Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Atasi Krisis Pangan Akibat Pandemi, IPB Minta Diversifikasi Pangan Diperkuat

Kompas.com - 14/07/2020, 08:13 WIB
Ramdhan Triyadi Bempah,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

BOGOR, KOMPAS.com - Guru Besar Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB) University Edi Santosa menilai pemerintah perlu memperkuat kebijakan diversifikasi pangan untuk mengatasi masalah pangan di tengah pandemi saat ini.

Edi menuturkan, dampak Covid-19 dirasakan secara global dan memengaruhi kondisi ekonomi, termasuk mengancam krisis pangan.

Edi mengatakan, sebagai langkah antisipatif, beberapa negara pengekspor pangan mulai membatasi kegiatan ekspor hasil pertaniannya untuk menjaga ketahanan pangan di dalam negeri.

Baca juga: Antisipasi Pandemi Berikutnya, Wamenhan: Ketahanan Pangan Perlu Ditingkatkan

Sebab itu, perlu ada upaya yang harus dilakukan pemerintah untuk mengatasi kondisi tersebut, salah satunya dengan diversifikasi pangan.

"Dengan diversifikasi pangan, masyarakat tidak hanya terpaku pada satu jenis makanan pokok saja tetapi juga mengonsumsi bahan pangan lain sebagai pengganti makanan pokok yang selama ini dikonsumsinya," ungkap Edi, Senin (13/7/2020).

Ia menambahkan, diversifikasi pangan dapat mengurangi ketergantungan terhadap impor. Hanya saja, sambungnya, saat ini masyarakat perlu diajari untuk mengolah bahan baku pangan selain beras menjadi sebuah hidangan.

Sebagai contoh, sebaiknya diversifikasi pangan dimulai dari jumlah makanan yang disajikan di atas meja makan.

Baca juga: Mentan Ajak Lawan Pola Hidup Buruk Melalui Diversifikasi Pangan

Dirinya bereksperimen, di mana selama ini keluarga di Indonesia dalam satu meja makan ada sembilan sampai 12 jenis makanan yang rata-rata didominasi oleh karbohidrat.

"Sedangkan di luar negeri bisa sampai 40 jenis. Di Jepang, mereka makan nasi hanya satu mangkok sedangkan didampingi tersaji berbagai olahan makanan lain seperti ubi, lobak, talas, dan lain - lain. Jadi, ada baiknya diversifikasi pangan dimulai dari meja makan," tutur dia.

Salah satu pegiat pertanian, Asep Saepudin menyatakan setuju dengan konsep diversifikasi pangan.

Pasalnya, kata Asep, sesuai pemaparan beberapa ahli dalam diskusi virtual terkait pertanian yang sering diikutinya, diketahui jika pertumbuhan penduduk di Indonesia semakin tinggi.

Baca juga: Pandemi Pengaruhi Ekonomi, Chef Aiko Anjurkan Berkebun Pangan dan Budikdamber

Sementara tingkat konsumsi beras semakin meningkat, maka diprediksi pada tahun 2045 terjadi defisit beras sebesar 7,2 ton.

"Oleh sebab itu, mau tidak mau kita harus segera membiasakan diri mengkonsumsi panganan olahan di luar beras, seperti ubi, talas, sorgum, dan lain - lain," kata Asep.

Dirinya percaya, jika pemerintah memberikan akses maupun peluang yang besar terhadap para akademisi untuk meneliti lebih jauh terkait diversifikasi pangan, maka masalah pangan di Indonesia akan segera teratasi.

