Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Buruh Cuci yang Rumah dan Harta Bendanya Habis Dilalap Api

Kompas.com - 29/08/2019, 17:03 WIB
Anastasia Aulia,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pulang kerja, seorang buruh cuci dan setrika bernama Maryati (35), mendapati rumahnya dilahap si jago merah.

Kebakaran diketahui terjadi akibat korsleting listrik di salah satu rumah warga. Padatnya pemukiman dan bentuk rumah yang kebanyakan semi permanen, ditambah angin dan panas kemarau membuat api cepat merambat.

"Saya sempat shalat dulu dekat rumah. Itu balik nyuci nyetrika di rumah orang, tahu-tahu diteriakin rumah kebakaran," kata Maryati kepada Kompas.com di lokasi pengungsian korban kebakaran, Kamis (29/8/2019).

Ia mengaku, seluruh harta bendanya habis terbakar. Surat-surat berharga, TV, emas dan pakaian, tidak sempat diselamatkan serta berakhir menjadi abu.

Kebakaran terjadi pada Rabu (28/8/2019) pukul 14.00 WIB, kondisi rumah Maryati yang terletak di Kampung Bulak, Kelurahan Semenan, Kecamatan Kalideres, Jakarta Barat sedang kosong.

Baca juga: 340 Orang Mengungsi akibat Kebakaran di Kalideres

Suaminya bekerja, sementara keempat anaknya sedang berada di luar rumah. Dalam keadaan panik Maryati langsung menghubungi anak-anaknya.

"Saya telepon anak-anak, pinjam telepon orang," kata Maryati.

Sebagai buruh cuci dan setrika, Maryati menerima upah Rp 700.000 setiap bulan. Uanng ini diakuinya hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari. Kini ia bingung harus memulai dari mana lagi.

"Rumah itu ngontrak. Tapi tetap saja barang saya di sana semua. Puluhan tahun saya tinggal di sana," ujar Maryati.

Ia sempat mengeluh terhadap kondisi yang menimpanya saat ini. Namun, kemudian ia mengatakan bahwa mungkin memang ini nasib yang harus diterimanya.

"Anak saya satu-satunya perempuan baru seminggu kerja, tapi sekarang enggak bisa (lanjut bekerja) karena bajunya habis sama sekali. Dia bilang enggak ada duit buat beli lagi," kata Maryati sambil berlinang air mata.

Umurnya memang baru 35 tahun, namun dirinya terlihat lebih tua dari orang seusianya. Terdapat kerutan di wajahnya, juga gigi depannya sudah tidak rapi lagi.

"Dulu saya nikah muda. Sekarang anak udah empat, yang paling tua (usianya) 21 tahun," ungkap Maryati.

Baca juga: Kebakaran di Lereng Gunung Agung Terus Meluas

Maryati lahir dan besar di Rangkas Bitung. Lalu merantau bersama suaminya yang hanya seorang pekerja serabutan ke Kalideres. Di sana mereka membangun keluarga bersama-sama.

Di rumah kontrakan yang tidak ia ketahui luasnya, Maryati tinggal bersama empat anggota keluarganya. Anaknya yang paling tua sudah bekerja sebagai ojek online dan tinggal sendiri, di sebuah kontrakan yang tidak jauh dari rumahnya.

"Kondisinya sama, sama-sama (tinggal di) lapak juga. Dia nge-Grab. Anak yang perempuan juga tinggal disana sekarang, enggak ada jilbab jadi enggak bisa keluar," kata Maryati.

Kini ia bingung harus mulai bangkit darimana. Karena hanya pakaian yang melekat pada tubuhnya saja yang selamat dari kobaran api.

"Mungkin memang begini nasib saya, siapa yang akan mengira," kata Maryati.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Lepas Rindu 'My Day', DAY6 Bawakan 10 Lagu di Saranghaeyo Indonesia 2024

Lepas Rindu "My Day", DAY6 Bawakan 10 Lagu di Saranghaeyo Indonesia 2024

Megapolitan
Jelang Pilkada 2024, 8 Nama Daftar Jadi Calon Wali Kota Bogor Melalui PKB

Jelang Pilkada 2024, 8 Nama Daftar Jadi Calon Wali Kota Bogor Melalui PKB

Megapolitan
Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Megapolitan
Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Megapolitan
Kala Senioritas dan Arogansi Hilangkan Nyawa Taruna STIP...

Kala Senioritas dan Arogansi Hilangkan Nyawa Taruna STIP...

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com