Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Marsanto Rela Tunda Pulang Kampung Demi Menjaga Makam

Kompas.com - 25/12/2019, 13:04 WIB
Tia Astuti,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

BEKASI, KOMPAS.com - Siang itu matahari tidak begitu terik.

Cuaca yang berawan dan angin yang cukup kencang menemani dua keluarga yang sedang berziarah di pemakaman katolik Bitung Buaran, Pondok Melati, Bekasi.

Ketika memasuki pintu gerbang pemakaman seluas 1450 meter persegi akan langsung disambut dengan bunga-bunga yang sudah dikemas cantik dalam bungkusan plastik untuk dibeli para peziarah.

Bunga-bunga cantik ini siang itu hanya dijaga satu orang perawat makam.

Karena pemakaman yang tidak begitu luas, dari pintu masuk juga langsung terlihat ada sesuatu yang unik di ujung area pemakaman.

Baca juga: Begini Alur dan Persyaratan Mengurus Sewa Makam di Jakarta

Ketika dihampiri, ternyata itu sebuah pemakaman namun bentuknya tingkat ke atas.

Marsanto, pria kelahiran 1962 yang menjaga bunga-bunga cantik di depan langsung menjawab sebelum ditanya.

“Yang di belakang itu namanya kolumbarium," kata dia sambil menunjuk makam vertikal itu.

Pria berdarah Jawa yang sudah merawat pemakaman ini sejak pemakaman ini didirikan pada 2007, bercerita tentang pengalamannya selama menjaga makam.

Rela tidak pulang kampung demi peziarah

Sebagai penjaga makam, Marsanto hampir setiap hari harus berada di area pemakaman itu.

Bahkan, di saat hari raya dan libur panjang, seperti Natal dan tahun baru.

“Saya tetap bakal pulang kampung, tetapi kalo tanggal 25 Desember saya harus tahan dulu di sini,” ujar Marsanto.

Baca juga: Kolumbarium, Pemakaman Vertikal di Pemakaman Bitung Buaran

Meskipun Marsanto sudah lama merantau dan tinggal di Bekasi, bukan berarti ia tidak rindu dan tidak ingin pungan ke kampung halamannya di Jawa Tengah.

Namun Marsanto tidak bisa memenangi rasa egonya.

Sebab, pada Hari Raya Natal akan banyak peziarah, terutama peziarah yang tinggal di sekitar pemakaman.

“Saya pulang tanggal 28. Kalau tanggal 25 pasti banyak keluarga peziarah yang nyariin saya,” tambah Marsanto.

Cari kerjaan sampingan

Penjaga pemakaman ini memang sudah mendapat gaji tetap dari pihak gereja karena pemakaman ini milik Gereja St Servatius, Kampung Sawah.

Gaji mereka didapatkan dari iuran marsius. Iuran ini diperoleh dari para umat gereja. Per bulannya Marsanto mendapatkan Rp 1 juta.

Namun, itu belum tentu cukup untuk menutupi kebutuhan keluargnya.

Untuk itu, ia juga mencari pekerjaan lain yakni menjadi tukang bantu atau pegawai kasar.

Meskipun pekerjaan keduanya ini serabutan dan penghasilannya tidak begitu besar, namun bisa menutup kekurangan yang ada.

“Saya kalau lagi di sini (jaga makam) bisa sampai malam. Seharian bersih-bersih,” ujar Marsanto.

Baca juga: Ciputra Bakal Dikebumikan 5 Desember di Pemakaman Keluarga

Marsanto mengaku cukup menikmati pekerjaannya sebagai penjaga sekaligus membersihkan pemakaman Bitung Buaran ini.

Selain karena jam kerjanya fleksibel sehingga dapat membuatnya dapat mencari pekerjaan lain, perilaku warga sekitar pemakaman pun tidak pernah ada yang menjengkelkan.

“Selama menjaga di sini enggak pernah ada warga yang iseng mencoret-coret makam. Jadi enak-enak saja menjaga makam,” ujar Marsanto.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

9 Jam Berdarah: RN Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

9 Jam Berdarah: RN Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

Megapolitan
Seorang Remaja Tenggelam di Kali Ciliwung, Diduga Terseret Derasnya Arus

Seorang Remaja Tenggelam di Kali Ciliwung, Diduga Terseret Derasnya Arus

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok: Malam Ini Hujan Petir

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok: Malam Ini Hujan Petir

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Mobil Terbakar di Tol Japek Arah Cawang | Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi Ditangkap

[POPULER JABODETABEK] Mobil Terbakar di Tol Japek Arah Cawang | Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi Ditangkap

Megapolitan
Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Megapolitan
Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Megapolitan
Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Megapolitan
Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Megapolitan
Ikut Demo May Day 2024, Buruh Wanita Rela Panas-panasan demi Memperjuangkan Upah yang Layak

Ikut Demo May Day 2024, Buruh Wanita Rela Panas-panasan demi Memperjuangkan Upah yang Layak

Megapolitan
Dua Orang Terluka Imbas Kecelakaan di Tol Jakarta-Cikampek

Dua Orang Terluka Imbas Kecelakaan di Tol Jakarta-Cikampek

Megapolitan
Korban Kedua yang Tenggelam di Sungai Ciliwung Ditemukan Tewas 1,2 Kilometer dari Lokasi Kejadian

Korban Kedua yang Tenggelam di Sungai Ciliwung Ditemukan Tewas 1,2 Kilometer dari Lokasi Kejadian

Megapolitan
Rayakan 'May Day Fiesta', Massa Buruh Mulai Padati Stadion Madya GBK

Rayakan "May Day Fiesta", Massa Buruh Mulai Padati Stadion Madya GBK

Megapolitan
Fahira Idris: Gerakan Buruh Terdepan dalam Perjuangkan Isu Lintas Sektoral

Fahira Idris: Gerakan Buruh Terdepan dalam Perjuangkan Isu Lintas Sektoral

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com