Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terungkapnya Remaja Kelompok Penodong di Tanjung Priok

Kompas.com - 27/11/2018, 06:08 WIB
Ardito Ramadhan,
Kontributor Amerika Serikat, Andri Donnal Putera

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Aksi sebuah komplotan penodong yang biasa beroperasi di Terminal Tanjung Priok terungkap. Empat orang pelaku telah ditangkap dan empat lainnya masih buron.

Kapolsek Tanjung Priok Kompol Supriyanto menyatakan, kelompok tersebut menggunakan dua orang anggotanya yang masih berusia remaja, YR alias K (17) dan AG (15) sebagai pancingan.

"Anak kecil pura-pura minta uang buat makan. Setelah dikasih uang, teman-temannya yang lain pada datang. Ngambil dompet, handphone, semua diambil," kata Supriyanto dalam konferensi pers di Mapolsek Tanjung Priok, Senin (26/11/2018).

Baca juga: Remaja Penodong di Tanjung Priok: Orang Datang, Saya Pura-pura Minta Uang

Supriyanto menuturkan, kelompok tersebut biasa beroperasi pada dini hari ketika bus-bus dari luar Jakarta tiba di Terminal Tanjung Priok.

Para pendatang yang baru tiba menjadi incaran kelompok tersebut. Kelompok itu juga membawa senjata tajam untuk mengancam para korbannya.

"Kebanyakan penumpang yang jadi korban itu dari Jawa, dari luar kota, mereka merasa takut dan kebanyakan mereka mahasiswa semua," ujar Supriyanto.

Supriyanto menyebut, kelompok ini dikomandoi oleh seorang perempuan bernama Nona. Nona, kata Supriyanto, juga merupakan residivis dalam kasus serupa.

Putus Sekolah

Keikutsertaan anak-anak usia remaja dalam kelompok tersebut didasari oleh motif ekonomi. Menurut Supriyanto, K dan AG merupakan remaja yang putus sekolah.

"Kasihan mereka rata-rata tidak sekolah. Mereka hanya diajak oleh teman-temannya yang sama-sama biasa di terminal, enggak ada paksaan," ujar Supriyanto.

Saat ditanyai wartawan, AG mengaku bisa mendapat Rp 50.000 setiap menjalankan aksinya. Adapun ia telah 30 kali beraksi di kawasan Terminal Tanjung Priok.

Ia juga menjelaskan bahwa komplotannya sudah merencanakan aksi dan memantau korbannya dari dalam Stasiun Tanjung Priok sebelum ia dan K mendatangi korban berpura-pura minta uang.

Baca juga: Komplotan Penodong di Tanjung Priok Incar Warga dari Luar Jakarta

"Saya pancingan dulu, yang lain menunggu di sela-sela bus. Ketika korbannya sudah buka dompetnya, baru diserang. Teman-teman lain nunggu di sela-sela bus," kata AG.

Setelah penangkapan komplotan tersebut, Supriyanto mengklaim Terminal Tanjung Priok menjadi lebih aman. Guna mencegah peristiwa serupa, anggota polisi disiagakan di sana sejak pagi hari.

"Kalau di terminal ada anak kecil minta-minta, tolong jangan diberikan. Takutnya, keluarin dompet langsung disamperin sama teman-temannya. Jadi, biarkan saja, enggak usah dilayani," imbau dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Mobil Warga Depok Jeblos ke 'Septic Tank' saat Mesin Dipanaskan

Mobil Warga Depok Jeblos ke "Septic Tank" saat Mesin Dipanaskan

Megapolitan
Senyum Bahagia Anak Cilincing, Bermain Sambil Belajar Lewat Program 'Runcing'

Senyum Bahagia Anak Cilincing, Bermain Sambil Belajar Lewat Program "Runcing"

Megapolitan
Joki Tong Setan Pembakar 'Tuyul' Rumah Hantu di Pasar Rebo Terancam 5 Tahun Penjara

Joki Tong Setan Pembakar "Tuyul" Rumah Hantu di Pasar Rebo Terancam 5 Tahun Penjara

Megapolitan
Transaksi Judi Online Kecamatan Bogor Selatan Tertinggi, Perputaran Uang Rp 349 Miliar

Transaksi Judi Online Kecamatan Bogor Selatan Tertinggi, Perputaran Uang Rp 349 Miliar

Megapolitan
Ulah Jukir di Depan Masjid Istiqlal yang Berulang, Kini Palak “Tour Leader” Rp 300 Ribu dan Sopir Bus

Ulah Jukir di Depan Masjid Istiqlal yang Berulang, Kini Palak “Tour Leader” Rp 300 Ribu dan Sopir Bus

Megapolitan
Heru Budi Sebut Penjarah Aset Rusunawa Marunda Sudah Dihukum, Warga: Belum Ada Penangkapan

Heru Budi Sebut Penjarah Aset Rusunawa Marunda Sudah Dihukum, Warga: Belum Ada Penangkapan

Megapolitan
Dibakar Joki Tong Setan, Pemeran Tuyul Rumah Hantu Alami Luka Bakar 40 Persen

Dibakar Joki Tong Setan, Pemeran Tuyul Rumah Hantu Alami Luka Bakar 40 Persen

Megapolitan
Panitia PPDB Jakut Ingatkan Tak Ada Jalur Zonasi untuk Jenjang SMK

Panitia PPDB Jakut Ingatkan Tak Ada Jalur Zonasi untuk Jenjang SMK

Megapolitan
Pengelola Rusunawa Marunda Ternyata Belum Laporkan Kasus Penjarahan, Masih Lengkapi Berkas

Pengelola Rusunawa Marunda Ternyata Belum Laporkan Kasus Penjarahan, Masih Lengkapi Berkas

Megapolitan
Akhirnya PKS Usung Anies dan Kader Sendiri pada Pilkada Jakarta 2024

Akhirnya PKS Usung Anies dan Kader Sendiri pada Pilkada Jakarta 2024

Megapolitan
Pengalaman Buruk Rombongan Bandung Dikejar, Dipalak, dan Diancam Preman Jakarta Gara-gara Parkir

Pengalaman Buruk Rombongan Bandung Dikejar, Dipalak, dan Diancam Preman Jakarta Gara-gara Parkir

Megapolitan
Dapat Restu Maju Pilkada Bogor, Atang Trisnanto Kuatkan Tim Pemenangan

Dapat Restu Maju Pilkada Bogor, Atang Trisnanto Kuatkan Tim Pemenangan

Megapolitan
Berbagai Kendala Kartu Keluarga Saat PPDB Jalur Zonasi, Anak Baru Pindah KK Tak Terbaca Sistem

Berbagai Kendala Kartu Keluarga Saat PPDB Jalur Zonasi, Anak Baru Pindah KK Tak Terbaca Sistem

Megapolitan
Teganya 'Wedding Organizer' Tipu Calon Pengantin di Bogor, Tak Ada Dekorasi di Hari Resepsi

Teganya "Wedding Organizer" Tipu Calon Pengantin di Bogor, Tak Ada Dekorasi di Hari Resepsi

Megapolitan
Jadwal dan Lokasi Samsat Keliling di Jakarta 26 Juni 2024

Jadwal dan Lokasi Samsat Keliling di Jakarta 26 Juni 2024

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com