Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Maison Weiner, Toko Kue Pertama dan Tertua di Jakarta

Kompas.com - 17/02/2020, 09:39 WIB
Tia Astuti,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Jika sedang berkunjung ke Jakarta Pusat, coba lah tengok toko kue pertama dan tertua di Jakarta, Maison Weiner.

Toko kue yang sudah berdiri sebelum Jepang menjajah Indonesia atau tepatnya sejak tahun 1936 ini masih berdiri kokoh dengan gaya bangunan klasik yang khas.

Begitu memasuki toko kue yang didominasi warna putih dan merah, aroma kue khas eropa merebak tanpa permisi.

Baca juga: Viral Toko Kue di Depok Tolak Tulis Ucapan Happy Birthday, Ini Kata Pegawainya

Tidak hanya penampilan luarnya saja yang klasik, interiornya pun terlihat klasik.

Dengan empat meja yang masing-masing memiliki empat kursi, ditutupi taplak bermotif kotak-kotak merah putih, motif khas kain untuk piknik.

Kue-kue yang dijual di sini harganya sangat variatif.

Untuk jenis kue manis dan roti yang berukuran kecil ada di kisaran Rp 8.000 sampai Rp 14.000. Adapula roti dengan ukuran besar seharga Rp 40.000 sampai Rp 100.000.

Kue dan roti yang dijual di sini banyak yang masih menggunakan nama asli dari Belanda, seperti dreikorn brot, socijsbrood, amandel brood, sosisbrood, dan salah satu yang tertua ontbijtkooek.

Begitu pintu toko terbuka, penjaga kasir langsung menyambut, "Silakan, mau pilih yang mana?"

Berawal sebagai bengkel koewe

Heru Laksana, generasi ketiga yang meneruskan bisnis keluarga Maison Weiner ini menceritakan awal mula neneknya mendirikan Maison Weiner dengan kredit peralatan masak di Pasar Gambir.

Baca juga: Toko Roti Tous Les Jours Cabang Kota Kasablanka Bantah Berlakukan Peraturan Berbau SARA

“Jadi nenek saya dulunya kerja sama keluarga Belanda. Nenek saya suka bantu mereka bikin kue. Terus nyonyanya bertanya 'Kamu bisa bikin kue kenapa enggak bikin usaha?' tapi saat itu nenek saya bilang enggak ada uang buat beli peralatannya. Baru deh mereka nyaranin nenek saya buat kredit peralatan ke Pasar Gambir," ujar Heru.

Heru mengatakan bahwa neneknya, Lee Liang Mey atau yang biasa dipanggil Nyonya Gem memang bukan dari keluarga yang berada.

Sehingga saat awal mendirikan usaha ini memang banyak perjuangannya.

Pada awal berdirinya bisnis toko kue ini, Nyonya Gem hanya membuat kue-kue kering khas eropa.

Namun seiring berjalannya waktu, toko ini juga menambah menu ke kue-kue manis dan roti.

"Zaman kan terus maju. Kita itu sudah jadi toko roti satu-satunya di Jakarta sampai tahun '70-an. Nah sejak 1970 mulai banyak toko kue yang muncul. Jadi kita juga menambah variasi menu," ujar Heru.

Toko Maison Weiner ini pun mulanya bukan berlabel cakeshop, melainkan Bengkel Koewe.

Bengkel koewe ini hanya membuat kue-kue saja, belum berkonsep seperti toko ataupun kafe.

Baca juga: Sejarah Pasar Senen, Dahulu Hanya Buka di Hari Senin

"Jadi Bengkel Koewe ini satu-satunya usaha yang membuat kue, yang lainnya itu toko klontong yang sudah menjual kue yang sudah jadi. Jadi dari Bengkel Koewe ini didistibusiin ke toko-toko klontong," ujar Heru.

Asal mula nama Maison Weiner

Sambil sesekali menyeruput tehnya, Heru melanjutkan sejarah dari toko kue bersejarah se-Jakarta ini.

"Weiner-nya itu nama pemberian dari keluarga Belanda tempat nenek saya kerja dulu. Kalau Maison itu memang zaman Belanda semua toko, baik toko kue maupun yang bukan kue selalu disebut maison," ujar Heru.

Tidak hanya mempertahankan nama toko, toko kue ini juga tetap mempertahankan peralatan masak tua, seperti oven, yang dipakai sejak awal toko ini berdiri.

Saat ditemui Kompas.com, Heru mengajak ke tempat pembuatan roti dan kue di bagian paling belakang kue.

"Beberapa oven tuanya itu masih bisa dipakai. Cuma karena kapasitas dan ukuran kue makin besar, akhirnya beli yang baru, yang lama tetap disimpan," ujar Heru.

Oven-oven tua itu masih berdiri tegak. Tidak banyaknya penyok dan hanya ada sedikit karat menandakan bahwa toko ini merawat baik peralatan masak mereka.

