Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Dokter tentang Minimnya Tenaga Medis di Jakarta, Kerja Tanpa Libur demi Pasien

Kompas.com - 21/05/2020, 07:16 WIB
Kevin Rizky Pratama,
Jessi Carina

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Keberadaan petugas medis khusus penanganan Covid-19 di sejumlah rumah sakit di Jakarta dikabarkan masih minim.

Hal tersebut disampaikan oleh Dokter A, petugas medis yang bertugas di salah satu rumah sakit pemerintah di Jakarta.

Dokter A menuturkan, meski rumah sakit tempatnya bekerja bukanlah rumah sakit rujukan Covid-19, namun jumlah pasien pengidap Covid-19 tetap berdatangan.

Jadi, selain melayani para pasien non-Covid-19, para tenaga medis juga harus menangani pasien pengidap Covid-19.

Baca juga: Shalat Id di Masjid Diizinkan di Zona Hijau Bekasi, IDI Harap Tak Ada Lonjakan Kasus Covid-19

"Pasien awalnya datang tidak dengan gejala ke arah Covid-19 tapi setelah didiagnosa informasi lebih lanjut mengarah ke sana (Covid-19) ya kita tangani," ujarnya kepada Kompas.com, Rabu (20/5/2020).

Ia pun menjelaskan, para pasien penderita Covid-19 tersebut tidak dapat dipindah ke rumah sakit rujukan karena kapasitas rumah sakit telah penuh.

"Kebanyakan rumah sakit rujukan sudah penuh. Rumah sakit tempat saya bekerja sudah menyediakan fasilitas sarana dan prasarana dalam menangani Covid-19. Tapi dalam hal sumber daya manusia, ini sudah sangat minim sekali," imbuhnya.

Kerja tanpa libur

Dokter A menjelaskan bahwa beberapa rumah sakit non-rujukan telah membangun sistem cluster khusus penanganan pasien Covid-19. Ini dilakukan agar pasien-pasien lain tidak ikut tertular Covid-19.

Baca juga: Pemkot Bekasi Izinkan Shalat Id di Masjid di 38 Kelurahan, Epidemiolog: Siap-siap Jadi Klaster Baru Covid-19

Namun karena minimnya petugas medis yang bertugas, kata Dokter A, sejumlah rumah sakit di Jakarta telah menetapkan sistem rolling.

Setiap beberapa minggu sekali para petugas medis akan di-rolling untuk menangani para penderita Covid-19.

"Satu orang dokter bisa menangani 10-11 pasien dalam satu hari. Kurang optimal apalagi dilihat dari jumlah pasien minggu ini yang cenderung terus terutama bertambah," tuturnya.

Setelah masa penugasan tersebut berakhir, para dokter, suster, serta para petugas medis akan diisolasi selama dua minggu.

Minimnya jumlah sumber daya manusia pun memaksa para petugas medis yang sedang menjalani masa isolasi untuk tetap bekerja.

"Kita kerja tidak ada libur. Dalam masa isolasi dua minggu, kami tetap bekerja," ungkapnya.

Baca juga: PSBB Jakarta Diperpanjang, Warga Jenuh dan Butuh Kepastian

Selama masa isolasi, Dokter A mengatakan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif ( Kemenparekraf) telah membantu para petugas medis mendapatkan penginapan khusus yang berlokasi di wilayah dekat rumah sakit.

"Ada penginapan difasilitasi oleh Kemenparekraf, kami biasa dapat penginapan yang tidak jauh dari situ (rumah sakit) biasa dua minggu waktu isolasi," kata Dokter A.

Kendati demikian, Dokter A menyebut bahwa tidak semua rumah sakit di Jakarta telah menerapkan sistem yang serupa.

Beberapa petugas medis di beberapa rumah sakit bahkan dikatakan tidak dapat menangani pasien pengidap Covid-19.

"Tapi tidak semua rumah sakit sama seperti rumah sakit tempat saya bekerja. Terlebih dari segi fasilitas yang tersedia," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com