Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Untuk Naik Angkot, Beberapa Warga Lebih Suka Pakai Uang Tunai Dibanding Kartu OK Otrip

Kompas.com - 16/01/2018, 20:26 WIB
Stanly Ravel

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Program OK Otrip sedang diuji coba untuk integrasi dengan angkot rute Duren Sawit-Kampung Melayu, Jakarta Timur.

Selama masa uji coba, warga bisa naik angkot, lalu naik transjakarta atau sebaliknya dengan hanya satu kali bayar, yaitu Rp 3.500 untuk perjalanan maksimal 3 jam.

Untuk bisa menikmati program ini, warga harus memiliki kartu OK Trip. Namun, pada masa uji coba, warga yang tidak memiliki kartu OK Otrip tetap bisa tap in maupun tap out kartu dengan bantuan petugas.

Meski demikian, beberapa warga menilai penggunaan kartu untuk pembayaran angkot cukup ribet. Warga Pondok Kopi, Ari menilai penggunaan kartu untuk naik angkot juga tidak sesuai dengan karakter penggunanya.

"Rata-rata yang pakai angkot masyarakat bawah dan belum begitu mengerti soal transaksi non tunai. Jadi menurut saya akan terlalu ribet, belum lagi nanti disuruh isi ulang. Yang pakai angkot juga biasanya untuk jarak pendek, jadi jarang yang bayar sesuai tarif," kata Ari, Senin (15/1/2018).

Ari mencontohkan beberapa kebiasan warga yang ketika naik angkot. Salah satunya seperti pembayaran setengah tarif.

Baca juga : Sudah Ada 3.000 Kartu OK Otrip yang Beredar untuk Masyarakat Jakarta

"Contoh dari sini (Kampung Melayu) turun di lampu merah Otista, itu kan dekat jadi rata-rata tidak bayar penuh. Misal harusnya ongkos jauh-dekat Rp 3.000 paling penumpang kalau dekat cuma kasih Rp 2.000," ucap dia.

Uji coba Ok Otrip wilayah Jakarta Timur di Kampung Melayu, Senin (15/1/2018)Stanly Ravel Uji coba Ok Otrip wilayah Jakarta Timur di Kampung Melayu, Senin (15/1/2018)

Hal senada dikatakan Santi. Warga Matraman ini mengaku lebih suka membayar pakai uang tunai untuk naik angkot.

"Kalau saya lebih suka bayar pakai uang (tunai) saja karena lebih jelas. Jadi kalau angkot harga Rp 3.500 kita bayar Rp 5.000 ada kembaliannya, kalau pakai kartu kan yah uang kembalian masuk di dalam kartu," ucap Santi. 

Lantas timbul pertanyaan warga apakah nantinya ada minimal sisa saldo pada kartu OK Otrip jika ingin digunakan.

Baca juga : Selama Uji Coba, Naik Angkot OK Otrip di Duren Sawit Bisa Tanpa Kartu Khusus

"Kalau sistem pembayaran pakai kartu apakah sisa saldo bisa dihabiskan semua, atau sama seperti kartu e-Toll yang jadinya mengendap saja," ucap Novi (39) warga yang sedang menunggu Mikrolet jurusan Kramatjati di Kampung Melayu.

Menurut Novi, meski nominalnya kecil tapi pengendapan saldo dianggap merugikan. Ia menilai justru tidak efektif karena secara tidak langsung mendorong masyarakat untuk konsumtif mengisi ulang saldo.

"Mungkin nilainya receh, tapi bagi sebagain orang apalagi seperti saya ibu rumah tangga yang biasa ke pasar, uang receh juga bermanfaat. Nah, kalau saldo kurang, mau tidak mau kita harus top up jadi seperti dipaksa," kata dia.

