapak yang bilang sudah enggak apa apa, sabar, kita enggak salah kok, biar Tuhan saja yang membalas," tambah dia.
Nassyeikh mengatakan hal itu lah yang dia pelajari dari Djarot. Keberanian dalam menghadapi sesuatu dan kesabarannya dalam menahan emosi.
Nassyeikh merupakan seorang sersan II polisi militer Angkatan Laut. Setelah masa jabatan Djarot berakhir, Nassyeikh belum tahu apakah lanjut mengawal gubernur atau kembali ke satuannya. Dia mengucapkan terima kasih kepada Djarot atas kebersamaan selama tiga tahun ini.
"Dan untuk Pak Djarot sukses ya Pak di mana pun berada, selalu semangat," kata dia.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.