DEPOK, KOMPAS.com - Kota Depok selama sepekan terakhir mengalami lonjakan jumlah pasien/kasus aktif Covid-19 yang relatif tinggi.
Kenaikan grafik Covid-19 di Depok tepat terjadi sejak pekan lalu, Rabu (11/11/2020).
Pada Rabu itu, jumlah pasien Covid-19 di Depok mencapai jumlah 1.006 orang.
Baca juga: Wisma Makara UI Siap Tampung 120 Warga Depok OTG Covid-19
Sepekan berselang, Rabu (18/11/2020) kemarin, jumlahnya sudah meningkat nyaris 45 persen, menjadi 1.450 pasien.
Selama kurun 7 hari itu, empat kali Kota Depok mencatat temuan kasus baru Covid-19 di atas 100.
Rinciannya, temuan kasus baru Covid-19 di Depok mencapai 131 dan 125 kasus pada 14 dan 15 November.
Lalu pada 17 November, ada penambahan 205 kasus baru. Angka tersebut tertinggi sejak 1,5 bulan terakhir.
Kemudian, Rabu kemarin, ada penambahan 120 kasus.
Baca juga: 77 Persen Pasien Covid-19 di Depok Isolasi Mandiri di Rumah
Tak diketahui peningkatan ini disebabkan banyaknya tes swab yang dilakukan pemerintah atau bukan.
Pasalnya, Satgas Penanganan Covid-19 Kota Depok tak pernah mengungkapkan realisasi jumlah tes PCR harian.
Padahal sebelumnya, tren pandemi virus corona sempat membaik di Depok, sebagaimana halnya yang juga terjadi secara umum di Jabodetabek.
Pada 11 Oktober lalu, pasien Covid-19 di Depok mencapai jumlah tertinggi sepanjang riwayat pandemi, yakni 1.564 pasien.
Setelahnya, jumlah pasien terus merosot sampai mencapai titik terendahnya pada 4 November lalu, dengan jumlah 987 pasien.
Baca juga: Semua Kecamatan di Depok Kini Zona Oranye, Tak Ada Lagi Zona Kuning
Dalam kurun 4-11 November, jumlah pasien relatif stabil di kisaran 987-1.052 pasien, sebelum akhirnya melesat naik sampai saat ini.
Kompas.com coba menanyakan perihal ini kepada Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Kota Depok, Dadang Wihana, namun belum memperoleh tanggapan hingga berita ini disusun.
Sebelumnya, epidemiolog Universitas Indonesia, Pandu Riono, mengemukakan bahwa kenaikan kasus Covid-19 mulai terjadi sepekan belakangan di Jakarta dan sekitarnya serta banyak wilayah lain di Indonesia.
Penyebabnya, pergerakan penduduk sangat tinggi ketika libur panjang cuti bersama pada akhir Oktober lalu.
"Dua minggu ini kita sedang 'menikmati' panen kasus akibat cuti bersama," ujar Pandu saat dihubungi Kompas.com, Selasa (17/11/2020).
"Cuti bersama ini dampaknya nasional, jadi (saat cuti bersama) Jawa Barat juga penuh, Jawa Tengah penuh. Ini karena libur panjang yang munculnya (terdeteksi) memang 2 minggu kemudian," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.