Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Fakta Kali Jambe di Bekasi yang Tertutup Sampah

Kompas.com - 07/09/2019, 06:09 WIB
Vitorio Mantalean,
Sandro Gatra

Tim Redaksi

BEKASI, KOMPAS.com – Pemerintah Kabupaten Bekasi kembali disorot soal masalah pencemaran kali.

Kali ini, tumpukan sampah sejauh 500 meter menutupi Kali Jambe di perbatasan Desa Mangunjaya dan Desa Karangsatria, Tambun Selatan.

Berbagai kantong plastik aneka ukuran, termasuk benda-benda tak lazim seperti ransel dan karpet ada di sana.

Keadaan ini menambah panjang riwayat pencemaran kali akibat sampah di Kabupaten Bekasi.

Baca juga: Cerita Warga Bantaran Susah Tidur karena Tumpukan Sampah di Kali Jambe Bekasi

 

Sebelumnya, Kali Pisang Batu di Tarumajaya sempat jadi sorotan dunia internasional karena tumpukan sampah plastik pada Desember 2018.

Kemudian, sampah plastik ganti menutupi Kali Bahagia di Babelankota pada akhir Juli 2019.

Berikut rangkuman lima fakta mengenai tumpukan sampah di Kali Jambe:

Baru terjadi tahun ini

Wasti (44), warga Mangunjaya menyebut bahwa tumpukan sampah plastik itu baru terjadi pada tahun ini, tepatnya mulai 2-3 bulan yang lalu.

"Sebelum-sebelumnya enggak kayak begini. Mau kemarau juga airnya masih mengalir walaupun dangkal," kata Wasti kepada Kompas.com, Rabu (4/9/2019).

Marsad (41), juga warga Mangunjaya, menyatakan, sampah-sampah itu belum begitu tebal menutupi aliran Kali Jambe.

Baca juga: Kisah TPS Liar dan Tumpukan Sampah di Kali Jambe Bekasi...

Namun, semakin jauh, aliran kali semakin dangkal. Hal itu membuat aliran kali tersumbat dan sampah plastik menumpuk.

"Kami warga paling ngebersihin, didorong-dorong saja biar ngalir tapi ya enggak ngaruh banget. Besokannya datang lagi, mampet lagi," kata Marsad.

Wasti maupun Marsad mengaku bahwa belum pernah ada tindakan dari pemerintah untuk membersihkan sampah di dekat pemukiman mereka itu.

Warga kesulitan tidur

Tutupan sampah anorganik di Kali Jambe, perbatasan Desa Mangunjaya dan Desa Karangsatria, Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi.KOMPAS.COM/VITORIO MANTALEAN Tutupan sampah anorganik di Kali Jambe, perbatasan Desa Mangunjaya dan Desa Karangsatria, Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi.

Tumpukan sampah tersebut mengganggu kehidupan warga. Bau menyengat terhidup sampai ke dalam rumah-rumah warga di sekitar kali.

"Ini belum apa-apa, lebih baunya lagi kalau jelang malam hari karena ada angin dari barat. Langsung dah bau serumah-rumah. Jadinya ya kagak bisa tidur. Umpamanya kecuali sudah ngantuk berat baru bisa tidur. Mau gimana lagi,” kata Wasti, Rabu.

Selain bau, serangan nyamuk jadi momok warga.

“Yang enggak tahan mah nyamuk. Bukan maen, banyak banget. Ngumpetnya kan di sini (tutupan sampah Kali Jambe) kalau siang, malam dia pada keluar," kata Wasti.

Baca juga: Sampah Kali Jambe Bekasi Disebut Berasal dari TPS Liar

Marsad mengakui hal yang sama. Untuk mengusir nyamuk-nyamuk ganas yang berkomplot dari arah Kali Jambe itu, saban hari Marsad harus membakar sedikitnya dua bungkus obat nyamuk di rumah mungilnya.

"Umpamanya obat nyamuknya habis, waduh itu nyerang lagi. Enggak bisa dibilang lagi banyaknya. Itu rumah sebelah sempat dirawat (anaknya), gara-gara nyamuk di sini mungkin," ujar Marsad.

Sampah berasal dari TPS liar

Warga menduga, sampah-sampah plastik yang menutupi aliran Kali Jambe berasal dari TPS liar.

