Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Mendingan Saya Minggir Tanya Orang daripada Andalkan GPS..."

Kompas.com - 02/04/2018, 23:36 WIB
Stanly Ravel,
Kurnia Sari Aziza

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com — Penggunaan aplikasi penunjuk arah yang digunakan sebagian pengemudi ojek online ternyata tidak sepenuhnya akurat.

Beberapa pengemudi ojek online dibuat bingung dengan posisi penumpang yang bergeser jauh dari lokasi penjemputan atau pengantaran.

Reyhan, pengemudi Go-Jek di kawasan Halim, Jakarta Timur, mengungkapkan hal tersebut.

Baca juga: BPS: Tarif Ojek "Online" Naik, Tidak Berpengaruh ke Inflasi

Ia sering dibuat bingung mencari alamat saat mengantar atau menjemput penumpang.

"Sering, Mas, apalagi kalau jemput penumpangnya itu di daerah perumahan. Notifikasinya di mana, tahunya orangnya di mana, beda gitu," ucap Reyhan kepada Kompas.com di Jakarta Timur, Senin (2/4/2018).

Menurutnya, aplikasi GPS online masih ada kelemahan, apalagi jika pengemudi melintasi daerah yang tidak ada sinyal. 

Baca juga: Driver Ojek "Online" Mengeluh Google Maps Bikin Kesasar

Hal senada disampaikan pengendara Go-Jek lainnya, Marlin.

Ia mengatakan pernah tersasar ke daerah lain yang membuatnya kehilangan konsumen.

"Jemputnya di Jakarta Timur, tetapi arahnya dikasih ke utara ke kawasan Cempaka Putih gesernya sampai 9 km lebih," kata Marlin. 

Baca juga: Cerita Kegigihan Ojek "Online" Kejar Penjambret meski Jatuh dan Terluka

Ia mengatakan, kondisi tersebut kerap terjadi karena beberapa hal, mulai dari GPS yang kurang up-date sampai perilaku konsumen yang tidak detail mencantumkan titik jemput atau pengantaran.

"Biasanya ada nama jalan dan gang yang sama, satu di utara satu di timur. Nah, ini kalau tidak diperhatikan sama konsumen bisa terbalik, kami juga jadi bingung, kan," ucapnya. 

Baca juga: Tanggapan Pelanggan Ojek Online terkait Wacana Kenaikan Tarif

Ia lebih memilih cara konvensional dengan langsung bertanya kepada konsumen atau kepada orang lain di jalan.

"Lebih baik minggir nanya sama orang dari pada andelin GPS. Kalau sudah mentok banget, baru telepon orang yang pesan," kata Marlin. 

Rachmat dan Yanu, dua pengemudi ojek online dari apilikasi Grab yang ditemui di kawasan Kalibata, Jakarta Selatan, lebih senang langsung menghubungi konsumen untuk memastikan lokasi penjemputan. 

"Saya biasa habis terima order, saya kontak orangnya untuk pastiin dimana tempatnya, tetapi jadi boros pulsa," ucap Yanu.

Baca juga: Aplikator Sepakat Tingkatkan Pendapatan Ojek Online, Pengemudi Ngotot di Angka Rp 3.500

Rachmat mengaku pernah tersasar saat mengantar makanan lantaran Google Map yang dipakainya kurang akurat menentukan lokasi.

"Saya antar makanan di kompleks, kompleksnya sudah benar, tetapi bloknya beda. Di handphone blok C ada di depan, tahunya pas bertanya ke satpam adanya di ujung belakang. Sempat muter-muter sampai 10 menit lebih waktu itu," ujar Rachmat. 

Kompas TV Pemerintah mengambil jalan tengah untuk menjawab tuntutan kenaikan tarif para pengemudi ojek online.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Polisi Buru Maling Kotak Amal Mushala Al-Hidayah di Sunter Jakarta Utara

Polisi Buru Maling Kotak Amal Mushala Al-Hidayah di Sunter Jakarta Utara

Megapolitan
Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Ditemukan Meninggal Dunia

Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Ditemukan Meninggal Dunia

Megapolitan
Polisi Selidiki Pelaku Tawuran yang Diduga Bawa Senjata Api di Kampung Bahari

Polisi Selidiki Pelaku Tawuran yang Diduga Bawa Senjata Api di Kampung Bahari

Megapolitan
'Update' Kasus DBD di Tamansari, 60 Persen Korbannya Anak Usia SD hingga SMP

"Update" Kasus DBD di Tamansari, 60 Persen Korbannya Anak Usia SD hingga SMP

Megapolitan
Bunuh dan Buang Mayat Dalam Koper, Ahmad Arif Tersinggung Ucapan Korban yang Minta Dinikahi

Bunuh dan Buang Mayat Dalam Koper, Ahmad Arif Tersinggung Ucapan Korban yang Minta Dinikahi

Megapolitan
Pria yang Meninggal di Gubuk Wilayah Lenteng Agung adalah Pemulung

Pria yang Meninggal di Gubuk Wilayah Lenteng Agung adalah Pemulung

Megapolitan
Mayat Pria Ditemukan di Gubuk Wilayah Lenteng Agung, Diduga Meninggal karena Sakit

Mayat Pria Ditemukan di Gubuk Wilayah Lenteng Agung, Diduga Meninggal karena Sakit

Megapolitan
Tawuran Warga Pecah di Kampung Bahari, Polisi Periksa Penggunaan Pistol dan Sajam

Tawuran Warga Pecah di Kampung Bahari, Polisi Periksa Penggunaan Pistol dan Sajam

Megapolitan
Solusi Heru Budi Hilangkan Prostitusi di RTH Tubagus Angke: Bikin 'Jogging Track'

Solusi Heru Budi Hilangkan Prostitusi di RTH Tubagus Angke: Bikin "Jogging Track"

Megapolitan
Buka Pendaftaran, KPU DKI Jakarta Butuh 801 Petugas PPS untuk Pilkada 2024

Buka Pendaftaran, KPU DKI Jakarta Butuh 801 Petugas PPS untuk Pilkada 2024

Megapolitan
KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Anggota PPS untuk Pilkada 2024

KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Anggota PPS untuk Pilkada 2024

Megapolitan
Bantu Buang Mayat Wanita Dalam Koper, Aditya Tak Bisa Tolak Permintaan Sang Kakak

Bantu Buang Mayat Wanita Dalam Koper, Aditya Tak Bisa Tolak Permintaan Sang Kakak

Megapolitan
Pemkot Depok Bakal Bangun Turap untuk Atasi Banjir Berbulan-bulan di Permukiman

Pemkot Depok Bakal Bangun Turap untuk Atasi Banjir Berbulan-bulan di Permukiman

Megapolitan
Duduk Perkara Pria Gigit Jari Satpam Gereja sampai Putus, Berawal Pelaku Kesal dengan Teman Korban

Duduk Perkara Pria Gigit Jari Satpam Gereja sampai Putus, Berawal Pelaku Kesal dengan Teman Korban

Megapolitan
15 Pasien DBD Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

15 Pasien DBD Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com