Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Aiman Witjaksono
Jurnalis

Jurnalis

Kisah Aneh, Misteri Hilangnya Seorang Balita di Samarinda

Kompas.com - 16/12/2019, 08:26 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

INI bukan cerita horor atau jadi-jadian. Seorang balita di Samarinda, Kalimantan Timur, hilang secara misterius. Ada jalan cerita yang janggal dari kasus ini.

Kisahnya bermula saat Yusuf Ahmad Gazali, seorang balita berusia 4 tahun, dititipkan di sebuah tempat penitipan anak (day care). Di rumah penitipan itu ada plang bertulis Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).

Menurut orangtuanya, Yusuf mengalami terlambat bicara. Informasi yang beredar menyebut bahwa Yusuf mengalami autisme. Itu tidak betul. Tidak pernah ada afirmasi dari dokter yang mengatakan demikian.

Rajukan Yusuf di hari terakhir

Pada satu hari, setelah dua pekan dititipkan di tempat itu, Yufuf merajuk tak mau ditinggal ayahnya.

Biasanya ia senang berada day care bersama teman-teman lainnya. Tapi hari itu berbeda. Ia menangis, tak mau lepas dari pelukan ayahnya saat diantar menggunakan sepeda motor persis di depan pintu PAUD.

Bambang, ayah Yusuf, tak pernah menyangka bahwa hari itu adalah hari terakhir ia bertemu dengan buah hati, anak lelaki satu-satunya.

Baru beberapa jam meninggalkan PAUD, Bambang mendapat kabar bahwa anaknya hilang misterius. Tak ada satu pun guru yang melihat. Padahal, ada 9 guru di sana.

Bersama seorang pamannya, Bambang meluncur ke tempat PAUD. Di sana ia mendapat informasi dari seorang guru bahwa Yusuf dijemput oleh seseorang menggunakan sepeda motor.

Sang Penjemput tidak sendirian. Ia membonceng sepeda motor yang dikemudikan seorang perempuan. Ada satu anak lain di motor itu.

Guru itu mendapat informasi dari seorang nenek yang tinggal bertetangga dengan tempat PAUD.

Namun, keterangan nenek tak bisa dijadikan rujukan polisi. Menurut keterangan Polresta Samarinda, Si Nenek tak bisa memberikan keterangan yang jelas saat diperiksa polisi.

Enam belas hari berlalu. Yusuf akhirnya ditemukan tak bernyawa sejauh 4,5 kilometer dari lokasi PAUD. Janggal!

Baca juga: Duduk Perkara Balita Hilang dari PAUD, Dugaan Dimakan Reptil hingga Ditemukan Tanpa Kepala

Kejanggalan

Sebagian anggota tubuhnya hilang, diantaranya kepala dan leher. Ada pula yang juga menyita perhatian, seluruh organ dalam vitalnya lenyap: jantung, hati, empedu, hingga ginjal.

Namun anehnya, baju dalamnya utuh. Tak ada robek, juga tak ada bercah darah setitik pun. Baju masih menempel rapi di badannya.

Hasil penyelidikan forensik mendapatkan, ada sisik binatang buas di tubuh Yusuf. Polisi menduga, Yusuf dimangsa binatang buas setelah hanyut di parit dekat PAUD.

Kita berhenti sampai di sini dulu. Apa penyebab kematiannya? Digigit binatang buas, hanyut, ataukah penculikan ?

Penelusuran AIMAN

Aiman menelusuri jalan kematian Yusuf.

Pertama, saya menyusuri parit yang diduga menjadi tempat ia hanyut. Saya mengernyitkan dahi begitu melihat parit yang dimaksud.

Yang disebut parit itu lebih tepat disebut got. Lebarnya kurang dari 50 cm. Kedalaman airnya hanya 10 cm, hanya beberapa ruas jari. Warga mengatakan, jika musim hujan debit air di parit itu cukup deras.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Rute KA Argo Cheribon, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Argo Cheribon, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Polisi Grebek Laboratorium Narkoba di Perumahan Elite Kawasan Sentul Bogor

Polisi Grebek Laboratorium Narkoba di Perumahan Elite Kawasan Sentul Bogor

Megapolitan
Bau Sampah Terasa Menyengat di Lokbin Pasar Minggu

Bau Sampah Terasa Menyengat di Lokbin Pasar Minggu

Megapolitan
Ini Tujuan Benyamin Ikut Penjaringan Bakal Cawalkot Tangsel di Tiga Partai Rival

Ini Tujuan Benyamin Ikut Penjaringan Bakal Cawalkot Tangsel di Tiga Partai Rival

Megapolitan
Usaha Dinsos Bogor Akhiri Perjalanan Mengemis Rosmini dengan Telusuri Keberadaan Keluarga

Usaha Dinsos Bogor Akhiri Perjalanan Mengemis Rosmini dengan Telusuri Keberadaan Keluarga

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Sempat Tinggalkan Jasad Korban di Hotel

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Sempat Tinggalkan Jasad Korban di Hotel

Megapolitan
Dipecat karena Dituduh Gelapkan Uang, Ketua RW di Kalideres: Buat Apa Saya Korupsi Kalau Datanya Lengkap

Dipecat karena Dituduh Gelapkan Uang, Ketua RW di Kalideres: Buat Apa Saya Korupsi Kalau Datanya Lengkap

Megapolitan
Sudah Sepi Pembeli, Uang Retribusi di Lokbin Pasar Minggu Naik 2 Kali Lipat

Sudah Sepi Pembeli, Uang Retribusi di Lokbin Pasar Minggu Naik 2 Kali Lipat

Megapolitan
Benyamin-Pilar Kembalikan Berkas Penjaringan Pilkada Tangsel, Demokrat Sambut dengan Nasi Kebuli

Benyamin-Pilar Kembalikan Berkas Penjaringan Pilkada Tangsel, Demokrat Sambut dengan Nasi Kebuli

Megapolitan
Sehari Berlalu, Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Belum Ditemukan

Sehari Berlalu, Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Belum Ditemukan

Megapolitan
Polisi Masih Observasi Kondisi Kejiwaan Anak yang Bacok Ibu di Cengkareng

Polisi Masih Observasi Kondisi Kejiwaan Anak yang Bacok Ibu di Cengkareng

Megapolitan
Pedagang Sebut Lokbin Pasar Minggu Sepi karena Lokasi Tak Strategis

Pedagang Sebut Lokbin Pasar Minggu Sepi karena Lokasi Tak Strategis

Megapolitan
Ini Kantong Parkir Penonton Nobar Timnas Indonesia U-23 Vs Irak U-23 di Monas

Ini Kantong Parkir Penonton Nobar Timnas Indonesia U-23 Vs Irak U-23 di Monas

Megapolitan
Golkar Depok Ajukan Ririn Farabi Arafiq untuk Maju Pilkada 2024

Golkar Depok Ajukan Ririn Farabi Arafiq untuk Maju Pilkada 2024

Megapolitan
Jasad Bayi Tergeletak di Pinggir Tol Jaksel

Jasad Bayi Tergeletak di Pinggir Tol Jaksel

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com