Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Banyak Pesepeda Mendadak Meninggal Dunia, Dokter Spesialis: Jangan Digeber!

Kompas.com - 25/06/2020, 20:31 WIB
Vitorio Mantalean,
Sabrina Asril

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Dokter spesialis jantung Pusat Jantung Nasional Harapan Kita, Dian Zamroni memberi saran agar setiap kegiatan olahraga, utamanya pada pemula, dilakukan secara bertahap guna menekan risiko serangan jantung.

Belakangan, saat pandemi Covid-19, tren berolahraga baik di rumah maupun bersepeda mulai semarak.

Namun, khususnya pada kegiatan bersepeda, terdapat beberapa insiden serangan jantung yang membuat pesepeda meninggal dunia.

"Akan lebih aman kalau (intensitas bersepeda) bertahap dan peningkatannya pelan-pelan. Jadi ada gradasi tahapannya," ujar Dian kepada Kompas.com pada Kamis (25/6/2020).

Baca juga: Diduga Kelelahan Bersepeda, Pesepeda Ini Meninggal di Bengkel Saat Istirahat

"Yang dianjurkan adalah olahraga minimal 30 menit selama seminggu 3 kali. Kalau itu sudah cukup maka bisa dinaikkan durasinya," tambahnya.

Dian mengakui, bersepeda atau olahraga jenis lainnya memang dianjurkan untuk mempertebal kesehatan jantung, termasuk bagi kalangan yang mempunyai faktor risiko serangan jantung, misalnya penderita obesitas, hipertensi, atau mereka yang lanjut usia, misalnya.

Akan tetapi, tentu saja olahraga yang membutuhkan kinerja jantung di atas rata-rata dapat langsung digenjot, apalagi untuk kalangan yang memiliki faktor risiko serangan jantung.

"Ada orang yang lagi getol-getolnya karena baru pertama kali, kemudian memaksa sehingga kapasitas fungsi jantungnya seperti digeber," kata Dian.

Baca juga: Banyak Kasus Pesepeda Meninggal Mendadak, Bagaimana Faktanya?

"Ibarat mesin motor. Baru beli, baru diisi oli, langsung dibuat kebut-kebutan, dibawa ke Puncak, atau jalan jauh, mesinnya mati. Jadi jangan langsung digeber," imbuhnya.

Dokter yang juga praktik di RS Universitas Indonesia itu mencontohkan tahapan ideal yang sebaiknya ditempuh para pesepeda pemula guna menekan risiko serangan jantung.

Setelah melalui intensitas 3 kali bersepeda dengan durasi masing-masing 30 menit selama sepekan, mereka bisa perlahan-lahan menambah intensitasnya.

Tambahan intensitas tersebut bisa berupa tambahan jarak tempuh dengan kecepatan konstan, dari 3 kilometer menjadi 4 kilometer di pekan berikutnya, sebagai contoh.

"Atau misalnya 30 menit biasanya cuma 10 kilometer per jam, nanti ditambah lagi kecepatannya. Otomatis jarak tempuhnya juga bisa bertambah," ungkap Dian.

Di luar itu, pesepeda khususnya pemula disarankan agar memeriksakan kinerja jantung dan organ tubuhnya secara medis sebelum menceburkan diri dalam tren olahraga ini.

Cek medis ini penting untuk mengetahui apakah ia memiliki faktor risiko serangan jantung dan mengukur sejauh mana batas maksimal kinerja jantungnya.

Lalu, pesepeda tak boleh memaksakan diri jika mulai kelelahan dan merasa nyeri di bagian dada. Itu, kata Dian, merupakan salah satu ciri gejala awal serangan jantung.

"Sudah terasa sesak langsung berhenti, istirahat. Rambu-rambunya sudah ada, jangan dipaksakan lagi karena diledek temannya. Itu bahaya," ujar dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Megapolitan
Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Megapolitan
Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Megapolitan
Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Megapolitan
Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Megapolitan
Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Megapolitan
Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Megapolitan
Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Megapolitan
Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Megapolitan
Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Megapolitan
Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Megapolitan
Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Megapolitan
Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Megapolitan
Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Megapolitan
Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, 'Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan'

Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, "Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan"

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com