Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kata Pejalan Kaki soal JPO Dukuh Atas yang Atapnya Bolong-bolong

Kompas.com - 12/12/2018, 17:04 WIB
Rindi Nuris Velarosdela,
Kontributor Amerika Serikat, Andri Donnal Putera

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kondisi jembatan penyeberangan orang (JPO) Dukuh Atas yang melintang di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Pusat, tampak rusak dan membahayakan pejalan kaki.

Pantauan Kompas.com pada Rabu (12/12/2018), bagian atap JPO yang terbuat dari fiber sudah lepas. Akibatnya, para pejalan kaki mengaku merasa tidak nyaman saat melintas di JPO itu.

Sinar matahari maupun hujan bisa langsung mengenai para pejalan kaki.

Beberapa lembar fiber juga tampak menggantung dan rawan jatuh saat angin berembus. Di beberapa jalur, terpantau lubang-lubang menganga yang bisa membahayakan para pejalan kaki.

Baca juga: JPO Tosari Akan Dibongkar, Diganti Pelican Crossing

Saat melintas di sana pada Rabu sore, hujan dengan intensitas ringan sedang mengguyur kawasan Sudirman. Para pejalan kaki tampak berlarian saat melintasi JPO untuk menghindari hujan.

"Harus buru-buru biar enggak kehujanan. Ya, ini seharusnya memang cepat diperbaiki. Kalau kepanasan sih masih bisa toleransi ya, tapi kalau sudah hujan dan angin kencang bikin bahaya kami (pejalan kaki)," ujar Dara, salah satu pejalan kaki yang melintas di JPO Dukuh Atas.

Dara menuturkan, kondisi JPO sudah tak terawat selama satu bulan terakhir. Ia pun tak melihat adanya upaya perbaikan di JPO itu.

"Saya sih sadarnya baru sebulanan ya. Tapi, enggak tahu kalau sudah lebih dari itu. Intinya, harus segera diperbaiki saja, berbahaya banget," katanya.

Bambang, pejalan kaki lainnya juga mengungkapkan pendapat yang sama. Menurutnya, lokasi JPO yang berada di ruas jalan protokol harusnya menjadi perhatian Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta.

Ia mengungkapkan, kondisi JPO yang rusak berbanding terbalik dengan jalur pedestrian yang telah tertata rapi dan bersih.

"Jalur pedestriannya bagus, masa jembatan penyeberangannya seperti ini. Kalau hujan begini kan bikin enggak nyaman. Itu atapnya juga kayak mau lepas. Apalagi akhir-akhir ini kan sering angin kencang, bikin bahaya pejalan kaki dan kendaraan di bawah," ungkap Bambang.

Baca juga: Pejalan Kaki Keluhkan JPO di Jalan Protokol DKI, Rusak dan Berlubang

Sama seperti Dara, Bambang pun meminta Pemprov DKI segera memperbaiki JPO itu.

"Segera (diperbaiki), deh. Kan pejabat juga sering lewat jalan ini, harusnya lebih perhatian dengan kondisi sekitar," ujar Bambang.

Pejalan kakinya bernama Garry juga mengaku khawatir melintasi JPO Dukuh Atas saat angin kencang terjadi.

"Ini kalau lagi angin, kayak mau lepas gitu atapnya. Belum lagi kalau ada petir, kan bikin khawatir lewat sini. Tapi, mau lewat mana lagi kalau enggak lewat sini," ujar Garry.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Megapolitan
Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Megapolitan
Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Megapolitan
Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Megapolitan
Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Megapolitan
Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Megapolitan
Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Megapolitan
Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Megapolitan
Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Megapolitan
Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Megapolitan
Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Megapolitan
Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Megapolitan
Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Megapolitan
Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Megapolitan
Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, 'Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan'

Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, "Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan"

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com