Lokasinya 200 meter dari jembatan penghubung Desa Mangunjaya dan Desa Karangsatria yang merupakan titik awal bentangan sampah.

Di sana, ada TPS liar yang dikelola selama puluhan tahun oleh sebuah keluarga.

Sampah-sampah yang menumpuk hingga berceceran di dinding kali itu merupakan sampah domestik dua perumahan di dekat sana setiap harinya.

Namun, Melati, bukan nama sebenarnya, bersikeras jika TPS yang ia kelola bersama keluarganya itu bukan biang kerok tumpukan sampah Kali Jambe.

Ia mengklaim, keluarganya cukup aktif membersihkan aliran kali dan rutin memusnahkan timbunan sampah itu dengan membakarnya.

"Lihat saja di sini kalinya bersih. Yang jorok sampah dari sana. Saya jamin. Kalau di sini saya juga ngerti, pegawai kali juga sering bilang supaya sampahnya jangan sampe menutup kali," jelas Melati.

"Setiap sampahnya nutup (aliran kali), suami saya langsung cebur bersihin biar enggak ada sumbatan supaya air mengalir. Di sini selalu kita bersihin terus. Adik, kakak, mantu, semua turun semua bersihin. Namanya numpang makan. Kita saling jaga," tambah dia.

Viral, Pemkab Bekasi kerahkan alat berat

Personel gabungan dari unsur warga, aparat, serta Pemerintah Kabupaten Bekasi akhirnya mengeruk sampah Kali Jambe mulai Jumat (6/9/2019).

Pengerukan dilakukan dengan 1 alat berat serta 40 pasukan kebersihan yang bertugas mendorong sampah ke arah hilir.

Satu unit backhoe beroperasi di sisi hilir Kali Jambe yang telah dipasang trap sampah.

Para petugas kebersihan masuk ke aliran kali untuk mendorong sampah-sampah plastik yang membentang sejauh 500 meter ke arah backhoe dengan menggunakan garu dan bambu.

Pengerjaan itu disaksikan warga setempat, baik ibu-ibu hingga anak-anak, dengan antusias.

"Paling kalau hari ini terkumpul ada sampai 50-an ton, itu hari ini saja targetnya. Penginnya sih bisa kelar dua hari, cuma kami perkiraan empat harian (baru bisa terangkut semua)," kata Iman Santoso, Camat Tambun Selatan, Jumat.

Benahi TPS liar dan normalisasi Kali Jambe

Iman menyatakan, pihaknya menyiapkan dua skenario untuk mengantisipasi terulangnya insiden tumpukan sampah di Kali Jambe.

Skenario jangka pendek, pemerintah bakal membenahi TPS –TPS liar di sekitar Kali Jambe.

“Kami akan berdayakan teman-teman unsur desa untuk menyetop TPS sementara. Solusi keduanya, kami berdayakan teman-teman petugas kebersihan untuk mengadakan tempat sampah berupa kontainer yang diangkut secara periodik. Letaknya di mana nanti tergantung usulan warga,” ujar Iman.

Dia enggan menyalahkan warga maupun pengelola TPS liar di balik masalah ini.

"Memang, jangan sampai ngambil keuntungan pribadi jadi nyusahin semua orang. Tapi harus ada solusi pemda, misalnya membantu menyediakan kontainer tempat sampah, memaksimalkan personel kebersihan, dan angkutan truk. Jadi jangan cuma nyalahin warga, tapi ada solusi," kata Iman.

Skenario jangka panjang, lanjut Iman, jajarannya bakal berkoordinasi dengan pihak terkait untuk menormalisasi Kali Jambe beserta lahan di sempadannya.

"Jangka panjangnya, kami minta tolong teman-teman dari dinas PUPR (Pekerjaan Umum dan Perumahan rakyat) untuk normalisasi, dinas lingkungan hidup untuk penanganan masalah sampah besarnya. Kami tata ruang juga untuk membuat taman," kata dia.

Senada dengan Iman, Kepala Bidang Pengelolaan Sumber Daya Air Dinas PUPR Kabupaten Bekasi, Nur Chaidir, juga berjanji bakal menata aliran Kali Jambe di Desa Mangunjaya dan Karangsatria dengan merancang ruang terbuka hijau.

