Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Saya Sudah Antre di RPTRA Sejak Jam Lima, tetapi Belum Dapat Barangnya"

Kompas.com - 20/02/2018, 13:45 WIB
Ardito Ramadhan,
Icha Rastika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Sejumlah warga yang memadati Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) Amanah, Jakarta Utara, merasa kecewa karena harus mengantre lama untuk dapat membeli pangan murah yang dijual di sana, Selasa (20/2/2018).

"Saya sudah di sini sejak jam 5 pagi tadi. Dapat urutan 400 tetapi ini belum dapat barangnya. Tahu begitu di rumah saja kalau lama begini," kata Bima, salah seorang warga yang ditemui Kompas.com lebih kurang pukul 12.00 WIB.

Ia pun mengaku kecewa akan sistem penjualan pangan murah tersebut. "Semestinya bisa diperbaiki ya karena ini bukan yang pertama kali, misalnya dibatesin untuk kelurahan-kelurahan tertentu," kata Bima.

Baca juga : Sejak Subuh, Warga Serbu RPTRA Amanah agar Dapat Pangan Murah

Kekecewaan yang sama juga dialami Slamet. "Saya dari jam 5 tadi dapet nomor urut 749. Kemarinnya saya dapat nomor 400-an udah kelar jam 12-an," kata Slamet.

Mengenai warga yang mengantre, pengelola RPTRA yang juga panita pasar murah, Mufty, menyampaikan bahwa antrean yang panjang itu disebabkan nomor antrean warga terlalu besar.

Selain itu, transaksi baru dimulai pukul 08.00, sedangkan warga ada yang sudah tiba di lokasi sejak subuh. 

"Mereka antre lama karena nomor antreannya besar. Lalu, transaksi juga baru buka jam 8 artinya dia harus mengikuti antrean," kata Mufty.

Kendati demikian, menurut dia, warga mengantre dengan tertib. Tidak ada kericuhan meskipun nomor antrean warga panjang.

"Dari semua yang kita lalui ini Alhamdulillah tadi sudah ditanyakan warga di depan ya, itu Alhamdulillah tertib," ujar Mufty.

Sementara itu, sejumlah warga lain kecewa karena tidak kebagian nomor urut. Surti, salah seorang warga lainnya, mengaku sulit menemukan lokasi RPTRA Amanah hingga telat tiba dan kehabisan kupon.

"(Kuponnya) sudah habis ya katanya, saya tadi kelilin-keliling nyariin lokasi," kata warga tersebut.

Rini, warga lainnya, juga merasa kecewa karena kehabisan kupon. Apalagi, ini pengalaman pertamanya membeli pangan murah di RPTRA.

"Ini baru pertama kali ke sini tahunya kehabisan. Biasanya pengin ke sini ada saja halangannya, anak mau ini, mau itu, butuh ini, butuh itu. Eh sekalinya ke sini kehabisan," kata Rini.

Baca juga : Ibu-ibu Kesal Tak Boleh Beli Pangan Murah di RPTRA Rawa Buaya

Mengenai keluhan ini, Sugeng, petugas yang ditemui Kompas.com, menyampaikan bahwa 1.200 kupon yang disediakan panitia telah ludes. Untuk sementara, kata dia, belum ada tambahan kupon.

Sejumlah komoditas pangan yang dijual di RPTRA Amanah antara lain beras, telur ayam, ikan kembung beku, susu UHT, serta daging ayam, dan sapi.

Beras dijual Rp 30.000 per 5 kg, telur ayam Rp 10.000 per kg, ikan kembung beku Rp 13.000 per kg, susu UHT Rp 30.000 per 24 kotak ukuran 200 ml, daging sapi Rp 35.000 per kg, dan daging ayam Rp 8.000 per kg.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Remaja Tusuk Seorang Ibu di Bogor Hingga Pisau Patah

Remaja Tusuk Seorang Ibu di Bogor Hingga Pisau Patah

Megapolitan
Jukir Liar Minimarket Ikhlas “Digusur” Asal Pemerintah Beri Pekerjaan Baru

Jukir Liar Minimarket Ikhlas “Digusur” Asal Pemerintah Beri Pekerjaan Baru

Megapolitan
Warga Bekasi Tewas Tertabrak Kereta di Kemayoran karena Terobos Palang Pelintasan

Warga Bekasi Tewas Tertabrak Kereta di Kemayoran karena Terobos Palang Pelintasan

Megapolitan
Manjakan Lansia, Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi Tak Lagi Pakai Tempat Tidur Tingkat

Manjakan Lansia, Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi Tak Lagi Pakai Tempat Tidur Tingkat

Megapolitan
KAI Commuter: Perjalanan Commuter Line Rangkasbitung-Tanah Abang Picu Pertumbuhan Ekonomi Lokal

KAI Commuter: Perjalanan Commuter Line Rangkasbitung-Tanah Abang Picu Pertumbuhan Ekonomi Lokal

Megapolitan
Tiga Jenazah ABK Kapal yang Terbakar di Muara Baru Telah Dijemput Keluarga

Tiga Jenazah ABK Kapal yang Terbakar di Muara Baru Telah Dijemput Keluarga

Megapolitan
Gangguan Jiwa Berat, Ibu yang Bunuh Anak Kandung di Bekasi Sempat Dirawat di RSJ

Gangguan Jiwa Berat, Ibu yang Bunuh Anak Kandung di Bekasi Sempat Dirawat di RSJ

Megapolitan
Jika Profesinya Dihilangkan, Jukir Liar Minimarket: Rawan Maling Motor dan Copet!

Jika Profesinya Dihilangkan, Jukir Liar Minimarket: Rawan Maling Motor dan Copet!

Megapolitan
Polisi: Ibu yang Bunuh Anak Kandung di Bekasi Alami Gangguan Kejiwaan Berat

Polisi: Ibu yang Bunuh Anak Kandung di Bekasi Alami Gangguan Kejiwaan Berat

Megapolitan
Imbas Tanah Longsor, Warga New Anggrek 2 GDC Depok Khawatir Harga Rumah Anjlok

Imbas Tanah Longsor, Warga New Anggrek 2 GDC Depok Khawatir Harga Rumah Anjlok

Megapolitan
Kisah Iyan, Korban Banjir Cipayung yang Terpaksa Mengungsi ke Rumah Mertua 2 Bulan Lamanya...

Kisah Iyan, Korban Banjir Cipayung yang Terpaksa Mengungsi ke Rumah Mertua 2 Bulan Lamanya...

Megapolitan
Maling Motor 'Ngadu' ke Ibunya Lewat 'Video Call' Saat Tertangkap Warga: Mak, Tolongin...

Maling Motor 'Ngadu' ke Ibunya Lewat 'Video Call' Saat Tertangkap Warga: Mak, Tolongin...

Megapolitan
Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi Sediakan Alat Pijat dan 'Treadmill' untuk Calon Jemaah Haji

Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi Sediakan Alat Pijat dan "Treadmill" untuk Calon Jemaah Haji

Megapolitan
Penampakan Rumah TKP Penusukan Seorang Ibu oleh Remaja Mabuk di Bogor, Sepi dan Tak Ada Garis Polisi

Penampakan Rumah TKP Penusukan Seorang Ibu oleh Remaja Mabuk di Bogor, Sepi dan Tak Ada Garis Polisi

Megapolitan
Anggap Pendaftaran Cagub Independen DKI Formalitas, Dharma Pongrekun: Mustahil Kumpulkan 618.000 Pendukung

Anggap Pendaftaran Cagub Independen DKI Formalitas, Dharma Pongrekun: Mustahil Kumpulkan 618.000 Pendukung

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com