Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengalaman dengan Ojek Pangkalan dari Pengemudi Go-Jek Pertama "Driver 001"

Kompas.com - 09/01/2019, 12:57 WIB
David Oliver Purba,
Kontributor Amerika Serikat, Andri Donnal Putera

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pengemudi ojek online Go-Jek berjuluk "driver 001", Mulyono mengatakan, sempat merasakan galaknya ojek pangkalan saat pertama kali menjadi pengemudi Go-Jek pada 2010.

Mulyono mengatakan dia kerap mendapat perlakuan kasar, dari ditampar, dipukul, hingga diancam menggunakan golok.

Para pengojek pangkalan tidak senang dengan keberadaan Mulyono yang dianggap mengambil penumpang mereka.

Baca juga: Berkenalan dengan Mulyono Driver 001, Pengemudi Pertama Go-Jek...

"Waktu itu di Graha Raya, saya ambil orderan di sana, saya dicegat dengan opang sepuluhan orang. Saya enggak boleh ambil orderan, customer minta diturunin dan mereka bawa golok. Saya bilang saya jangan diapa-apakan, saya nyari rezeki. Kan merasa mereka warga setempat, saya dilepas dengan kepretan dan tabokan," ujar Mulyono saat ditemui Kompas.com di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Selasa (8/1/2019).

Bahkan, saat itu Mulyono masih ragu untuk menggunakan atribut Go-Jek saat bekerja. Intimidasi dari pengojek pangkalan kerap dia alami.

Namun, saat ini, kondisi tersebut sudah jarang ditemui.

Baik ojek pangkalan maupun ojek online telah sama-sama memberikan batas wilayah mana yang bisa diambil ojek pangkalan dan ojek online.

Malah, kata Mulyono, ada sedikit pergesaran di mana sebagian kecil pengemudi ojek online tidak menghargai para ojek pangkalan.

Salah satunya dengan mengambil penumpang di kawasan yang sangat dekat dengan ojek pangkalan.

"Untuk sekarang mulai banyak perubahan, tapi kadang teman-teman kurang menghargai, ojek online kurang hargai opang. Misalnya di stasiun, kalau stasiun kan ada titik penjemputan, maunya online hormati pangkalan jangan jemput customer di depan opang, mereka butuh juga makan," ujar Mulyono.

Baca juga: Kisah Driver 001 Go-Jek Saat Masih Andalkan Call Center untuk Dapat Penumpang

Mulyono juga ingin menghilangkan anggapan bahwa pengemudi ojek online merupakan "preman jalanan".

Hal itu berkaca pada sejumlah kasus pengeroyokan yang dilakukan oknum pengemudi ojek online.

Salah satunya perusakan mobil di underpass Senen, Jakarta Pusat pada 2018. Di mana saat kejadian itu, tak hanya mobil yang dirusak, tapi pengemudi mobil juga dikeroyok.

Mulyono mengatakan, melalui komunitas, pihaknya terus mengedukasi agar para pengemudi tetap berlaku sopan di jalanan.

Baca juga: Kagum dengan Pendiri Go-Jek, Driver 001 Berikan Nama Anaknya Nadiem

"Jalanan bukan punya online, teman-teman jangan mengedepankan premanisme, kekerasan. Jangan mentang-mentang banyak temannya," ujar Mulyono.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Megapolitan
Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Megapolitan
Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Megapolitan
Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Megapolitan
Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Megapolitan
Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Megapolitan
Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Megapolitan
Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Megapolitan
Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Megapolitan
Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Megapolitan
Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Megapolitan
Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Megapolitan
Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Megapolitan
Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Megapolitan
Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, 'Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan'

Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, "Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan"

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com