Baca juga : Naik Angkot OK Otrip, Penumpang Harus Tap In dan Tap Out

Berbeda dengan warga lainnya bernama Rika, ia menilai, naik angkot tanpa uang tunai justru lebih praktis karena tak perlu repot jika tidak ada uang kecil atau uang kembalian. Menurut dia, sistem pembayaran menggunakan kartu pada angkot tak ada salahnya karena mengikuti perkembangan zaman.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jasad Balita Tersangkut di Selokan Matraman, Orangtua Sempat Lapor Kehilangan

Jasad Balita Tersangkut di Selokan Matraman, Orangtua Sempat Lapor Kehilangan

Megapolitan
Jasad Balita di Matraman Ditemukan Warga Saat Bersihkan Selokan, Ternyata Sudah 3 Hari Hilang

Jasad Balita di Matraman Ditemukan Warga Saat Bersihkan Selokan, Ternyata Sudah 3 Hari Hilang

Megapolitan
Polisi Ungkap Penyebab Mahasiswa di Tangsel Bertikai dengan Warga Saat Beribadah

Polisi Ungkap Penyebab Mahasiswa di Tangsel Bertikai dengan Warga Saat Beribadah

Megapolitan
KPU DKI Pastikan Keamanan Data 618.000 KTP yang Dikumpulkan untuk Syarat Dukung Cagub Independen

KPU DKI Pastikan Keamanan Data 618.000 KTP yang Dikumpulkan untuk Syarat Dukung Cagub Independen

Megapolitan
Ketua RW: Aktivitas Ibadah yang Dilakukan Mahasiswa di Tangsel Sudah Dikeluhkan Warga

Ketua RW: Aktivitas Ibadah yang Dilakukan Mahasiswa di Tangsel Sudah Dikeluhkan Warga

Megapolitan
Pemilik Warteg Kesal, Pria yang Bayar Makanan Sesukanya 'Nyentong' Nasi Sendiri

Pemilik Warteg Kesal, Pria yang Bayar Makanan Sesukanya "Nyentong" Nasi Sendiri

Megapolitan
Hampir Dua Pekan, Preman yang Hancurkan Gerobak Bubur di Jatinegara Masih Buron

Hampir Dua Pekan, Preman yang Hancurkan Gerobak Bubur di Jatinegara Masih Buron

Megapolitan
Warga Bogor yang Rumahnya Ambruk akibat Longsor Bakal Disewakan Tempat Tinggal Sementara

Warga Bogor yang Rumahnya Ambruk akibat Longsor Bakal Disewakan Tempat Tinggal Sementara

Megapolitan
Jelang Kedatangan Jemaah, Asrama Haji Embarkasi Jakarta Mulai Berbenah

Jelang Kedatangan Jemaah, Asrama Haji Embarkasi Jakarta Mulai Berbenah

Megapolitan
KPU DKI Terima 2 Bacagub Independen yang Konsultasi Jelang Pilkada 2024

KPU DKI Terima 2 Bacagub Independen yang Konsultasi Jelang Pilkada 2024

Megapolitan
Kecamatan Grogol Petamburan Tambah Personel PPSU di Sekitar RTH Tubagus Angke

Kecamatan Grogol Petamburan Tambah Personel PPSU di Sekitar RTH Tubagus Angke

Megapolitan
Alasan Pria Ini Bayar Sesukanya di Warteg, Ingin Makan Enak tapi Uang Pas-pasan

Alasan Pria Ini Bayar Sesukanya di Warteg, Ingin Makan Enak tapi Uang Pas-pasan

Megapolitan
Bakal Maju di Pilkada DKI Jalur Independen, Tim Pemenangan Noer Fajrieansyah Konsultasi ke KPU

Bakal Maju di Pilkada DKI Jalur Independen, Tim Pemenangan Noer Fajrieansyah Konsultasi ke KPU

Megapolitan
Lindungi Mahasiswa yang Dikeroyok Saat Beribadah, Warga Tangsel Luka karena Senjata Tajam

Lindungi Mahasiswa yang Dikeroyok Saat Beribadah, Warga Tangsel Luka karena Senjata Tajam

Megapolitan
Taruna STIP Dianiaya Senior hingga Tewas, Pengamat: Mungkin yang Dipukulin tapi Enggak Meninggal Sudah Banyak

Taruna STIP Dianiaya Senior hingga Tewas, Pengamat: Mungkin yang Dipukulin tapi Enggak Meninggal Sudah Banyak

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com