Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Konversi ke Bus Listrik Perlu Diikuti Konversi Pembangkit ke Energi Terbarukan

Kompas.com - 28/06/2019, 20:27 WIB
Vitorio Mantalean,
Egidius Patnistik

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Rencana PT Transjakarta meresmikan pengoperasian bus listrik di Jakarta disambut baik pemerhati lingkungan.

Pemerhati lingkungan perkotaan sekaligus Direktur Eksekutif Komisi Penghapusan Bensin Bertimbal (KPBB) Ahmad Safrudin atau Puput menyebutkan, bus listrik unggul jauh ketimbang bus berbahan bakar fosil dalam segala aspek.

"Transjakarta mau konversi ke energi listrik itu bagus dari segala aspek. Dari aspek pencemaran udara, pengendalian emisi rumah kaca, itu bagus. Dalam konteks efisiensi energi bagus, biaya operasional lebih murah, tidak bising juga," kata Puput di kantor KPBB di Jakarta Pusat, Jumat (28/6/2019).

Baca juga: Biaya Operasional Bus Listrik Lebih Mahal, tetapi...

Namun Puput menilai, konversi bus ke energi listrik belum menyelesaikan masalah pencemaran udara yang ramai dibicarakan belakangan ini.

Puput dan jajarannya juga mencatat, tingkat polusi udara Jakarta tahun 2019 kemungkinan besar meningkat dibandingkan 2018. Pasalnya, pembangkit listrik tenaga batubara (PLTB) masih berperan penting dalam suplai energi listrik Jakarta.

"Kita bicaranya harus gini, untuk membersihkan udara Jakarta, sekali lagi betul, ini hanya semacam memindahkan problem sumber pencemar dari emisi ke aktivitas industri (PLTB). Kan pesimistisnya kawan-kawan di luar begitu, mobil atau bus listrik tapi pembangkitnya batubara kan sama saja bohong," kata Puput.

"Syukur-syukur memang bahan bakar batubara tidak digunakan lagi. Yang berikutnya harus kita kejar ya pembangkitnya, kan bisa pakai PLTGU (pembangkit listrik tenaga gas dan uap) bukan batubara. Apalagi gas kan enggak perlu impor," kata dia.

Menurut Puput, pemakaian bus listrik  akan menekan tingkat polusi udara di Ibu kota. Akan tetapi,  tanpa diikuti konversi pembangkit listrik dari tenaga fosil ke energi terbarukan, kota-kota lain akan menelan sepahnya.

Baca juga: Apa yang Membedakan Bus Listrik dengan Transjakarta Berbahan Bakar Solar?

 

Karena itu, perlu roadmap yang jelas mengenai tenggat akhir pemakaian bahan bakar fosil sebagai pembangkit listrik.

"Jakarta memang jadi bersih. Tapi kan tempat lain jadi kotor. Misalnya, PLTB-nya di Indramayu, di Cirebon. Jakarta memang bersih, tapi Indramayu jadi kotor. Kita harus punya roadmap. Kita pakai batubara mau sampai kapan, misalnya 2021. Syukur kalau bisa beralih ke tenaga surya," ucap Puput.

Pendapat senada dilontarkan Alfred Sitorus, pemerhati lingkungan yang juga Ketua Koalisi Pejalan Kaki. Untuk sementara, kata Alfred, konversi moda transportasi dari berbahan bakar fosil ke listrik patut diapresiasi.

Direktur utama Transjakarta Agung Wicaksono mengatakan, pihaknya akan mengajukan anggaran Rp 100 miliar untuk operasi bus listrik pada tahun 2020.

"Anggaran untuk tahun 2020 kami ajukan kepada pemerintah sekitar Rp 100 miliar untuk operasi bus listrik ini," kata Agung Wicaksono di Jakarta hari Minggu lalu.

Agung mengatakan, anggaran Rp 100 miliar ini akan digunakan untuk pengadaan bus listrik. Namun, angka tersebut belum angka final. Nantinya, angka tersebut bisa meningkat ataupun berkurang tergantung dari uji coba.

Rencana pengoperasian bus listrik akan diprioritaskan untuk beberapa koridor sibuk, seperti koridor 1 dan koridor 6.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ketua RW Nonaktif di Kalideres Bantah Gelapkan Dana Kebersihan Warga, Klaim Dibela DPRD

Ketua RW Nonaktif di Kalideres Bantah Gelapkan Dana Kebersihan Warga, Klaim Dibela DPRD

Megapolitan
Menjelang Pendaftaran Cagub Independen, Tim Dharma Pongrekun Konsultasi ke KPU DKI

Menjelang Pendaftaran Cagub Independen, Tim Dharma Pongrekun Konsultasi ke KPU DKI

Megapolitan
DBD Masih Menjadi Ancaman di Jakarta, Jumlah Pasien di RSUD Tamansari Meningkat Setiap Bulan

DBD Masih Menjadi Ancaman di Jakarta, Jumlah Pasien di RSUD Tamansari Meningkat Setiap Bulan

Megapolitan
Tak Hanya Membunuh, Pria yang Buang Mayat Wanita di Dalam Koper Sempat Setubuhi Korban

Tak Hanya Membunuh, Pria yang Buang Mayat Wanita di Dalam Koper Sempat Setubuhi Korban

Megapolitan
Polisi Duga Ada Motif Persoalan Ekonomi dalam Kasus Pembunuhan Wanita di Dalam Koper

Polisi Duga Ada Motif Persoalan Ekonomi dalam Kasus Pembunuhan Wanita di Dalam Koper

Megapolitan
Pria di Pondok Aren yang Gigit Jari Rekannya hingga Putus Jadi Tersangka Penganiayaan

Pria di Pondok Aren yang Gigit Jari Rekannya hingga Putus Jadi Tersangka Penganiayaan

Megapolitan
Dituduh Gelapkan Uang Kebersihan, Ketua RW di Kalideres Dipecat

Dituduh Gelapkan Uang Kebersihan, Ketua RW di Kalideres Dipecat

Megapolitan
Pasien DBD di RSUD Tamansari Terus Meningkat sejak Awal 2024, April Capai 57 Orang

Pasien DBD di RSUD Tamansari Terus Meningkat sejak Awal 2024, April Capai 57 Orang

Megapolitan
Video Viral Keributan di Stasiun Manggarai, Diduga Suporter Sepak Bola

Video Viral Keributan di Stasiun Manggarai, Diduga Suporter Sepak Bola

Megapolitan
Terbakarnya Mobil di Tol Japek Imbas Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Terbakarnya Mobil di Tol Japek Imbas Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Megapolitan
Berebut Lahan Parkir, Pria di Pondok Aren Gigit Jari Rekannya hingga Putus

Berebut Lahan Parkir, Pria di Pondok Aren Gigit Jari Rekannya hingga Putus

Megapolitan
DLH DKI Angkut 83 Meter Kubik Sampah dari Pesisir Marunda Kepu

DLH DKI Angkut 83 Meter Kubik Sampah dari Pesisir Marunda Kepu

Megapolitan
Janggal, Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Janggal, Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Megapolitan
8 Pasien DBD Masih Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

8 Pasien DBD Masih Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

Megapolitan
Pengelola Imbau Warga Tak Mudah Tergiur Tawaran Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Pengelola Imbau Warga Tak Mudah Tergiur Tawaran Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com