Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Antrean Penumpang MRT Mengular di Loket, Mengapa?

Kompas.com - 03/04/2019, 15:27 WIB
Vitorio Mantalean,
Icha Rastika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Operasionalisasi moda raya terpadu (MRT) secara komersial telah berlangsung sejak Senin (1/4/2019).

Namun, pantauan Kompas.com hingga Rabu (3/4/2019) pagi, antrean penumpang mengular di stasiun-stasiun yang jadi simpul keramaian.

Stasiun Bundaran HI, Senayan, dan Lebak Bulus merupakan tiga di antaranya. Pada jam-jam sibuk, penumpang bisa mengantre di loket sekitar 10 menit.

Corporate Secretary Division Head PT MRT Jakarta Muhamad Kamaluddin menyebut, antrean ini terjadi karena sejumlah hal.

Baca juga: Cara MRT Memaksa Penumpang Tak Buang Sampah

Pertama, sosialisasi yang belum menyeluruh kepada warga soal kartu yang dapat digunakan.

"Mereka masih perlu edukasi, misalnya tentang kartu apa yang bisa dipakai, kartu singletrip itu seperti apa," ujar dia saat ditemui Kompas.com di Stasiun Bundaran HI Selasa (2/4/2019) malam.

Pantauan Kompas.com, antrean panjang di loket juga diakibatkan oleh keberadaan vending machcine yang belum berfungsi optimal.

Padahal, di beberapa stasiun yang padat penumpang, jumlah vending machine bisa mencapai lebih dari 5 buah, tetapi hanya 1-2 yang berfungsi dengan baik.

Kamaluddin menyebut bahwa keadaan ini karena pihaknya masih berupaya mengukur arus penumpang.

Vending machine itu, kata dia, akan disesuaikan dengan arus penumpang.

"Kadang suka cepat habis kembaliannya. Uang receh keburu habis, lalu duit-duit lusuh juga kan sering enggak terbaca. Ini juga bikin antrean makin macet," kata dia.

Guna menghindari antrean yang cukup menyita waktu, penumpang sebetulnya dapat memakaiuang elektronik.

Baca juga: Dirut MRT Apresiasi Tiga Perilaku Positif Penumpang

Meski begitu, kadang kala kartu-kartu ini tidak terbaca oleh mesin. Beruntung, sejumlah petugas di gerbang pembayaran bergerak cepat mengatasinya.

Kamaluddin belum dapat memastikan kapan kartu multitrip MRT akan diluncurkan.

Sampai sekarang, penumpang yang tidak memiliki uang elektronik mesti mengantre di loket demi membeli tiket sekali perjalanan.

"Kami usahakan secepat mungkin ya. Untuk ini kami masih menunggu keputusan BI (Bank Indonesia) karena kerja sama dengan BI. Kami masih rapat sama mereka, mingguan," kata Kamaluddin.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Megapolitan
Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Megapolitan
Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Megapolitan
Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Megapolitan
Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Megapolitan
Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Megapolitan
Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Megapolitan
Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Megapolitan
Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Megapolitan
Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Megapolitan
Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Megapolitan
Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Megapolitan
Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Megapolitan
Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Megapolitan
Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, 'Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan'

Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, "Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan"

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com