JAKARTA, KOMPAS.com - Lokasi di sekitar gedung Bawaslu RI Jakarta Pusat yang sempat jadi titik bentrokan antara polisi dengan massa semalam, pada Kamis (23/5/2019) menjadi spot berburu foto oleh sebagian kalangan.
Mereka membidik beragam objek, mulai dari aparat Brimob yang berjaga, kawat berduri yang rusak oleh massa, dan Sarinah yang berada di seberang Bawaslu. Kebetulan, kawasan ini masih lengang karena steril dari kendaraan bermotor dan masih dijaga aparat keamanan.
Salah satu dari mereka adalah Rifat (19), mahasiswa asal Bintaro, Jakarta Selatan. Rifat mengaku penasaran dengan lokasi yang semalam menjadi pusat perhatian imbas bentrokan polisi dengan massa pada Rabu (22/5/2019) malam usai demonstrasi.
Baca juga: Petugas Kebersihan Masih Terus Pungut Batu yang Dipakai Perusuh di Bawaslu Semalam
"Bingung aja beneran apa enggak. Penasaran pengin ngeliat langsung, dampaknya kayak gimana. Kalau bisa juga sekalian ngobrol sama orang sekitar, bener enggak sih yang kemaren di media itu," ujar Rifat kepada Kompas.com di Sarinah.
"Ini lho kejadian kemarin 22 Mei yang dibilang berduka segala macem puncaknya di sini," imbuhnya.
Begitu pun halnya dengan Dio, pemuda 17 tahun yang baru lulus SMA. Ia mengaku memang menekuni dunia fotografi. Di sekitar Bawaslu, ia hendak mendokumentasikan sisi humanis aparat yang kerap kali terabaikan dari pemberitaan.
Baca juga: Senyum Anggota Brimob di Bawaslu Saat Diberikan Bunga oleh Warga
"Saya pribadi ingin mendokumentasikan kalau polisi-polisi ini juga manusia. Apalagi di Instagram katanya polisi pakai peluru, massa digebukin lah. Mungkin awal-awal kita kesel juga, polisi kok kelihatan jahat benar, sebelum makin ke sini makin banyak berita yang positif gitu," kata Dio.
Ia mengaku ingin mendokumentasikan langsung aktivitas polisi ketika kericuhan pecah Rabu malam, namun masih waspada dengan keselamatan dirinya.
"Pengin datang semalam, tapi saya sih belum berani karena kan masih panas-panasnya tuh. Belum berani sampai malem," kata Dio.
Senada dengan Dio, Piero (18) menyebut ingin mengimbangi pemberitaan negatif soal polisi dan kericuhan yang terjadi.
Ia berencana menggunakan foto-fotonya untuk memberi tahu kepada lingkaran terdekatnya agar tidak terpancing emosi oleh selentingan kabar burung yang bernada negatif tentang polisi.
"Pokoknya mendokumentasikan saja gitu, sisi lain dari kericuhan. Sama juga tadi banyak media atau media sosial yang mungkin sudah enggak netral gitu. Ya kita membantu lah untuk lingkungan kita sendiri kalau misalnya enggak separah itu," ucap Piero.
Baca juga: Cerita Usma soal Rokok Habis Dijarah Perusuh 22 Mei hingga Rugi Rp 20 Juta
Dia pun berencana bakal memberanikan diri untuk memotret langsung manakala ada aksi massa lagi di Bawaslu.
"Ya, rencananya pengin," katanya.
Untuk diketahui, aksi unjuk rasa massa yang berlangsung tertib pada Rabu malam di depan Bawaslu tercoreng dengan aksi ricuh provokator sekira pukul 20.00 WIB yang melempari aparat keamanan dengan berbagai benda.
Polisi kemudian melakukan serangan balasan dengan suar, gas air mata, dan meriam air.
Sejumlah titik di pusat perbelanjaan Sarinah mengalami kerusakan, mulai dari plang nama yang patah hingga bagian dinding yang jebol. Kericuhan baru reda pada Kamis (22/5/2019) jelang pagi hari.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.