Bertahan di rumah sendiri
Deny mencoba melestarikan ondel-odel mulai dari cara yang sederhana. Dia mengajak anak-anak putus sekolah di sekitarnya masuk ke dalam sanggar.
Kemudian, anak-anak itu bisa membawa ondel-ondel pergi ngibing atau joget di jalanan.
Sebenarnya, tersimpan sedikit rasa miris di hati Deny ketika melihat salah satu kebudayaan Betawi itu ada di jalanan.
Baca juga: Ondel-ondel dan Barongsai Ramaikan Karnaval Cap Go Meh Glodok
"Ini ikon Jakarta, tetapi kita bikin buat ngarak, bahasa jeleknya ngamen," ujar Deny.
Namun, melalui itu, ondel-ondel bisa terus dilihat masyarakat luas.
Generasi mendatang tidak boleh tidak mengenal budaya ini. Ini salah satu caranya mempertahankan ondel-ondel supaya tidak terusir dari rumahnya sendiri.
Baca juga: Ondel-ondel ala Perancis, Seperti Apa Bentuknya?
Deny tidak pernah mematok uang setoran bagi anak-anak yang membawa ondel-ondelnya ngibing. Hanya uang iuran untuk kas sanggar yang jumlahnya tergantung dari pendapatan hari itu.
Meski miris, ondel-ondel juga menjadi kebanggaan Deny.
Baca juga: Rayakan Ultah Jokowi-Ahok di Kalijodo, Ada Kue Monas dan Ondel-ondel
Saat bermain di hotel, anak-anak muda yang ikut akan lebih banyak.
Mereka pun akan mengenakan pakaian seragam rapi.
Baca juga: Ondel-ondel, Ikon Kota yang Mencoba Bangkit dari Keterpurukan
Dengan bangga, Deny juga bercerita ondel-ondel bikinannya dipajang di sejumlah tempat seperti RSUD Tarakan dan Museum Nasional.
Sanggarnya juga meraih prestasi di festival-festival.
"Tahun 2017, kami mendapatkan 3 juara sekaligus," kata dia tersenyum.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.