Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PVMBG Pantau Ketat 21 Gunung Berstatus Waspada hingga Siaga

Kompas.com - 30/12/2019, 18:51 WIB
Dian Erika Nugraheny,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Kasbani mengatakan, ada 21 gunung api di Indonesia yang berstatus waspada hingga siaga.

"Indonesia memiliki 127 gunung berapi aktif. Kemudian, dari situ (dari jumlah tersebut) ada 69 gunung yang dipantau terus menerus dengan menempatkan pos pemantauan. Dari situ (yang dipantau) ada sekitar 21 gunung yang levelnya di atas normal," ujar Kasbani di Gedung BNPB, Jakarta Timur, Senin (30/12/2019).

Dia lantas menjelaskan apa yang dimaksud status di atas normal itu.

"Itu artinya waspada (level 2), siaga (level 3), dan awas (level 4). Akan tetapi saat ini kan yang level 4 tidak ada, " lanjut Kasbani.

Baca juga: PVMBG Bandung Sebut Tanah Ambles di Nusalaut Bukan karena Gempa

Kasbani mencontohkan, Gunung Sinabung dan Gunung Agung, masuk dalam kategori level 3 (siaga).

Sementara itu, Gunung Kerinci, Gunung Merapi, Gunung Krakatau, Gunung Bromo, Gunung Slamet, Gunung Rinjani, Gunung Gamalama masuk kategori level 2 (waspada).

Disinggung tentang kondisi 21 gunung yang dimaksud pada 2020 mendatang, Kasbani memperkirakan masih stabil di kategori waspada hingga siaga.

Dia melanjutkan, seluruh gunung api berstatus waspada hingga siaga terpantau dengan sangat baik.

Sehingga, masyarakat tidak perlu khawatir jika terjadi perubahan aktivitas secara mendadak.

Baca juga: Catatan PVMBG, Ada Dua Gempa pada 17 November 2019

 

Penambahan CCTV

"Jadi tidak perlu ada kekhawatiran, ada perubahan-perubahan aktivitas tentu akan kami evaluasi apakah dia (gunung) ada peningkatan, penurunan ancaman, itu nanti sesuai levelnya dia, dia akan berbeda," ungkap Kasbani.

Salah satu langkah pengawasan secara ketat yang dilakukan PVMBG adalah menambah pemasangan Closed Circuit Television (CCTV) di sejumlah gunung.

Pada Minggu (29/2019), kata Kasbani, CCTV ditambahkan di puncak Gunung Agung, Bali.

"Pemasangan CCTV ini untuk memantau langsung segala aktivitas permukaan kawah secara terus menerus dan berkelanjutan. Masyarakat pun bisa ikut memantau kawah Gunung Agung melalui website maupun aplikasi MAGMA Indonesia yang sudah bisa diunduh melalui playstore,"

Selain itu, CCTV dan GPS juga dipasang di Gunung Anak Krakatau.

"GPS itu untuk mengetahui deformasi gunung, untuk mengetahui kembang kempisnya gunung, kalau dia itu membengkak kelihatan, kalau membengkak hati-hati," tambah Kasbani.

Baca juga: Update PVMBG: Ini Kondisi Terkini 12 Gunung Api di Indonesia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com