JAKARTA, KOMPAS.com - Aksi sebuah komplotan penodong yang biasa beroperasi di Terminal Tanjung Priok terungkap. Empat orang pelaku telah ditangkap dan empat lainnya masih buron.
Kapolsek Tanjung Priok Kompol Supriyanto menyatakan, kelompok tersebut menggunakan dua orang anggotanya yang masih berusia remaja, YR alias K (17) dan AG (15) sebagai pancingan.
"Anak kecil pura-pura minta uang buat makan. Setelah dikasih uang, teman-temannya yang lain pada datang. Ngambil dompet, handphone, semua diambil," kata Supriyanto dalam konferensi pers di Mapolsek Tanjung Priok, Senin (26/11/2018).
Baca juga: Remaja Penodong di Tanjung Priok: Orang Datang, Saya Pura-pura Minta Uang
Supriyanto menuturkan, kelompok tersebut biasa beroperasi pada dini hari ketika bus-bus dari luar Jakarta tiba di Terminal Tanjung Priok.
Para pendatang yang baru tiba menjadi incaran kelompok tersebut. Kelompok itu juga membawa senjata tajam untuk mengancam para korbannya.
"Kebanyakan penumpang yang jadi korban itu dari Jawa, dari luar kota, mereka merasa takut dan kebanyakan mereka mahasiswa semua," ujar Supriyanto.
Supriyanto menyebut, kelompok ini dikomandoi oleh seorang perempuan bernama Nona. Nona, kata Supriyanto, juga merupakan residivis dalam kasus serupa.
Keikutsertaan anak-anak usia remaja dalam kelompok tersebut didasari oleh motif ekonomi. Menurut Supriyanto, K dan AG merupakan remaja yang putus sekolah.
"Kasihan mereka rata-rata tidak sekolah. Mereka hanya diajak oleh teman-temannya yang sama-sama biasa di terminal, enggak ada paksaan," ujar Supriyanto.
Saat ditanyai wartawan, AG mengaku bisa mendapat Rp 50.000 setiap menjalankan aksinya. Adapun ia telah 30 kali beraksi di kawasan Terminal Tanjung Priok.
Ia juga menjelaskan bahwa komplotannya sudah merencanakan aksi dan memantau korbannya dari dalam Stasiun Tanjung Priok sebelum ia dan K mendatangi korban berpura-pura minta uang.
Baca juga: Komplotan Penodong di Tanjung Priok Incar Warga dari Luar Jakarta
"Saya pancingan dulu, yang lain menunggu di sela-sela bus. Ketika korbannya sudah buka dompetnya, baru diserang. Teman-teman lain nunggu di sela-sela bus," kata AG.
Setelah penangkapan komplotan tersebut, Supriyanto mengklaim Terminal Tanjung Priok menjadi lebih aman. Guna mencegah peristiwa serupa, anggota polisi disiagakan di sana sejak pagi hari.
"Kalau di terminal ada anak kecil minta-minta, tolong jangan diberikan. Takutnya, keluarin dompet langsung disamperin sama teman-temannya. Jadi, biarkan saja, enggak usah dilayani," imbau dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.