Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 08/08/2019, 09:35 WIB
Anastasia Aulia,
Sandro Gatra

Tim Redaksi

DEPOK, KOMPAS.com - Siapa sangka, Yakin, seekor burung lovebird yang kerap juara kontes burung hingga tingkat nasional, dahulunya adalah burung pemberian secara cuma-cuma alias gratis.

Yakin, burung milik Rohili (29), kini ditawar hingga Rp 500 juta.

Rohili alias Likun bercerita, awalnya dirinya putus semangat setelah burung lovebird kesayangannya yang bernama Getuk hilang dicuri orang.

Saat itu, Likun dirawat dua pekan di rumah sakit. Setelah itu, ia sempat tidak berminat lagi untuk menjalani hobinya memelihara burung.

Tetangga Linkun, yang juga penyuka burung, kemudian menawarkan burung lovebird. Alasannya, sang tetangga yang cukup dekat dengannya itu tidak menyukai burung jenis lovebird.

Saat itu, dua tahun lalu, Yakin masih berumur tiga bulan.

"Waktu itu temen saya dari Yogyakarta pecinta burung juga, nawarin mau ngga nih burung lovebird," ujar Likun ketika ditemui Kompas.com di rumahnya di Jalan Nangka, Kecamatan Tapos, Kota Depok pada Rabu (7/8/2019).

"Saya sempat ngga mau lagi, eh tiba-tiba si Yakin 'konslet'. Jadi saya minat lagi," tambah Linkun.

Sejak saat itu, ia merawat Yakin. Ada beberapa perlakuan yang dia lakukan terhadap Yakin.

"Kita pasangin yang konslet sama yang diem. Biar yang diem kepancing, masteran istilahnya" kata Likun.

"Setiap pagi dikeluarin. Dijemur. Siang masuk ke rumah, istirahat. Malamnya kita keluarin lagi untuk dimandikan," tambah Likun.

Pakan yang digunakan untuk Yakin dan burung peliharaan lainnya sama saja, yakni milet dengan harga sekitar Rp 12.000 hingga Rp 20.000.

"Lagi mahal sekarang milet. Susah banget nyarinya. Ibu saya juga udah nyari ngga dapet juga. Harganya jadi mahal Rp 20.000 sekilo," kata Likun.

Juara kontes

Yakin telah mendapatkan banyak piala dari berbagai macam lomba dari kelas latber, latpres, regional dan yang paling tinggi nasional.

Salah satu yang paling bergengsi adalah Piala Presiden tahun 2017 yang digelar di Senayan, Jakarta Pusat.

Dalam sehari, ia mengaku mendapat Rp 300.000 hingga Rp 500.000 dari lomba-lomba yang diikutinya di berbagai daerah.

Likun merasa, keberhasilan Yakin selama ini atas seizin Tuhan.

"Kicauannya panjang banget. Ngga berhenti, bunyinya udah kaya kereta jaman dulu, jadi selalu menang kalau lomba" kata Likun.

Setelah menang berbagai lomba, berbagai tawaran uang datang untuk membeli Yakin.

Namun, Likun masih sayang dan merasa harga yang ditawarkan belum pas.

"Sering banget (yang nawarin). Rp 300 (juta), Rp 500 juta pernah tuh orang Madura. Dari Kalimantan juga pernah langsung ke sini," ungkap Likun.

Selain merawat Yakin, Linkun juga merawat burung-burung yang dititipkan kepadanya. Ia mendapat Rp 500.000 untuk merawat satu burung setiap minggu.

Ia mengaku, ada suka duka selama memelihara lovebird. Duka yang paling dalam adalah di saat burung lovebird mau berkicau di rumah, tetapi malah tidak bersuara ketika dibawa ke lokasi lomba.

