Ubay mengatakan tak butuh modal besar untuk jadi petani di BKT, hanya perlu meluangkan waktu dan tenaga untuk menggemburkan tanah agar bisa ditanami.
Biasanya ia menanam kangkung dan sawi, terlebih dua tanaman itu memiliki nilai jual yang lumayan.
Untuk membeli satu kilogram bibit kangkung ia cukup mengeluarkan uang Rp 35.000, sementara sawi Rp 20.000 per kilo.
"Satu kilo kangkung kalau panen bisa dapet Rp 300.000, lumayan buat tambahan," kata dia.
Begitu pula dengan Roni Kurniawan, pekerjaan sehari-harinya adalah sopir ojek online. Namun pada pagi hingga sore, Roni adalah petani di Kanal Banjir Timur.
Berbeda dengan Ubay, ia sengaja menanam cabai untuk kebutuhan dapur. Tujuan utamanya, meminimalkan pengeluaran kebutuhan sehari-hari.
Saat harga cabai tinggi terutama ketika bulan puasa, ia tak perlu risau layaknya mayoritas warga lainnya. Roni hanya tinggal memetik di kebun buatannya di bantaran kali.
"Kita mah tinggal metik aja. Yang lain ngeributin harga, kita aman dan damai aja dah," kata dia.
Ia menjelaskan, dengan ditanaminya berbagai macam tanaman dan tumbuhan, bantaran kali yang awalnya kumuh, secara perlahan menyumbang nilai estetika keindahan sungai.
Perubahan itu juga berpengaruh pada pola hidup masyarakat yang awalnya tidak peduli, kini merasa saling memiliki.
Mereka sadar apabila membuang sampah maupun limbah secara sembarangan akan berdampak pada lingkungan sekitarnya.
Maka dari itu, kata dia, pemanfaatan lahan produktif di bantaran telah memberikan napas baru bagi kehidupan warga di sepanjang Kanal Banjir Timur.
"Sekarang banyak warga yang punya sampingan pendapatan. Bahkan ada yang keluar kerja untuk fokus jadi petani di sini," kata dia.
Tidak ada sistem kepemilikan sah untuk bisa bercocok tanam di Kanal Banjir Timur. Semua orang bisa memanfaatkannya.
Terlebih keuntungan dari Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) ini selain menambah penghasilan dari penjualan cabai dan sayuran, juga menjadi momentum bersama-sama antara pemerintah dan masyarakat menjaga dan merawat sungai.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.