JAKARTA, KOMPAS.com - Bripka MP Ambarita, namanya begitu akrab di telinga pemuda-pemuda Jakarta Timur yang suka tawuran.
Menangkap pemuda-pemuda yang akan tawuran adalah pekerjaan sehari-harinya.
Tim yang ia pimpin, Raimas Backbone, bertugas mengurai, membubarkan, menceraiberaikan, dan melokalisasi massa yang melakukan tindakan anarki yang berpotensi mengganggu kamtibmas.
Baca juga: Dari YouTube, Raimas Backbone Bisa Tutup Biaya Operasional Tim
Namun, siapa sangka, Ambarita memiliki perjalanan karier yang unik.
Pada 1995, selepas lulus SMA, Ambarita memberanikan diri daftar Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Akabri).
"Tes demi tes saya lalui, hingga sampai ke tes terakhir," kata Ambarita saat ditemui, Senin (16/11/2020).
"Hasil tes terakhir menyatakan saya gagal. Sempat ditawari ke Bintara Kostrad, tetapi saat itu saya bilang, 'Enggak usah lah, tahun depan saja'," ujar dia.
Setahun berikutnya, Ambarita mencoba daftar Bintara Polisi.
"Pada 1996 daftar lagi, tetapi pas tes kesehatan, saya kelebihan berat badan," jelas dia.
"Pergilah saya ke Jakarta, tetapi tidak untuk kuliah karena saya tidak mau kuliah," tutur dia.
Baca juga: Mengenal Raimas Backbone yang Kerap Kucing-kucingan dengan Pemuda yang Akan Tawuran
Di Jakarta, Ambarita bertemu dengan teman kakak perempuannya. Dari situ, ia ditawari kerja di perusahaan cat.
"Saya kerja di perusahaan cat di Ancol, Jakarta Utara, ditempatkan di laboratorium. Tugasnya membuat sampel warna," ucap Ambarita.
Krisis moneter mulai terjadi pada 1997. Ambarita terkena imbasnya. Ia salah satu pegawai yang dipecat.
"Setelah itu, nganggur lagi," kata dia.
Di tengah waktu menganggurnya, Ambarita masih menyimpan keinginan untuk menjadi polisi.