Menurut dia, tanaman sayur seperti kangkung dan sawi menjadi primadona pertanian masyarakat di Kanal Banjir Timur.
Pasalnya, masa panen komoditas itu bisa dua kali dalam sebulan.
"Satu panen bisa ngehasilin Rp 450.000 untuk kangkung, bayangin aja lumayan kalau sebulan dua kali panen. Cuman capek di awal, setelah itu cuman siram pagi-sore aja pas pulang kerja masyarakat tuh," kata dia.
Pekerjaan sampingan
Melihat potensi besar dari pemanfaatan lahan di bantaran kanal, warga mulai melirik pertanian sebagai pekerjaan sampingan.
Sejak 2016, warga mulai membuka lahan, merapikan pinggiran sungai agar kontur tanah rata dan bisa ditanami tanaman.
Namun baru serius menekuni bidang pertanian pada 2018 saat Mentan Amran Sulaiman blusukan dan memberikan bantuan berupa bibit sayuran, alat dan mesin pertanian seperti pompa air, alat semprot dan cultivator.
Saat itu, Amran menyebutkan terdapat potensi lahan pertanian sepanjang 25 kilometer atau seluas 50 hektare yang dapat dikelola menjadi Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL).
"Bisa dibayangkan ini panjangnya 25 kilometer, kalau ditanami cabai semua bisa mensuplai 30 sampai 50 persen untuk DKI Jakarta," kata Amran beberapa waktu lalu.
Menurut dia, jika lahan bantaran sungai Kanal Banjir Timur dikelola dengan serius, pasokan sayur-sayuran di Jakarta dapat ditingkatkan.
Keuntungan dari KRPL ini selain masyarakat dapat menambah penghasilan dari penjualan cabai dan sayuran.
Di sisi lain, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tidak perlu lagi mengerahkan tenaga kerja untuk membersihkan alang-alang rumput pinggir sungai.
"Kalau dihitung, pinggir sungai ini 50 hektare, jika produksi 10 ton per hektare, bisa menghasilkan cabai hingga 500 ton. Ini akan menjadi percontohan, nanti akan masuk di daerah lain," katanya.
Ubay (29) salah satu warga Duren Sawit telah merasakan manfaat dari hasil bertani di Kanal Banjir Timur.
Sehari-harinya, ia merupakan salah satu pekerja las di pinggir BKT. Untuk menambah penghasilan, ia menanam cabai dan kangkung di bantaran kali.