Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jatuhnya "Crane" DDT yang Memecah Minggu Pagi di Jatinegara...

Kompas.com - 05/02/2018, 08:37 WIB
Sherly Puspita

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com  Minggu (4/2/2018) sekitar pukul 05.00, cuaca sekitar kawasan proyek double double track (DDT) Jatinegara, Jakarta Timur mendung. Sebagian warga Jatinegara mungkin masih lelap dalam tidurnya, melaksanakan shalat subuh, atau bahkan sudah mulai beraktivitas.

"Allahuakbar, tolong...," teriak minta tolong yang terdengar hingga rumah Jaja Bahar, salah satu warga Jalan Permata yang tinggal tak jauh dari proyek DDT.

Jaja yang baru saja terbangun dari tidurnya langsung berlari menuju lantai atas rumahnya yang menghadap ke arah proyek.

"Saya dengar suara seperti genteng seng tersapu angin," kata Jaja.

Baca juga: Polisi Butuh 3 Hari untuk Tahu Penyebab Jatuhnya Crane DDT

"Di lokasi proyek sudah berkerumun orang, ada beberapa orang yang tergeletak," tambahnya.

Tak lama kemudian, Jaja melihat sejumlah ambulans memasuki area proyek. Para pekerja yang tergeletak diangkat ke dalam mobil. Suara sirine mengiringi kepergian ambulans. Suara minta tolong hingga sirine ambulans memecah pagi di Jatinegara.

Kecelakaan kerja

Kondisi pasca ambruknya crane proyek Double Double Track (DDT) di Kampung Melayu, Jatinegara, Jakarta, Minggu (04/02/2018). Alat berat yang ambruk tersebut menewaskan empat pekerja yang masih berada di lokasi kecelakaan.MAULANA MAHARDHIKA Kondisi pasca ambruknya crane proyek Double Double Track (DDT) di Kampung Melayu, Jatinegara, Jakarta, Minggu (04/02/2018). Alat berat yang ambruk tersebut menewaskan empat pekerja yang masih berada di lokasi kecelakaan.
Beberapa saat setelah ambulans membawa para korban, para pekerja proyek menutup lokasi pengerjaan DDT dengan terpal biru. Tujuannya, warga yang penasaran tak merangsek masuk kawasan.

Tak lama kemudian, polisi datang dan memasang garis polisi di sekeliling kawasan proyek DDT. Di lokasi tersebut, crane masih melilit bantalan rel yang posisinya sangat miring.

Kecelakaan kerja proyek DDT ini menewaskan empat pekerja proyek. Dua orang tewas di tempat, dua lainnya tewas di Rumah Sakit Hermina dan Premier Jatinegara. Ada satu korban selamat yang mengalami luka di kaki.

Sejumlah pihak kemudian menyambangi tempat kejadian perkara, salah satunya perwakilan PT Hutama Karya (HK) sebagai perusahaan pelaksana proyek.

Baca juga: PT Hutama Karya: Saat Hujan Pengerjaan DDT Harus Berhenti

Kondisi pasca ambruknya crane proyek Double Double Track (DDT) di Kampung Melayu, Jatinegara, Jakarta, Minggu (04/02/2018). Alat berat yang ambruk tersebut menewaskan empat pekerja yang masih berada di lokasi kecelakaan.MAULANA MAHARDHIKA Kondisi pasca ambruknya crane proyek Double Double Track (DDT) di Kampung Melayu, Jatinegara, Jakarta, Minggu (04/02/2018). Alat berat yang ambruk tersebut menewaskan empat pekerja yang masih berada di lokasi kecelakaan.
Direktur Operasional PT Hutama Karta Suroto mengatakan, pihaknya akan bertanggung jawab atas kejadian ini.

"Hutama Karya berbelasungkawa. Kami memastikan korban dan keluarga korban akan mendapatkan haknya," ujar Suroto.

Pihaknya mengaku telah bekerja sama dengan pihak kepolisian, Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), dan Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi (Disnakertrans) DKI untuk mengetahui penyebab kecelakaan ini.

Baca juga: Empat Jenazah Korban Jatuhnya Crane DDT Tiba di RS Polri Kramat Jati

Kepala Bidang Balistik Metalurgi Forensik Pusat Laboratorium Forensik (Puslabfor) Mabes Polri, Kombes Ulung Kanjaya mengatakan, penyelidikan terkait penyebab jatuhnya crane di proyek DDT Manggarai-Cikarang tak dapat dilakukan dalam waktu satu hari.

Pada Minggu sore, tim Puslabfor Mabes Polri menghentikan penyelidikan di lokasi kecelakaan kerja. Mereka pun tak tampak membawa barang bukti dari lokasi kejadian.

"Enggak ada kesulitan (dalam penyelidikan). Cuma memang kami, kan, waktunya sudah sore. (Kami) belum bisa menyimpulkan itu apa penyebabnya, besok dilanjutkan lagi," kata Ulung. 

Kompas TV PT Hutama Karya sebagai pelaksana proyek menhentikan sejenak pengerjaan jalur rel kereta ganda.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Tak Ada yang Janggal dari Berubahnya Pelat Mobil Dinas Polda Jabar Jadi Pelat Putih...

Tak Ada yang Janggal dari Berubahnya Pelat Mobil Dinas Polda Jabar Jadi Pelat Putih...

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Mobil Dinas Polda Jabar Sebabkan Kecelakaan Beruntun di Tol MBZ | Apesnya Si Kribo Usai 'Diviralkan' Pemilik Warteg

[POPULER JABODETABEK] Mobil Dinas Polda Jabar Sebabkan Kecelakaan Beruntun di Tol MBZ | Apesnya Si Kribo Usai "Diviralkan" Pemilik Warteg

Megapolitan
Cara Naik Bus City Tour Transjakarta dan Harga Tiketnya

Cara Naik Bus City Tour Transjakarta dan Harga Tiketnya

Megapolitan
Diperiksa Polisi, Ketum PITI Serahkan Video Dugaan Penistaan Agama oleh Pendeta Gilbert

Diperiksa Polisi, Ketum PITI Serahkan Video Dugaan Penistaan Agama oleh Pendeta Gilbert

Megapolitan
Minta Diskusi Baik-baik, Ketua RW di Kalideres Harap SK Pemecatannya Dibatalkan

Minta Diskusi Baik-baik, Ketua RW di Kalideres Harap SK Pemecatannya Dibatalkan

Megapolitan
Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Megapolitan
Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Megapolitan
Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Megapolitan
Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Megapolitan
Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Megapolitan
Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Megapolitan
Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Megapolitan
Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Megapolitan
Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Megapolitan
Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com