Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

DKI Minta Warga Tak Berpikir Negatif soal Kegiatan Keagamaan di Monas

Kompas.com - 22/11/2017, 08:43 WIB
David Oliver Purba

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta Tinia Budiarti meminta warga tidak langsung berpikir negatif terhadap rencana Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk kembali menjadikan kawasan Monumen Nasional sebagai tempat kegiatan keagamaan.

Tinia mengatakan, kawasan Monas yang merupakan ruang publik harusnya memang dimanfaatkan dengan baik oleh pemerintah, khususnya untuk menampung kegiatan yang bermanfaat bagi masyarakat. Tinia mengatakan, kegiatan keagamaan juga pernah dilakukan pada masa pemerintahan Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo.

Hal itu, kata Tinia, memperlihatkan kawasan Monas juga diterima sebagai tempat keagamaan.

"Kita harus liat, kita boleh coba dong ini, kan, public space. Kita coba, kita lihat sambil dievaluasi, jangan belum apa-apa sudah diblok. Kan, dulu pernah juga ada zikir di zaman Pak Fauzi, zikir akbar, kan, ada," ujar Tinia saat ditemui Kompas.com di Gedung DPRD DKI Jakarta, Selasa (21/11/2017).

Baca juga: Pemprov DKI Atur Mekanisme Penggunaan Monas untuk Acara Keagamaan

Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) DKI Jakarta Tinia Budiati di Lapangan IRTI, Monas, Jakarta Pusat, Senin (2/10/2017).KOMPAS.com/NURSITA SARI Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) DKI Jakarta Tinia Budiati di Lapangan IRTI, Monas, Jakarta Pusat, Senin (2/10/2017).
Tinia mengerti pikiran negatif itu terlintas karena melihat di sejumlah daerah ketika ada acara keagamaan, sejumlah jalan ditutup. Untuk itu, Pemprov DKI Jakarta akan menyusun mekanisme yang tepat guna pemanfaatan kawasan Monas agar bisa dipadukan sebagai tempat kegiatan keagamaan hingga tempat kebudayaan dan rekreasi.

"Makanya kami harus bijak memberikan ruang kepada masyarakat. Akan ada rumusannya dibuat sehingga Monas jadi tempat untuk semua orang yang ingin menikmati taman, artinya semua pihak bisa menikmati hijaunya Taman Monas," kata Tinia.

Baca juga: Acara dengan Jumlah Massa Besar di Monas Harus Seizin Anies

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan berencana mengembalikan fungsi kawasan Monas untuk acara keagamaan. Ini merupakan kebijakan Anies yang mengubah kebijakan gubernur DKI sebelumnya, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok.

Terkait kegiatan keagamaan, Ahok kala itu menyarankan dilakukan di Masjid Istiqlal yang juga luas.

Larangan yang dibuat Ahok mengacu pada Keppres Nomor 25 Tahun 1995 dan SK Gubernur DKI Jakarta Nomor 150 Tahun 1994 yang diperluas pada SK Gubernur DKI Jakarta Nomor 14 Tahun 2014. Semua landasan itu menjadi acuan membuat SOP Pemanfaatan Area Monas Nomor 8 Tahun 2015.

Kompas TV Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan berencana mengubah larangan acara keagamaan di kawasan Monas, Jakarta.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Cara Beli Tiket Masuk Monas dan Harga Tiketnya

Cara Beli Tiket Masuk Monas dan Harga Tiketnya

Megapolitan
Dishub Jaksel Cabut Pentil 823 Kendaraan Roda Dua karena Parkir Sembarangan

Dishub Jaksel Cabut Pentil 823 Kendaraan Roda Dua karena Parkir Sembarangan

Megapolitan
'Tapera Bakal Jadi Beban Tambahan Guru dengan Gaji Sangat Kecil dan Kurang'

"Tapera Bakal Jadi Beban Tambahan Guru dengan Gaji Sangat Kecil dan Kurang"

Megapolitan
Belajar dari Kasus Ibu Cabuli Anak, KPAI: Orangtua Belum Tentu Menjamin Keamanan Anak

Belajar dari Kasus Ibu Cabuli Anak, KPAI: Orangtua Belum Tentu Menjamin Keamanan Anak

Megapolitan
KRL Manggarai-Kampung Bandan Jadi Sasaran Vandalisme, KCI Bakal Ambil Tindakan Tegas

KRL Manggarai-Kampung Bandan Jadi Sasaran Vandalisme, KCI Bakal Ambil Tindakan Tegas

Megapolitan
Berkurban 62 Ekor Sapi, PAM Jaya Siap Bantu Masyarakat yang Membutuhkan

Berkurban 62 Ekor Sapi, PAM Jaya Siap Bantu Masyarakat yang Membutuhkan

Megapolitan
Kronologi Kasus 'Bullying' Siswi SD di Depok, Mulanya Korban Ditantang Duel untuk Masuk Geng

Kronologi Kasus "Bullying" Siswi SD di Depok, Mulanya Korban Ditantang Duel untuk Masuk Geng

Megapolitan
Lari Pagi Bareng Zita Anjani, Sandiaga Uno Optimis Kepemimpinan Perempuan di Jakarta Berikan Efek Positif

Lari Pagi Bareng Zita Anjani, Sandiaga Uno Optimis Kepemimpinan Perempuan di Jakarta Berikan Efek Positif

Megapolitan
Rangkaian KRL Manggarai-Kampung Bandan Jadi Sasaran Aksi Vandalisme

Rangkaian KRL Manggarai-Kampung Bandan Jadi Sasaran Aksi Vandalisme

Megapolitan
Trotoar di Pulogadung Sempit, Warga Terpaksa Jalan di Jalur Sepeda

Trotoar di Pulogadung Sempit, Warga Terpaksa Jalan di Jalur Sepeda

Megapolitan
Siswi SD Korban 'Bullying' di Depok Dikenal sebagai Anak Yatim yang Pendiam

Siswi SD Korban "Bullying" di Depok Dikenal sebagai Anak Yatim yang Pendiam

Megapolitan
Ibu yang Cabuli Anak Kandung Menyerahkan Diri Setelah Tahu Diincar Polisi

Ibu yang Cabuli Anak Kandung Menyerahkan Diri Setelah Tahu Diincar Polisi

Megapolitan
Polisi Telusuri Kemungkinan Adanya Unsur Kelalaian dalam Kasus Keracunan Massal di Bogor

Polisi Telusuri Kemungkinan Adanya Unsur Kelalaian dalam Kasus Keracunan Massal di Bogor

Megapolitan
Trotoar di Pulogadung Jadi Tempat Parkir dan Jualan PKL, Pejalan Kaki Susah Lewat

Trotoar di Pulogadung Jadi Tempat Parkir dan Jualan PKL, Pejalan Kaki Susah Lewat

Megapolitan
Bahayanya Trotoar di Pulogadung, Banyak yang 'Berlubang' hingga Minim Penerangan

Bahayanya Trotoar di Pulogadung, Banyak yang "Berlubang" hingga Minim Penerangan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com