JAKARTA, KOMPAS.com - Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono menjelaskan kendala-kendala yang dialami dalam mengungkap tersangka kasus penyiraman air keras kepada penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan.
Salah satunya, deteksi pelaku melalui rekaman kamera CCTV yang terpasang di sekitar Masjid Jami Al Ihsan, lokasi penyiraman Novel pada 11 April 2017.
"Misalnya, sudah ada hasil kamera CCTV, tetapi setelah kami cek, kami lihat ternyata tidak jelas. Sudah kami minta bantuan (ahli) dari Australia, ternyata tidak jelas juga," ujar Argo di Mapolda Metro Jaya, Jakarta Selatan, Kamis (22/2/2018).
Baca juga: Novel Pulang, KPK Harus Semakin Garang
Ia mengatakan, tak hanya satu kamera CCTV yang diperiksa penyidik.
Semua kamera CCTV yang berada di radius 500 meter dari lokasi penyiraman Novel turut diselidiki.
"Kami cek satu per satu, kemudian setelah kami tanya ke pemilik CCTV ternyata tidak semuanya selalu merekam. Jadi, di situ kesulitannya," katanya.
Baca juga: Pimpinan KPK Berharap Penyerang Novel Segera Ditemukan
Kesulitan lain yang dihadapi adalah tidak adanya saksi yang melihat peristiwa tersebut.
Penyidik telah menyebarkan sketsa penyiram Novel dan membuka nomor hotline bagi warga yang merasa pernah melihat sosok pelaku yang dimaksud.
Namun, hingga saat ini, belum ada laporan yang valid.
Baca juga: TGPF Dianggap Dapat Lengkapi Kinerja Polri Ungkap Kasus Novel Baswedan
"Sudah ada yang lapor, misalnya lapor lewat SMS, tetapi ketika ditelpon tidak diangkat atau diangkat, tetapi setelah ditanya dia dari mana dimatikan. Banyak yang seperti ini," kata Argo.
Hari ini, Novel tiba di tanah air setelah berbulan-bulan menjalani operasi di Singapura. Argo berharap, kepulangan Novel akan mempermudah pengungkapan kasus ini.
"Pada intinya, nanti dengan kedatangan Pak Novel ke Indonesia akan mempermudah kami komunikasi. Artinya, nanti kalau kami masih memerlukan informasi-informasi, kami bisa melakukan pemanggilan," ujarnya.