"Mungkin kami coba tata, kanan dan kirinya kami buat ruang terbuka hijau dengan penamanan. Tahun depan juga rencananya bikin jaring sampah," kata Chaidir di tempat yang sama.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Soal Jakarta Tak Lagi Jadi Ibu Kota, Ahok : Harusnya Tidak Ada Pengangguran

Soal Jakarta Tak Lagi Jadi Ibu Kota, Ahok : Harusnya Tidak Ada Pengangguran

Megapolitan
Keterlibatan 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP, dari Panggil Korban sampai 'Kompori' Tegar untuk Memukul

Keterlibatan 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP, dari Panggil Korban sampai "Kompori" Tegar untuk Memukul

Megapolitan
Puncak Kasus DBD Terjadi April 2024, 57 Pasien Dirawat di RSUD Tamansari

Puncak Kasus DBD Terjadi April 2024, 57 Pasien Dirawat di RSUD Tamansari

Megapolitan
Ahok : Buat Tinggal di Jakarta, Gaji Ideal Warga Rp 5 Juta

Ahok : Buat Tinggal di Jakarta, Gaji Ideal Warga Rp 5 Juta

Megapolitan
Ahok: Saya Mendorong Siapa Pun yang Jadi Gubernur Jakarta Harus Serahkan Nomor HP Pribadi ke Warga

Ahok: Saya Mendorong Siapa Pun yang Jadi Gubernur Jakarta Harus Serahkan Nomor HP Pribadi ke Warga

Megapolitan
Susul PKS dan Golkar, Partai Nasdem Gabung Koalisi Usung Imam-Ririn di Pilkada Depok 2024

Susul PKS dan Golkar, Partai Nasdem Gabung Koalisi Usung Imam-Ririn di Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Masih Ada 7 Anak Pasien DBD yang Dirawat di RSUD Tamansari

Masih Ada 7 Anak Pasien DBD yang Dirawat di RSUD Tamansari

Megapolitan
Viral Video Sekelompok Orang yang Diduga Gangster Serang Warga Bogor

Viral Video Sekelompok Orang yang Diduga Gangster Serang Warga Bogor

Megapolitan
PKS dan Golkar Berkoalisi, Dukung Imam Budi-Ririn Farabi Jadi Pasangan di Pilkada Depok

PKS dan Golkar Berkoalisi, Dukung Imam Budi-Ririn Farabi Jadi Pasangan di Pilkada Depok

Megapolitan
Cerita Pinta, Bangun Rumah Singgah demi Selamatkan Ratusan Anak Pejuang Kanker

Cerita Pinta, Bangun Rumah Singgah demi Selamatkan Ratusan Anak Pejuang Kanker

Megapolitan
Soal Jakarta Tak Lagi Jadi Ibu Kota, Ahok: Jangan Hanya Jadi Kota Besar, tapi Penduduknya Tidak Kenyang

Soal Jakarta Tak Lagi Jadi Ibu Kota, Ahok: Jangan Hanya Jadi Kota Besar, tapi Penduduknya Tidak Kenyang

Megapolitan
Jukir Minimarket: Kalau Dikasih Pekerjaan, Penginnya Gaji Setara UMR Jakarta

Jukir Minimarket: Kalau Dikasih Pekerjaan, Penginnya Gaji Setara UMR Jakarta

Megapolitan
Bakal Dikasih Pekerjaan oleh Pemprov DKI, Jukir Minimarket: Mau Banget, Siapa Sih yang Pengin 'Nganggur'

Bakal Dikasih Pekerjaan oleh Pemprov DKI, Jukir Minimarket: Mau Banget, Siapa Sih yang Pengin "Nganggur"

Megapolitan
Bayang-bayang Kriminalitas di Balik Upaya Pemprov DKI atasi Jukir Minimarket

Bayang-bayang Kriminalitas di Balik Upaya Pemprov DKI atasi Jukir Minimarket

Megapolitan
Kala Wacana Heru Budi Beri Pekerjaan Eks Jukir Minimarket Terbentur Anggaran yang Tak Dimiliki DPRD...

Kala Wacana Heru Budi Beri Pekerjaan Eks Jukir Minimarket Terbentur Anggaran yang Tak Dimiliki DPRD...

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com