Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Candaan Gaya Berbahasa "Anak Jaksel", Mengapa Fenomena Ini Terjadi?

Kompas.com - 14/09/2018, 07:18 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Bayu Galih

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com — Beberapa waktu terakhir ini, pengguna media sosial khususnya Twitter, diramaikan dengan istilah "Anak Jaksel" sebagai bahan candaan dan gurauan.

Istilah ini digunakan untuk menyebut kebiasaan anak-anak muda, dalam hal ini di Jakarta Selatan, yang berkomunikasi dengan campuran bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.

Sebenarnya model penggunaan bahasa yang seperti itu tidak hanya terjadi pada mereka yang berada di kawasan Jakarta Selatan. Namun, di bagian Jakarta yang lain, bahkan luar daerah seperti Surabaya, juga terjadi penggunaan bahasa seperti ini.

Namun, entah apa yang terjadi Anak Jaksel-lah yang pada akhirnya dilekatkan dengan fenomena ini.

Menurut Wikipediawan pencinta bahasa Indonesia, Ivan Lanin, fenomena semacam ini sudah berlangsung sejak lama.

Ini bukan fenomena musiman yang baru saja terjadi sehingga keberadaannya akan tetap ada meski candaan "Anak Jaksel" sudah tidak lagi ramai diperbincangkan.

Adapun beberapa faktor yang diperkirakan melatarbelakangi fenomena "Anak Jaksel" adalah sebagai berikut.

Ingin terlihat beda

Gaya berkomunikasi yang menggunakan lebih dari satu bahasa dalam satu kalimat dilakukan untuk membedakan diri dengan lingkungan dan orang lain. Ivan Lanin menyebut faktor ini sebagai latar belakang utama maraknya gaya bahasa "Anak Jaksel".

“Ditambah juga (mereka) merasa bahwa dengan dicampur-campur itu mungkin kelihatan lebih keren," kata Ivan melalui sambungan telepon, Kamis (13/9/2018) malam.

Apa ini disebabkan ada prestise tersendiri saat menggunakan kata dalam bahasa Inggris dalam percakapan sehari-hari?

"Saya pikir begitu (ada prestise tersendiri) walaupun saya juga tidak berani terlalu menuduh," ujarnya.

Terbawa keadaan

Candaan "Anak Jaksel", menurut Ivan, sebenarnya merujuk pada kebiasaan anak muda yang menggunakan bahasa campuran.

Istilah ini dikenal sebagai "code mixing", yang terjadi karena sejumlah orang di lingkungan itu melakukan hal yang sama.

"Dugaan saya sih kemungkinan itu karena mungkin terbiasa dengan teman-temannya. Terus melihat, 'Oh kayaknya enak nih kalau dicampur-campur seperti ini'," ujar Ivan.

Wikipediawan pencinta bahasa Indonesia, Ivan LaninKOMPAS.com/GARRY ANDREW LOTULUNG Wikipediawan pencinta bahasa Indonesia, Ivan Lanin
Kuliah di luar negeri

Selain itu, Ivan juga menganggap bahwa kembalinya pelajar Indonesia dari luar negeri memberi sumbangsih tertentu terhadap perkembangan gaya bahasa ini.

Halaman:


Terkini Lainnya

Preman Penghancur Gerobak Bubur di Jatinegara Masih Buron

Preman Penghancur Gerobak Bubur di Jatinegara Masih Buron

Megapolitan
Jambret Beraksi di Depan JIS, Salah Satu Pelaku Diduga Wanita

Jambret Beraksi di Depan JIS, Salah Satu Pelaku Diduga Wanita

Megapolitan
Kondisi Terkini TKP Brigadir RAT Bunuh Diri: Sepi dan Dijaga Polisi

Kondisi Terkini TKP Brigadir RAT Bunuh Diri: Sepi dan Dijaga Polisi

Megapolitan
Wanita Jatuh ke Celah Peron dan Gerbong KRL di Stasiun Manggarai

Wanita Jatuh ke Celah Peron dan Gerbong KRL di Stasiun Manggarai

Megapolitan
Tepergok Curi Motor di Kelapa Gading, Pelaku Tembaki Sekuriti dengan Airsoft Gun

Tepergok Curi Motor di Kelapa Gading, Pelaku Tembaki Sekuriti dengan Airsoft Gun

Megapolitan
Kompolnas Tetap Dorong Brigadir RAT Diotopsi: Untuk Memperjelas Penyebab Kematian

Kompolnas Tetap Dorong Brigadir RAT Diotopsi: Untuk Memperjelas Penyebab Kematian

Megapolitan
Bule AS Terkesan dengan KRL Jakarta: Lebih Bagus dan Bersih dari Subway New York dan Chicago

Bule AS Terkesan dengan KRL Jakarta: Lebih Bagus dan Bersih dari Subway New York dan Chicago

Megapolitan
Kompolnas Dorong Penyelidikan dan Penyidikan Kasus Bunuh Diri Brigadir RAT Secara Profesional

Kompolnas Dorong Penyelidikan dan Penyidikan Kasus Bunuh Diri Brigadir RAT Secara Profesional

Megapolitan
Tak Terkait SARA, Perusakan Gerobak Bubur di Jatinegara Murni Aksi Premanisme

Tak Terkait SARA, Perusakan Gerobak Bubur di Jatinegara Murni Aksi Premanisme

Megapolitan
Polisi Bubarkan Pemuda yang Nongkrong Hingga Larut Malam di Jakut Demi Hindari Tawuran

Polisi Bubarkan Pemuda yang Nongkrong Hingga Larut Malam di Jakut Demi Hindari Tawuran

Megapolitan
Dua Pemuda Terjerat Pinjol Pilih Merampok, Berakhir Dipenjara dengan Ancaman Hukuman 12 Tahun

Dua Pemuda Terjerat Pinjol Pilih Merampok, Berakhir Dipenjara dengan Ancaman Hukuman 12 Tahun

Megapolitan
Keluarga Tolak Otopsi Jenazah Brigadir RAT yang Bunuh Diri di Mampang

Keluarga Tolak Otopsi Jenazah Brigadir RAT yang Bunuh Diri di Mampang

Megapolitan
Pemilik Rumah Tempat Brigadir RAT Bunuh Diri Minta Publik Tak Berasumsi

Pemilik Rumah Tempat Brigadir RAT Bunuh Diri Minta Publik Tak Berasumsi

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Telah Dibawa Pihak Keluarga dari RS Polri Kramat Jati

Jenazah Brigadir RAT Telah Dibawa Pihak Keluarga dari RS Polri Kramat Jati

Megapolitan
Proyek LRT Jakarta Rute Velodrome-Manggarai Masuk Tahap Pemasangan Girder

Proyek LRT Jakarta Rute Velodrome-Manggarai Masuk Tahap Pemasangan Girder

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com