Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Siswa SD Disuntik Vaksin Difteri, Ada yang Menangis, Ada yang Kabur

Kompas.com - 11/12/2017, 11:55 WIB
Iwan Supriyatna

Penulis

DEPOK, KOMPAS.com — Ada pemandangan berbeda di SD Negeri 2 Sukamaju Baru, Depok, Senin (11/12/2017) pagi. Suara tangisan anak-anak terdengar kencang dari halaman sekolah. Ternyata, siswa-siswi menangis karena takut disuntik vaksin difteri.

"Enggak mau, Bu, takut. Enggak mau (disuntik), nanti sakit," kata salah seorang murid sambil menangis dan ditenangkan orangtua dan gurunya.

Selain menangis, ada pula siswa yang kabur keluar ruang kelas. Anak itu menangis sambil berontak melepaskan diri dari orangtua yang memegang erat kedua lengannya.

Rupanya, hari ini para siswa menjalani suntik vaksin difteri. Karena imunisasi ini wajib dilakukan, tak sedikit murid yang berlari ketakutan, bahkan harus ditenangkan orangtua, guru, dan petugas medis dari Dinas Kesehatan.

Baca juga: Mengenali Ciri-ciri Anak Terjangkit Difteri dan Cara Mencegahnya

Murid-murid SD Negeri 2 Sukamaju Baru Depok jalani imunisasi difteri.KOMPAS.com/IWAN SUPRIYATNA Murid-murid SD Negeri 2 Sukamaju Baru Depok jalani imunisasi difteri.
"Enggak apa-apa, kok, ditahan sakitnya cuma sebentar, nanti bisa main lagi," kata Ruskan Sinaga, salah seorang petugas Dinas Kesehatan Puskesmas Sukamaju Baru, yang berusaha menenangkan anak yang tak ingin disuntik.

Ruskan menuturkan, setiap suntikan memang akan menimbulkan rasa nyeri hingga peningkatan suhu tubuh. Namun, untuk meminimalisasi rasa nyeri dan peningkatan suhu tubuh, pihaknya telah menyiapkan obat untuk dikonsumsi anak-anak setelah diimunisasi.

Baca juga: Sandiaga Sebut Jakbar dan Jakut Paling Berisiko Berkembangnya Difteri

Murid-murid SD Negeri 2 Sukamaju Baru Depok jalani imunisasi difteri, Senin (11/12/2017).KOMPAS.com/IWAN SUPRIYATNA Murid-murid SD Negeri 2 Sukamaju Baru Depok jalani imunisasi difteri, Senin (11/12/2017).
"Ada diberikan sebutir obat pereda nyeri dan kalau anak itu panas," ucap Ruskan.

Difteri merupakan penyakit yang disebabkan infeksi bakteri yang umumnya menyerang selaput lendir pada hidung dan tenggorokan serta terkadang dapat memengaruhi kulit. Difteri termasuk penyakit menular dan infeksi serius yang berpotensi mengancam jiwa anak-anak dan orang dewasa.

Kompas TV Sebelumnya, dua orang sudah pulang dari rumah sakit karena kondisinya pulih.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Dua Truk TNI Disebut Menerobos CFD Jakarta, Ini Klarifikasi Kapendam Jaya

Dua Truk TNI Disebut Menerobos CFD Jakarta, Ini Klarifikasi Kapendam Jaya

Megapolitan
Diiringi Isak Tangis, 6 Korban Kecelakaan Bus Ciater Dimakamkan di TPU Parung Bingung

Diiringi Isak Tangis, 6 Korban Kecelakaan Bus Ciater Dimakamkan di TPU Parung Bingung

Megapolitan
Titik Terang Kasus Mayat Terbungkus Sarung di Pamulang: Terduga Pelaku Ditangkap, Identitas Korban Diketahui

Titik Terang Kasus Mayat Terbungkus Sarung di Pamulang: Terduga Pelaku Ditangkap, Identitas Korban Diketahui

Megapolitan
3 Pelajar SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus Dishalatkan di Musala Al Kautsar Depok

3 Pelajar SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus Dishalatkan di Musala Al Kautsar Depok

Megapolitan
Isak Tangis Iringi Kedatangan 3 Jenazah Korban Kecelakaan Bus Ciater: Enggak Nyangka, Pulang-pulang Meninggal...

Isak Tangis Iringi Kedatangan 3 Jenazah Korban Kecelakaan Bus Ciater: Enggak Nyangka, Pulang-pulang Meninggal...

Megapolitan
Terduga Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Ditangkap

Terduga Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Ditangkap

Megapolitan
Pemprov DKI Lepas Ratusan Jemaah Haji Kloter Pertama Asal Jakarta

Pemprov DKI Lepas Ratusan Jemaah Haji Kloter Pertama Asal Jakarta

Megapolitan
Pesan Terakhir Guru SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus di Ciater Subang

Pesan Terakhir Guru SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus di Ciater Subang

Megapolitan
Gratis Untuk Anak Pejuang Kanker, Begini Syarat Menginap di 'Rumah Anyo'

Gratis Untuk Anak Pejuang Kanker, Begini Syarat Menginap di 'Rumah Anyo'

Megapolitan
Gelar 'Napak Reformasi', Komnas Perempuan Ajak Masyarakat Mengingat Tragedi 12 Mei 1998

Gelar "Napak Reformasi", Komnas Perempuan Ajak Masyarakat Mengingat Tragedi 12 Mei 1998

Megapolitan
Jatuh Bangun Pinta Mendirikan 'Rumah Anyo' Demi Selamatkan Para Anak Pejuang Kanker

Jatuh Bangun Pinta Mendirikan 'Rumah Anyo' Demi Selamatkan Para Anak Pejuang Kanker

Megapolitan
Saat Epy Kusnandar Ditangkap karena Narkoba, Diam Seribu Bahasa

Saat Epy Kusnandar Ditangkap karena Narkoba, Diam Seribu Bahasa

Megapolitan
Misteri Mayat Pria Terbungkus Sarung di Pamulang, Diduga Dibunuh Lalu Dibuang

Misteri Mayat Pria Terbungkus Sarung di Pamulang, Diduga Dibunuh Lalu Dibuang

Megapolitan
Pelajar SMK Lingga yang Selamat dari Kecelakaan Tiba di Depok, Disambut Tangis Orangtua

Pelajar SMK Lingga yang Selamat dari Kecelakaan Tiba di Depok, Disambut Tangis Orangtua

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Minggu 12 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Minggu 12 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Cerah Berawan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com