"Saya melihat di anggaran itu sudah ada dari BOS dan BOSDA, dan harusnya tidak dibebankan lagi ke wali murid," ungkapnya.
Setelah mengetahui itu, Rumini terus melayangkan protes kepada sekolah dan meminta transparansi pengeluaran dana BOS.
"Saya kaget ternyata sekolah itu dapat dana BOS Rp 464 juta per tahun, kalau BOSDA itu Rp 870 juta per tahun," kata Rumini.
Namun, akibat sering melakukan protes, dia mengaku malah mendapat intimidasi dari pihak sekolah. Dia mengaku sering mendapat intimidasi dalam bentuk fisik.
"Mereka (para guru) kayak sudah bekerja sama, ada yang bagian dorong saya, nanti saya dikunciin di ruangan, nanti pas keluar ada yang ngejar saya, pokoknya enggak enak," kata dia.
Baca juga: Dituduh Punya Ilmu Hitam, Guru Honorer Dibunuh secara Sadis
Sementara itu, dihubungi terpisah, Taryono mengatakan bahwa Rumini dipecat bukan karena dia vokal dalam membicarakan dugaan pungli di SD tersebut.
"Tentu saja bukan, kita membutuhkan guru yang berpikir kritis dan inovatif," kata dia.
Taryono mengatakan bahwa pihaknya sudah melakukan proses panjang sejak 2018.
"Proses panjang dari tahun 2018, pengaduan oleh Ibu Rumini, investigasi dan klarifikasi, konsolidasi dan pembinaan, pemanggilan, teguran, lalu pemberhentian," ujar Taryono.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.