"Kalau sukanya ya itu, menang-menang lomba," kata Likun.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda
28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Agar Anak Tak Terjebak Prostitusi 'Online', KPAI: Orangtua Harus Ukur Sendiri Kedekatan Batin dengan Sang Buah Hati

Agar Anak Tak Terjebak Prostitusi "Online", KPAI: Orangtua Harus Ukur Sendiri Kedekatan Batin dengan Sang Buah Hati

Megapolitan
Polisi Belum Berhasil Temukan Alamat 2 Wanita Pemeran Film Dewasa, Ini Alasannya

Polisi Belum Berhasil Temukan Alamat 2 Wanita Pemeran Film Dewasa, Ini Alasannya

Megapolitan
Puslabfor Diminta Bantu Identifikasi Penyebab Rumah di Rawamangun Terbakar

Puslabfor Diminta Bantu Identifikasi Penyebab Rumah di Rawamangun Terbakar

Megapolitan
Jelang Tuntutan Kasus Pembunuhan Berencana, Wowon Dkk Tak Pernah Dapat Dukungan Keluarga

Jelang Tuntutan Kasus Pembunuhan Berencana, Wowon Dkk Tak Pernah Dapat Dukungan Keluarga

Megapolitan
Malangnya Pasutri di Gambir: Ditusuk Adik Ipar Saat Tagih Utang Rp 300 Ribu dan Tak Bisa Bayar Biaya RS Rp 30 Juta

Malangnya Pasutri di Gambir: Ditusuk Adik Ipar Saat Tagih Utang Rp 300 Ribu dan Tak Bisa Bayar Biaya RS Rp 30 Juta

Megapolitan
Satu Pemeran Film Dewasa Diperiksa Hari Ini, Polisi Cecar 40 Pertanyaan

Satu Pemeran Film Dewasa Diperiksa Hari Ini, Polisi Cecar 40 Pertanyaan

Megapolitan
Heru Budi Klaim Warga Kampung Bayam Mau Direlokasi, Tapi Warga Minta Sejumlah Syarat

Heru Budi Klaim Warga Kampung Bayam Mau Direlokasi, Tapi Warga Minta Sejumlah Syarat

Megapolitan
Polisi Selidiki Dugaan Rumah Nenek di Rawamangun Sengaja Dibakar

Polisi Selidiki Dugaan Rumah Nenek di Rawamangun Sengaja Dibakar

Megapolitan
Anak-anak Rentan Jadi Korban Prostitusi 'Online', KPAI: Mereka Kehilangan Figur Berlapis

Anak-anak Rentan Jadi Korban Prostitusi "Online", KPAI: Mereka Kehilangan Figur Berlapis

Megapolitan
Pengamat Politik Anggap Manuver PSI kepada Kaesang Layaknya Permainan Sepak Bola

Pengamat Politik Anggap Manuver PSI kepada Kaesang Layaknya Permainan Sepak Bola

Megapolitan
5 Kali Tuntutan Wowon dkk Ditunda, Kuasa Hukum: Kami Kecewa karena Berlarut-larut

5 Kali Tuntutan Wowon dkk Ditunda, Kuasa Hukum: Kami Kecewa karena Berlarut-larut

Megapolitan
Kondisi Terkini Pasar Kutabumi Usai Diserang dan Dirusak Kelompok OTK

Kondisi Terkini Pasar Kutabumi Usai Diserang dan Dirusak Kelompok OTK

Megapolitan
Dinas LH Sebut Belum Semua Gedung Swasta di DKI Pasang 'Water Mist'

Dinas LH Sebut Belum Semua Gedung Swasta di DKI Pasang "Water Mist"

Megapolitan
Rute Transjabodetabek D11 Depok-Stasiun LRT Harjamukti

Rute Transjabodetabek D11 Depok-Stasiun LRT Harjamukti

Megapolitan
Manuver PSI bersama Kaesang, Pengamat Politik: Masyarakat Perlu Hati-hati

Manuver PSI bersama Kaesang, Pengamat Politik: Masyarakat Perlu Hati-hati

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com