Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Pengusaha Furnitur Produksi Ribuan Peti Mati untuk Pasien Covid-19...

Kompas.com - 07/10/2020, 12:28 WIB
Singgih Wiryono,
Sandro Gatra

Tim Redaksi

TANGERANG, KOMPAS.com -  Lie A Min, pengusaha furnitur di Kecamatan Benda, Kota Tangerang, terpaksa mengubah produksi pabriknya di tengah pandemi Covid-19.

Pesanan yang masuk ke pabrik furnitur Funisia Perkasa berbeda dari biasanya, yakni peti mati untuk korban virus Corona.

Semakin lama, pesanan semakin banyak di tengah melonjaknya kasus Covid-19 di Indonesia.

Pria yang akrab disapa Amin ini mengaku awalnya mulai membuat peti mati ketika salah seorang koleganya meminta dia untuk membuat satu peti mati 20 tahun lalu.

Baca juga: Cerita Penyintas Covid-19: Dirawat 3 Hari di Kursi IGD karena Kamar Penuh

Setelah itu, Amin menerima pesanan pembuatan peti mati. Namun, ia enggan memproduksi dalam jumlah banyak.

"Karena berdekatan dengan kematian, jadi saya kurang berminat," kata dia saat dihubungi Kompas.com, Rabu (7/10/2020).

Namun, pandangannya soal kematian berubah ketika mertuanya dan iparnya meninggal karena Covid-19.

"Padahal, mertua saya itu satu bulan sebelum meninggal masih makan siang dengan saya," kenang Amin.

Peristiwa duka itu membuat rasa simpati Amin terhadap korban Covid-19. Dia akhirnya menjalin kerja sama dengan beberapa rumah sakit di Jabodetabek hingga luar Pulau Jawa.

Sejak awal pandemi Covid-19 pada Maret lalu, pabrik Amin setidaknya sudah mengirimkan lebih dari 2.000 peti mati ke seluruh Indonesia.

"Sebagian besar memang masih wilayah Jabodetabek, tapi saya kirim sampai ke Ambon, Papua sana. Kasihan yang di sana, permintaan semakin tinggi," kata pria yang sudah 27 tahun bergelut di dunia furnitur.

Penghormatan terakhir

Amin mengatakan, keuntungan dari hasil menjual peti mati lebih rendah dibanding memproduksi furnitur.

Baca juga: Cerita Istri Sebulan Merawat Suami yang Positif Covid-19 Tanpa Ikut Tertular...

Satu peti mati untuk pasien Covid-19 dijual dengan harga kurang dari Rp 1 juta.

Meski demikian, ia merasa langkahnya itu "sebagai penghormatan terakhir" bagi pasien Covid-19 yang sudah meninggal.

"Itu kenapa sebenarnya kalau saya mau cari untung, saya jual furnitur saja. Tapi ini untuk penghormatan terakhir mereka," kata Amin.

Dia berharap, semuanya kembali normal seperti sedia kala. Menghitung jumlah pengiriman peti mati membuatnya resah.

"Saya minta kepada masyarakat, jangan kumpul-kumpul, kita semua ingin ini kembali normal juga. Tolong bantu Indonesia," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tak Cuma di Medsos, DJ East Blake Juga Sebar Video Mesum Mantan Kekasih ke Teman dan Keluarganya

Tak Cuma di Medsos, DJ East Blake Juga Sebar Video Mesum Mantan Kekasih ke Teman dan Keluarganya

Megapolitan
Heru Budi Usul Bangun 'Jogging Track' di RTH Tubagus Angke yang Diduga Jadi Tempat Prostitusi

Heru Budi Usul Bangun "Jogging Track" di RTH Tubagus Angke yang Diduga Jadi Tempat Prostitusi

Megapolitan
Ketika Ketua RW di Kalideres Dituduh Gelapkan Dana Kebersihan lalu Dinonaktifkan Pihak Kelurahan...

Ketika Ketua RW di Kalideres Dituduh Gelapkan Dana Kebersihan lalu Dinonaktifkan Pihak Kelurahan...

Megapolitan
6 Anggota Polres Metro Jaksel Dipecat, Sebagian karena Jadi Pengedar dan Pengguna Narkoba

6 Anggota Polres Metro Jaksel Dipecat, Sebagian karena Jadi Pengedar dan Pengguna Narkoba

Megapolitan
Dua Maling Gasar Motor di Tanjung Priok, Polisi Bergerak meski Korban Enggan Lapor

Dua Maling Gasar Motor di Tanjung Priok, Polisi Bergerak meski Korban Enggan Lapor

Megapolitan
Hal-hal yang Belum Terungkap di Kasus Brigadir RAT: Motif hingga Sosok Pengusaha yang Dikawal

Hal-hal yang Belum Terungkap di Kasus Brigadir RAT: Motif hingga Sosok Pengusaha yang Dikawal

Megapolitan
Rute Transjakarta 8N Kebayoran - Petamburan via Asia Afrika

Rute Transjakarta 8N Kebayoran - Petamburan via Asia Afrika

Megapolitan
Ahok Beberkan Solusi Penanganan Macet Jakarta, Berharap Direalisasikan Gubernur DKI

Ahok Beberkan Solusi Penanganan Macet Jakarta, Berharap Direalisasikan Gubernur DKI

Megapolitan
DJ East Blake Terancam 12 Tahun Penjara akibat Sebar Foto dan Video Mesum Mantan Kekasih

DJ East Blake Terancam 12 Tahun Penjara akibat Sebar Foto dan Video Mesum Mantan Kekasih

Megapolitan
Pemprov DKI Jakarta Pertimbangkan Usul DPRD DKI soal Sekolah Gratis Negeri dan Swasta

Pemprov DKI Jakarta Pertimbangkan Usul DPRD DKI soal Sekolah Gratis Negeri dan Swasta

Megapolitan
Komisi E DPRD DKI Desak Pemprov Wujudkan Sekolah Gratis Negeri dan Swasta, dari TK sampai SMA

Komisi E DPRD DKI Desak Pemprov Wujudkan Sekolah Gratis Negeri dan Swasta, dari TK sampai SMA

Megapolitan
Inikah Akhir Perjalanan Rosmini, Ibu Pengemis yang Marah-marah?

Inikah Akhir Perjalanan Rosmini, Ibu Pengemis yang Marah-marah?

Megapolitan
DJ East Blake Serahkan Diri ke Polisi Usai Sebar Video dan Foto Mesum Mantan Kekasih

DJ East Blake Serahkan Diri ke Polisi Usai Sebar Video dan Foto Mesum Mantan Kekasih

Megapolitan
Maju Mundurnya Ridwan Kamil untuk Pilkada DKI Jakarta...

Maju Mundurnya Ridwan Kamil untuk Pilkada DKI Jakarta...

Megapolitan
Misteri Mayat Wanita Dalam Koper Mulai Terkuak: Pelaku Rekan Kerja, Motif Ekonomi Jadi Alasan

Misteri Mayat Wanita Dalam Koper Mulai Terkuak: Pelaku Rekan Kerja, Motif Ekonomi Jadi Alasan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com