Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mario P Hasudungan Gultom, Pria di Balik Kafe Sunyi yang Pekerjakan Disabilitas

Kompas.com - 27/07/2019, 10:18 WIB
Walda Marison,
Sabrina Asril

Tim Redaksi

Menjadi keluarga 

Mario sangat paham jika para penyandang disabilitas perlu ruang untuk diterima dan dianggap seperti orang biasa di lingkungan masyarakat.

Dia tidak mau ada pembeda atau gap antara mereka yang normal dan penyandang disabilitas. Apalagi, antara atasan dan bawahan.

Maka dari itu, dia berusaha membudayakan beberapa kebiasaan untuk membangun keakraban antara pemilik dan pegawai. Salah satunya dengan “Pizza Day”.

“Setiap Kamis ada Pizza Day. Jadi para pemilik sama karyawan suka kabur ke belakang makan pizza bareng, enggak harus pizza sih, kadang-kadang juga martabak,” kata dia.

Tidak hanya keakraban di antara pemilik, Mario juga berusaha membangun keakraban antara pelanggan dan karyawan. Salah satunya dengan memberikan donat gratis jika ada karyawan yang ulang tahun.

“Contohnya waktu barista kami Andika ulang tahun, tiba–tiba kami kasih donat ke pelanggan. Mereka bilang ‘Saya enggak pesan donat’, tapi kami jelasin kalau ini promo karena salah satu barista kami ulang tahun. Ketika pulang banyak pelanggan yang kasih selamat ke Andika,” katanya.

Cita–cita terakhir

Dia sadar betul masih banyak kaum disabilitas yang membutuhkan lapangan pekerjaan. Hal itu dia sadari ketika posisi karyawan Kafe Sunyi dibanjiri ratusan pelamar.

Berdasarkan semangat itu, dia berniat membuka cabang lagi di beberapa daerah, tentu dengan konsep yang sama, mempekerjakan karyawan penyandang disabilitas.

“Karena Kafe Sunyi ini masih kecil. Sunyi harus buka lebih banyak lagi, perbesar konsep,” ucap dia.

Ada cita–cita akhir yang ingin digapai Mario beserta para pendiri Kafe Sunyi lain, yakni membangun sebuah museum.

Museum ini nanti berisi karya-karya tangan para penyandang disabilitas.

Semangat membangun museum pun sama dengan ketika dia mendirikan Kafe Sunyi. Dia ingin menunjukkan kepada masyarakat luas jika tidak ada alasan untuk mendiskriminasi atau memandang sebelah mata kaum disabilitas.

Mereka berhak diperlakukan sama, mendapat hak yang sama, dan dihargai layaknya orang biasa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Minta Diskusi Baik-baik, Ketua RW di Kalideres Harap SK Pemecatannya Dibatalkan

Minta Diskusi Baik-baik, Ketua RW di Kalideres Harap SK Pemecatannya Dibatalkan

Megapolitan
Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Megapolitan
Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Megapolitan
Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Megapolitan
Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Megapolitan
Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Megapolitan
Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Megapolitan
Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Megapolitan
Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Megapolitan
Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Megapolitan
Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Megapolitan
Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Megapolitan
Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Megapolitan
Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Megapolitan
Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com