Konsisten adalah kunci bertahan

Heru merasa bahwa ada perbedaan di antara era 80-an saat ia meneruskan usaha keluarga ini dengan era 2010-an.

"Makin ke sini zaman makin maju. Toko kue semakin banyak dan orang-orang juga mau beli makanan banyak jasa pengantar makanan sekarang. Dulu kita banyak pelanggan dari Jakarta Selatan tapi sekarang orang pasti malas datang jauh-jauh hanya untuk beli kue," ujar Heru.

Baca juga: Mengenal Sejarah di Museum Pustaka Peranakan Tionghoa

Namun kemajuan zaman tidak membuat Heru menyerah. Ia merasa justru dengan menjaga konsistensi lah yang membuat toko ini bertahan.

"Sekarang dengan tetap menjual roti dan kue-kue eropa yang klasik, bisa jadi nilai lebih. Yang tua mampir ke sini jadi nostalgia, yang muda ke sini jadi menemukan sesuatu yang baru. Itu saja sih," ujar Heru.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tak Sadar Jarinya Digigit Sampai Putus, Satpam Gereja: Ada yang Bilang 'Itu Jarinya Buntung'

Tak Sadar Jarinya Digigit Sampai Putus, Satpam Gereja: Ada yang Bilang 'Itu Jarinya Buntung'

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Jadi Tersangka, Dijerat Pasal Pembunuhan dan Curas

Pembunuh Wanita Dalam Koper Jadi Tersangka, Dijerat Pasal Pembunuhan dan Curas

Megapolitan
Korban Duga Pelaku yang Gigit Jarinya hingga Putus di Bawah Pengaruh Alkohol

Korban Duga Pelaku yang Gigit Jarinya hingga Putus di Bawah Pengaruh Alkohol

Megapolitan
Geng Motor Nekat Masuk 'Kandang Tentara' di Halim, Kena Gebuk Provost Lalu Diringkus Polisi

Geng Motor Nekat Masuk 'Kandang Tentara' di Halim, Kena Gebuk Provost Lalu Diringkus Polisi

Megapolitan
Banyak Kondom Bekas Berserak, Satpol PP Jaga RTH Tubagus Angke

Banyak Kondom Bekas Berserak, Satpol PP Jaga RTH Tubagus Angke

Megapolitan
Bukan Rebutan Lahan Parkir, Ini Penyebab Pria di Pondok Aren Gigit Jari Satpam Gereja hingga Putus

Bukan Rebutan Lahan Parkir, Ini Penyebab Pria di Pondok Aren Gigit Jari Satpam Gereja hingga Putus

Megapolitan
PN Jakbar Tunda Sidang Kasus Narkotika Ammar Zoni

PN Jakbar Tunda Sidang Kasus Narkotika Ammar Zoni

Megapolitan
Pelaku dan Korban Pembunuhan Wanita Dalam Koper Kerja di Perusahaan yang Sama

Pelaku dan Korban Pembunuhan Wanita Dalam Koper Kerja di Perusahaan yang Sama

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Curi Uang Rp 43 Juta Milik Perusahaan Tempat Korban Kerja

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Curi Uang Rp 43 Juta Milik Perusahaan Tempat Korban Kerja

Megapolitan
Pengemis yang Videonya Viral karena Paksa Orang Sedekah Berkali-kali Minta Dipulangkan dari RSJ Bogor

Pengemis yang Videonya Viral karena Paksa Orang Sedekah Berkali-kali Minta Dipulangkan dari RSJ Bogor

Megapolitan
Mengaku Kerja di Minimarket, Pemuda Curi Uang Rp 43 Juta dari Brankas Toko

Mengaku Kerja di Minimarket, Pemuda Curi Uang Rp 43 Juta dari Brankas Toko

Megapolitan
Kronologi Pria di Pondok Aren Gigit Jari Rekannya hingga Putus, Kesal Teman Korban Ikut Memarkirkan Kendaraan

Kronologi Pria di Pondok Aren Gigit Jari Rekannya hingga Putus, Kesal Teman Korban Ikut Memarkirkan Kendaraan

Megapolitan
Syarat Maju Pilkada DKI Jalur Independen: KTP dan Pernyataan Dukungan Warga

Syarat Maju Pilkada DKI Jalur Independen: KTP dan Pernyataan Dukungan Warga

Megapolitan
17 Kambing Milik Warga Depok Dicuri, Hanya Sisakan Jeroan di Kandang

17 Kambing Milik Warga Depok Dicuri, Hanya Sisakan Jeroan di Kandang

Megapolitan
Pintu Rumah Tak Dikunci, Motor Warga di Sunter Dicuri Maling

Pintu Rumah Tak Dikunci, Motor Warga di Sunter Dicuri Maling

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com