"Kita punya IPB yang mampu berinovasi dalam menciptakan berbagai teknologi bidang pertanian yang mendukung diversifikasi pangan," tutup dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Naedi Acungkan Jempol dan Tersenyum Usai Faizal Terhasut Bunuh Sang Paman di Pamulang

Naedi Acungkan Jempol dan Tersenyum Usai Faizal Terhasut Bunuh Sang Paman di Pamulang

Megapolitan
PDI-P Bebaskan Sekda Supian Suri Pilih Bakal Calon Wakil Wali Kota di Pilkada 2024

PDI-P Bebaskan Sekda Supian Suri Pilih Bakal Calon Wakil Wali Kota di Pilkada 2024

Megapolitan
Dibacok Empat Kali oleh Keponakan yang Dendam, Penyebab Pria di Pamulang Tewas di Tempat

Dibacok Empat Kali oleh Keponakan yang Dendam, Penyebab Pria di Pamulang Tewas di Tempat

Megapolitan
Banyak Motor Lewat Trotoar di Matraman, Diduga akibat Penyempitan Jalan Imbas Proyek LRT

Banyak Motor Lewat Trotoar di Matraman, Diduga akibat Penyempitan Jalan Imbas Proyek LRT

Megapolitan
Bunuh Pamannya, Faizal Emosi Dibangunkan Saat Baru Tidur untuk Layani Pembeli di Warung

Bunuh Pamannya, Faizal Emosi Dibangunkan Saat Baru Tidur untuk Layani Pembeli di Warung

Megapolitan
Hindari Kecurigaan, Faizal Sempat Simpan Golok untuk Bunuh Pamannya di Atas Tumpukan Tabung Gas

Hindari Kecurigaan, Faizal Sempat Simpan Golok untuk Bunuh Pamannya di Atas Tumpukan Tabung Gas

Megapolitan
Minta Dishub DKI Pilah-pilah Penertiban, Jukir Minimarket: Kalau Memaksa, Itu Salah

Minta Dishub DKI Pilah-pilah Penertiban, Jukir Minimarket: Kalau Memaksa, Itu Salah

Megapolitan
Babak Baru Kasus Panca Pembunuh 4 Anak Kandung, Berkas Segera Dikirim ke PN Jaksel

Babak Baru Kasus Panca Pembunuh 4 Anak Kandung, Berkas Segera Dikirim ke PN Jaksel

Megapolitan
KPU DKI Beri Waktu Tiga Hari ke Dharma Pongrekun untuk Unggah Bukti Dukungan Cagub Independen

KPU DKI Beri Waktu Tiga Hari ke Dharma Pongrekun untuk Unggah Bukti Dukungan Cagub Independen

Megapolitan
Mahasiswa Unjuk Rasa di Depan Istana Bogor, Minta Jokowi Berhentikan Pejabat yang Antikritik

Mahasiswa Unjuk Rasa di Depan Istana Bogor, Minta Jokowi Berhentikan Pejabat yang Antikritik

Megapolitan
Banyak Motor Lewat Trotoar di Matraman, Warga: Sudah Jadi Pemandangan yang Umum Setiap Pagi

Banyak Motor Lewat Trotoar di Matraman, Warga: Sudah Jadi Pemandangan yang Umum Setiap Pagi

Megapolitan
Menolak Ditertibkan, Jukir Minimarket: Besok Tinggal Parkir Lagi, Bodo Amat...

Menolak Ditertibkan, Jukir Minimarket: Besok Tinggal Parkir Lagi, Bodo Amat...

Megapolitan
3 Pemuda di Kalideres Sudah 5 Kali Lakukan Penipuan dan Pemerasan Lewat Aplikasi Kencan

3 Pemuda di Kalideres Sudah 5 Kali Lakukan Penipuan dan Pemerasan Lewat Aplikasi Kencan

Megapolitan
Kejari Jaksel: Rubicon Mario Dandy Dikorting Rp 100 Juta Agar Banyak Peminat

Kejari Jaksel: Rubicon Mario Dandy Dikorting Rp 100 Juta Agar Banyak Peminat

Megapolitan
Jebak Korban di Aplikasi Kencan, Tiga Pemuda di Kalideres Kuras 'Limit Paylater' hingga Rp 10 Juta

Jebak Korban di Aplikasi Kencan, Tiga Pemuda di Kalideres Kuras "Limit Paylater" hingga Rp 10 Juta

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com