Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

YLKI: Tarif LRT Seharusnya Bisa Lebih Murah dari Rp 10.800

Kompas.com - 19/09/2018, 15:06 WIB
Ryana Aryadita Umasugi,
Icha Rastika

Tim Redaksi

 

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi menilai, sedianya tarif LRT Jakarta bisa lebih murah dari yang diusulkan Dewan Transportasi Kota Jakarta (DTKJ) sebesar Rp 10.800.

Setidaknya, kata dia, tarif lebih murah ditetapkan pada awal pengoperasikan LRT untuk menarik penumpang berpindah ke moda transportasi itu. 

"Tarif LRT harus lebih murah sebagai upaya menarik minat penumpang, setidaknya di awal operasi. Baru nanti setelah segmentasi konsumen terbentuk maka besaran tarif bisa lebih mempertimbangkan cost and benefit," ujar Tulus saat dihubungi Kompas.com, Rabu (19/9/2018).

Baca juga: PT Jakpro Dikritik Tak Bisa Jelaskan Perencanaan LRT Fase II dan Rumah DP Rp 0

Ia berpendapat, jika seluruh struktur komponen tarif di bebankan kepada konsumen, maka masyarakat tidak akan terlalu tertarik menggunakan LRT karena dirasa mahal.

Oleh karena itu, ia menyarankan manajemen LRT dan Pemprov DKI Jakarta mencari pendapatan alternatif di luar tarif yang dibebankan kepada konsumen.

"Misalnya pendapatan sewa tenant, iklan, dan lain-lain. Tidak mungkin seluruh komponen biaya operasional LRT dibebankan 100 persen kepada konsumen," ucap Tulus.

Ia pun menyarankan, sebelu merumuskan besaran tarif, pihak LRT dan Pemprov DKI melakukan survei terkait alokasi budget transportasi warga Jakarta.

Nantinya, survei ini berguna untuk mengetahui besaran tarif LRT dan subsidi yang perlu dialokasikan.

"Artinya berapa persen dari indeks pengeluaran secara keseluruhan. Berapa persen alokasi untuk transportasi. Dari situ nanti bisa dirumuskan berapa kira-kira besaran tarif LRT, tarif MRT dan berapa persen alokasi subsidinya," kata dia. 

Baca juga: Nanti LRT Bisa-bisa Balapan Tuh di Manggarai

Sebelumnya, Direktur LRT Jakarta Allan Tandiono menyampaikan, DTKJ mengusulkan besaran tarif LRT Rp 10.800.

Angka ini baru sebatas usulan dari DTKJ. Selanjutnya, Pemprov DKI bersama DPRD DKI yang akan menetapkan besaran tarif. 

Proyek LRT dibangun oleh PT Jakarta Propertindo terbentang sepanjang 5,8 kilometer dari Velodrome hingga Kelapa Gading di Jakarta Utara.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tawuran Kerap Pecah di Pasar Deprok, Polisi Sebut Ulah Provokator

Tawuran Kerap Pecah di Pasar Deprok, Polisi Sebut Ulah Provokator

Megapolitan
Tawuran di Pasar Deprok Pakai Petasan, Warga: Itu Habis Jutaan Rupiah

Tawuran di Pasar Deprok Pakai Petasan, Warga: Itu Habis Jutaan Rupiah

Megapolitan
Sebelum Terperosok dan Tewas di Selokan Matraman, Balita A Hujan-hujanan dengan Kakaknya

Sebelum Terperosok dan Tewas di Selokan Matraman, Balita A Hujan-hujanan dengan Kakaknya

Megapolitan
Kemiskinan dan Beban Generasi 'Sandwich' di Balik Aksi Pria Bayar Makan Seenaknya di Warteg Tanah Abang

Kemiskinan dan Beban Generasi "Sandwich" di Balik Aksi Pria Bayar Makan Seenaknya di Warteg Tanah Abang

Megapolitan
Cerita Warga Sempat Trauma Naik JakLingko karena Sopir Ugal-ugalan Sambil Ditelepon 'Debt Collector'

Cerita Warga Sempat Trauma Naik JakLingko karena Sopir Ugal-ugalan Sambil Ditelepon "Debt Collector"

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Seorang Pria Ditangkap Buntut Bayar Makan Warteg Sesukanya | Taruna STIP Tewas di Tangan Senior Pernah Terjadi pada 2014 dan 2017

[POPULER JABODETABEK] Seorang Pria Ditangkap Buntut Bayar Makan Warteg Sesukanya | Taruna STIP Tewas di Tangan Senior Pernah Terjadi pada 2014 dan 2017

Megapolitan
Libur Nasional, Ganjil Genap Jakarta Tanggal 9-10 Mei 2024 Ditiadakan

Libur Nasional, Ganjil Genap Jakarta Tanggal 9-10 Mei 2024 Ditiadakan

Megapolitan
Curhat ke Polisi, Warga Klender: Kalau Diserang Petasan, Apakah Kami Diam Saja?

Curhat ke Polisi, Warga Klender: Kalau Diserang Petasan, Apakah Kami Diam Saja?

Megapolitan
Polisi Dalami Peran Belasan Saksi Dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP yang Dianiaya Senior

Polisi Dalami Peran Belasan Saksi Dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Kepada Kapolres Jaktim, Warga Klender Keluhkan Aksi Lempar Petasan dan Tawuran

Kepada Kapolres Jaktim, Warga Klender Keluhkan Aksi Lempar Petasan dan Tawuran

Megapolitan
Belasan Taruna Jadi Saksi dalam Prarekonstruksi Kasus Tewasnya Junior STIP

Belasan Taruna Jadi Saksi dalam Prarekonstruksi Kasus Tewasnya Junior STIP

Megapolitan
Polisi Tangkap Lebih dari 1 Orang Terkait Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel

Polisi Tangkap Lebih dari 1 Orang Terkait Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel

Megapolitan
RTH Tubagus Angke Dirapikan, Pedagang Minuman Harap Bisa Tetap Mangkal

RTH Tubagus Angke Dirapikan, Pedagang Minuman Harap Bisa Tetap Mangkal

Megapolitan
Prarekonstruksi Kasus Penganiayaan Taruna STIP Digelar hingga 4 Jam

Prarekonstruksi Kasus Penganiayaan Taruna STIP Digelar hingga 4 Jam

Megapolitan
Masih Bonyok, Maling Motor di Tebet Belum Bisa Diperiksa Polisi

Masih Bonyok, Maling Motor di Tebet Belum Bisa Diperiksa Polisi

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com