ARAH penyelidikan perusakan Markas Polsek Ciracas, Jakarta Timur, semakin terang. Ada dua kelompok massa dalam dua waktu berbeda. Siapa mereka?
Kapolda Metro Jaya Irjen Idham Aziz di lokasi kejadian pascaperusakan kantor Polsek Ciracas mengungkapkan, massa perusak yang datang di malam hari itu mencari pemukul rekannya.
Peristiwa pemukulan yang dimaksud terjadi sehari sebelumnya. Seorang perwira TNI AL Kapten Komaruddin dikeroyok sejumlah juru parkir di areal ruko Arundina di Jl Raya Lapangan Tembak, Cibubur, Jakarta Timur.
"Kita tidak tahu massa dari mana. Itu massa yang kurang puas atas penanganan kasus yang terjadi sehari sebelumnya. Kemudian, dampak dari ketidakpuasan itu, sebagian massa itu, yang kurang-lebih 200 (orang), merangsek masuk untuk mengecek apakah benar tahanan yang memukul rekan mereka sudah ditahan,” kata Idham Rabu dini hari di lokasi kejadian Polsek Ciracas.
Baca juga: Amukan Massa di Polsek Ciracas Diduga Terkait Pengeroyokan Anggota TNI oleh Juru Parkir
Sebelum perusakan, massa sudah ditemui Kapolsek Ciracas Kompol Agus Widar hingga Kapolres Jakarta Timur Kombes Tony Surya Putra.
Saat itu, kepada massa, Kapolsek hingga Kapolres telah memberikan penjelasan. Meski demikian, menurut Kapolda, massa yang tidak puas lalu melakukan tindakan anarkistis.
Tercatat 8 kendaraan, di antaranya 7 mobil patroli, dan 1 motor dirusak. Selain itu, saya melihat sendiri ada sebagian bangunan Polsek Ciracas yang dibakar, masih ada sisa-sisa pembakaran yang masih diperbaiki di sana dua hari pascakejadian.
Tak kurang sejumlah anggota Polsek menjadi korban, termasuk Kapolsek Ciracas Kompol Agus Widar. Sempat dirawat dua hari di RS Polri Kramat Jati, Kapolsek kini telah bertugas kembali.
Saat ditanya ada-tidaknya kaitan peristiwa ini dengan kejadian cekcok anggota TNI dengan juru parkir di Ciracas, Kapolda menyatakan masih mendalaminya.
"Kemungkinan analisisnya ke sana, tapi beri saya waktu untuk teman-teman Krimum (Direktorat Kriminal Umum) dan Kapolres bekerja. Kalau ada perkembangan yang sudah didapat, saya sampaikan," tambah Kapolda.
Saya melakukan penelusuran terkait hal ini. Bukan hanya soal perusakan polres, tetapi juga saya bergegas ke tempat kejadian perkara (TKP) tempat juru parkir berada.
Saya mulai mengamati di lokasi TKP. Saya datang ke situ tiga hari pasca-kejadian. Tak ada satu pun juru parkir yang bisa saya temui.
Saya mencari ke sana ke sini, tak ada pula satu pun saksi yang bisa saya wawancarai. Mereka ketakutan. Tak ada yang mau bercerita.
Yang menarik saat saya tanyakan, "Takut akan hal apa?"
Sejumlah pedagang menjawab sama, "Takut juru parkir yang berada di sini!"
"Lho, memang juru parkir ini preman yang menakutkan?”
“Betul mereka sering berulah, minum-minuman keras di sini, dan bayar kurang dari seharusnya."
Mungkin inilah alasannya kenapa pada saat pengeroyokan tak ada satu pun warga yang melerai. Padahal, lokasi pengeroyokan terjadi di pertigaan yang ramai.
Ternyata mereka khawatir karena para juru parkir tinggal sangat dekat dengan kompleks ruko ini.
Saya bergegas menuju Polsek Ciracas, Jakarta Timur. Sama saja, tak ada saksi mata yang mau bercerita.
Sampai akhirnya saya bertemu seorang ibu yang berdagang dekat Kantor Polsek. Ia bersedia bercerita tentang peristiwa yang dilihatnya.
Dalam tayangan eksklusif AIMAN di KompasTV, Senin (17/12/2018) pukul 20.00 WIB malam ini, terpaksa saya menyamarkan identitasnya.
Keterangan yang saya peroleh dari Ibu ini dan beberapa saksi mata, ada dua kelompok massa yang mendatangi Polsek Ciracas.
Pertama datang sekitar pukul 20.00 malam, lalu kedua datang menjelang tengah malam. Massa kelompok kedua lebih banyak dari kelompok pertama. Kelompok kedua yang merusak Kantor Polsek Ciracas.
Sementara kelompok pertama yang sempat datang berseru, "Mari kita ke TKP!". Mereka kemudian pergi hingga datanglah kelompok kedua.
Apakah kelompok pertama dan kedua adalah kelompok yang sama atau berbeda? Polisi masih menyelidiki.
Saat saya tanyakan kepada Kepala Penerangan Komando Daerah Militer Jayakarta Kapendam Jaya Kolonel (Inf) Kristomei Sianturi, apakah ada indikasi penyerang adalah anggota TNI?
“Sejauh ini keterlibatan anggota TNI nihil,” jawab Kristomei.
Menurut dia, pimpinan di seluruh kesatuan di TNI telah meminta para komandan untuk mengecek di mana posisi prajuritnya saat kejadian perusakan berlangsung. Hasilnya, semua prajurit berada di bawah kendali atasannya kala itu.
Meski demikian, Kristomei menjelaskan, saat ini seluruh matra TNI tengah membentuk tim penyelidik untuk memastikan kebenaran dari pengecekan komandan kepada prajuritnya. Jika ditemukan kebohongan atau pelanggaran, sanksi menanti.
Kristomei meminta agar masyarakat jangan cepat menuduh TNI yang berada di balik perusakan Kantor Polsek Ciracas.
Ia menegaskan, seluruh penyelidikan dan investigasi yang dilakukan TNI berlangsung jujur dan dan transparan.
Bagaimana perkembangan selanjutnya, kita tunggu!
Tapi kita selayaknya menyadari, menuntut keadilan adalah sebuah kewajiban karena keadilan adalah hak dasar dari manusia yang diberikan Tuhan. Tapi penuntut keadilan tak boleh bergerak serampangan karena keadilan diberikan Tuhan di dunia untuk kemanusiaan.
Saya Aiman Witjaksono...
Salam!
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.