Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahli dari Australia Pun Kesulitan Deteksi Penyerang Novel Baswedan...

Kompas.com - 22/02/2018, 14:27 WIB
Sherly Puspita,
Kurnia Sari Aziza

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono menjelaskan kendala-kendala yang dialami dalam mengungkap tersangka kasus penyiraman air keras kepada penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan.

Salah satunya, deteksi pelaku melalui rekaman kamera CCTV yang terpasang di sekitar Masjid Jami Al Ihsan, lokasi penyiraman Novel pada 11 April 2017.

"Misalnya, sudah ada hasil kamera CCTV, tetapi setelah kami cek, kami lihat ternyata tidak jelas. Sudah kami minta bantuan (ahli) dari Australia, ternyata tidak jelas juga," ujar Argo di Mapolda Metro Jaya, Jakarta Selatan, Kamis (22/2/2018).

Baca juga: Novel Pulang, KPK Harus Semakin Garang

Ia mengatakan, tak hanya satu kamera CCTV yang diperiksa penyidik.

Semua kamera CCTV yang berada di radius 500 meter dari lokasi penyiraman Novel turut diselidiki.

"Kami cek satu per satu, kemudian setelah kami tanya ke pemilik CCTV ternyata tidak semuanya selalu merekam. Jadi, di situ kesulitannya," katanya. 

Baca juga: Pimpinan KPK Berharap Penyerang Novel Segera Ditemukan

Kesulitan lain yang dihadapi adalah tidak adanya saksi yang melihat peristiwa tersebut. 

Penyidik telah menyebarkan sketsa penyiram Novel dan membuka nomor hotline bagi warga yang merasa pernah melihat sosok pelaku yang dimaksud.

Namun, hingga saat ini, belum ada laporan yang valid.

Baca juga: TGPF Dianggap Dapat Lengkapi Kinerja Polri Ungkap Kasus Novel Baswedan

"Sudah ada yang lapor, misalnya lapor lewat SMS, tetapi ketika ditelpon tidak diangkat atau diangkat, tetapi setelah ditanya dia dari mana dimatikan. Banyak yang seperti ini," kata Argo. 

Hari ini, Novel tiba di tanah air setelah berbulan-bulan menjalani operasi di Singapura. Argo berharap, kepulangan Novel akan mempermudah pengungkapan kasus ini.

"Pada intinya, nanti dengan kedatangan Pak Novel ke Indonesia akan mempermudah kami komunikasi. Artinya, nanti kalau kami masih memerlukan informasi-informasi, kami bisa melakukan pemanggilan," ujarnya.

Kompas TV Penyidik KPK, Novel Baswedan, akhirnya kembali ke tanah air setelah hampir setahun menjalani perawatan di Singapura.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Soal Jakarta Tak Lagi Jadi Ibu Kota, Ahok : Harusnya Tidak Ada Pengangguran

Soal Jakarta Tak Lagi Jadi Ibu Kota, Ahok : Harusnya Tidak Ada Pengangguran

Megapolitan
Keterlibatan 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP, dari Panggil Korban sampai 'Kompori' Tegar untuk Memukul

Keterlibatan 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP, dari Panggil Korban sampai "Kompori" Tegar untuk Memukul

Megapolitan
Puncak Kasus DBD Terjadi April 2024, 57 Pasien Dirawat di RSUD Tamansari

Puncak Kasus DBD Terjadi April 2024, 57 Pasien Dirawat di RSUD Tamansari

Megapolitan
Ahok : Buat Tinggal di Jakarta, Gaji Ideal Warga Rp 5 Juta

Ahok : Buat Tinggal di Jakarta, Gaji Ideal Warga Rp 5 Juta

Megapolitan
Ahok: Saya Mendorong Siapa Pun yang Jadi Gubernur Jakarta Harus Serahkan Nomor HP Pribadi ke Warga

Ahok: Saya Mendorong Siapa Pun yang Jadi Gubernur Jakarta Harus Serahkan Nomor HP Pribadi ke Warga

Megapolitan
Susul PKS dan Golkar, Partai Nasdem Gabung Koalisi Usung Imam-Ririn di Pilkada Depok 2024

Susul PKS dan Golkar, Partai Nasdem Gabung Koalisi Usung Imam-Ririn di Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Masih Ada 7 Anak Pasien DBD yang Dirawat di RSUD Tamansari

Masih Ada 7 Anak Pasien DBD yang Dirawat di RSUD Tamansari

Megapolitan
Viral Video Sekelompok Orang yang Diduga Gangster Serang Warga Bogor

Viral Video Sekelompok Orang yang Diduga Gangster Serang Warga Bogor

Megapolitan
PKS dan Golkar Berkoalisi, Dukung Imam Budi-Ririn Farabi Jadi Pasangan di Pilkada Depok

PKS dan Golkar Berkoalisi, Dukung Imam Budi-Ririn Farabi Jadi Pasangan di Pilkada Depok

Megapolitan
Cerita Pinta, Bangun Rumah Singgah demi Selamatkan Ratusan Anak Pejuang Kanker

Cerita Pinta, Bangun Rumah Singgah demi Selamatkan Ratusan Anak Pejuang Kanker

Megapolitan
Soal Jakarta Tak Lagi Jadi Ibu Kota, Ahok: Jangan Hanya Jadi Kota Besar, tapi Penduduknya Tidak Kenyang

Soal Jakarta Tak Lagi Jadi Ibu Kota, Ahok: Jangan Hanya Jadi Kota Besar, tapi Penduduknya Tidak Kenyang

Megapolitan
Jukir Minimarket: Kalau Dikasih Pekerjaan, Penginnya Gaji Setara UMR Jakarta

Jukir Minimarket: Kalau Dikasih Pekerjaan, Penginnya Gaji Setara UMR Jakarta

Megapolitan
Bakal Dikasih Pekerjaan oleh Pemprov DKI, Jukir Minimarket: Mau Banget, Siapa Sih yang Pengin 'Nganggur'

Bakal Dikasih Pekerjaan oleh Pemprov DKI, Jukir Minimarket: Mau Banget, Siapa Sih yang Pengin "Nganggur"

Megapolitan
Bayang-bayang Kriminalitas di Balik Upaya Pemprov DKI atasi Jukir Minimarket

Bayang-bayang Kriminalitas di Balik Upaya Pemprov DKI atasi Jukir Minimarket

Megapolitan
Kala Wacana Heru Budi Beri Pekerjaan Eks Jukir Minimarket Terbentur Anggaran yang Tak Dimiliki DPRD...

Kala Wacana Heru Budi Beri Pekerjaan Eks Jukir Minimarket Terbentur Anggaran yang Tak Dimiliki DPRD...

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com